TENTANG ALLAH, DEWA BULAN,BERHALA DI KABAH,SIMBOL BULAN SABIT,NATAL
TENTANG ALLAH, DEWA BULAN,BERHALA DI KABAH,SIMBOL BULAN SABIT,NATAL
Feb 18, ’09 10:43 PM for everyone
III. ALLAH
Jangan berkata tentang Allah Kecuali yang Haq… DEWA BULAN Tradisi Kristen yang telah kita bahas diatas rupanya ingin diimbaskan kepada ajaran Islam dengan mengembalikan ajaran Islam pada paganisme Arab dan menghilangkan fakta sejarah bahwa paganisme Arab tersebut adalah paham yang diperangi habis-habisan oleh Rasulullah dan umatnya. Oleh sebab itu maka Dr. Morey menyudutkan Islam dengan mengemukakan poin-poin hujatan berikut : 1. Bahwa Umat Islam menyembah dewa bulan. 2. Tentang Allah dalam Islam dan Tuhan dalam Bibel. Pada hujatan pertama, Dr. Robert Morey ingin mengelabuhi masyarakat bahwa umat muslim adalah masyarakat pagan, sehingga negaranya mendapatkan pembenaran atas segala apa yang mereka perbuat terhadap negara-negara Islam yang ia nyatakan pagan. Sedang dalam poin kedua ia ingin memisahkan antara kepercayaan Kristen dengan Islam. Jika yang dimaksud adalah Kristen Trinitas maka adalah benar tidak sama, karena umat Islam menESAkan Tuhan sementara Kristen Trinitas “menyekutukan” Tuhan. Tapi kalau yang dimaksud adalah Kristen Unitarian (Nazaren/Nashoro) tentu saja masalahnya lain, karena mereka berpaham monoteisme. Suatu upaya pembuktian Class of Civilization yang ujung-ujungnya adalah kekuasaan dan Ekonomi (Minyak). Dr. Robert Morey menyatakan bahwa Allah adalah nama dari Dewa Bulan yang disembah di Arab sebelum Islam. Hal ini ia kuatkan dengan pernyataan bahwa : o Nama Allah sudah dikenal masyarakat Arab sebelum kenabian Muhammad. o Adanya nama-nama seperti Qomaruddin, Syamsuddin. o Kepercayaan Jahiliyah (PraIslam), agama Astral. o Berhala yang ada di Ka’bah. o Simbol bulan sabit. Yang agak memalukan bahwa dalam membuktikan tuduhan-tuduhannya tersebut Pak Doktor ini banyak memanipulasi pernyataan dari penulis-penulis yang menjadi rujukannya. Sebagai Contoh : – Untuk menguatkan pendapatnya bahwa “dewa bulan dipanggil dengan berbagai nama, salah satunya adalah Allah'” ia merujuk pada halaman 7 dari Buku Guillame yang berjudul Islam. Tetapi sebenarnya Guillame mengatakan di halaman yang sama : “Di Arab Allah telah dikenal dari sumber umat Kristen dan Yahudi sebagai Tuhan yang Esa, dan tidak ada keraguan meslvpun dia telah dikenal oleh Pagan Arab di Mekkah sebagai yang Tertinggi.”1 – Dr. Morey juga mengutip dari penulis non-Muslim Caesar Farah di ha128. Tetapi pada saat dirujuk dalam buku tersebut didapati bahwa Dr. Morey hanya mengutip sebagian dan meninggalkan pokok bahasan dari buku tersebut. Buku tersebut sebenarnya menyatakan bahwa Tuhan yang dipanggil il oleh orang Babilon dan EI oleh orang Israel telah dipanggil ilah, al-ilah, dan Allah di Arab. Farah mengatakan lebih lanjut pada halaman 31 bahwa sebelum Islam orang pagan telah mempercayai bahwa Allah adalah dewa tertinggi. Dikarenakan mereka sudah mempunyai 360 berhala, tetapi Allah bukan salah satu dari 360 berhala tersebut. Sebagaimana Caesar Farah menyatakan di halaman 56, bahwa Nabi Muhammad saw, telah menghancurkan berhala-berhala tersebut. Nama Allah sebelum Islam Adanya kata Allah sebelum masa Islam, seperti yang dikatakan Robert Morey bahwa Ayah Rasulullah bernama Abdullah (hamba Allah), tidak sepantasnya dijadikan alasan bahwa Allah tersebut adalah dewa bulan. Seperti yang pernah kita bahas sebelum ini bahwa El, Eloy, Allah, Yahweh, Ya Hua, Elohem,Allahumma; adalah kata-kata yang dipakai oleh masing-masing bangsa -saat itu- untuk menyebut Tuhan. Dan kata Allah adalah kata yang dipakai oleh bangsa Arab untuk menyebut Tuhan khususnya oleh para Ahnaf (masyarakat Arab yang mengikuti tradisi Ibrahim). Dan nama itu tidak termasuk dalam jajaran nama-nama berhala dan dewadewa Arab. Permasalahannnya bukan hanya pada kata-kata itu saja, kemudian kita menilai paham suatu masyarakat. Tapi pada cara penyikapan kepada “Tuhan” yang disebut menurut bahasa mereka sendiri-sendiri. Bangsa Israel yang menggunakan kata Yahweh untuk merefleksikan pemahaman mereka tentang konsep “Tuhan” dibimbing oleh rasul dan nabi mereka untuk meluruskan pemahaman dan penyikapan terhadap Tuhan yang mereka sebut Yahweh. Begitu juga masyarakat Arab yang pada masa jahiliyah memakai kata Allah untuk menyebut Tuhan dibimbing oleh Rasulullah Saw untuk menyikapi dan memahami apa yang mereka sebut Allah itu. Cara penyikapan inilah yang diajarkan oleh masing-masing rasul dan nabi kepada umatnya, yaitu meng-ESA-kan. Kalau ukurannya hanya pada tataran kata saja untuk menilai paham suatu umat, maka Yahudi dan Kristen luga pagan, karena nama “EL’ yang dipakai IsraEL adalah Tuhan dari bangsa Kan’an yang menurut mereka pagan. Qomaruddin dan Syamsuddin Pembaca dari kalangan Muslim mungkin akan tertawa ketika dikatakan bahwa nama-nama Cak Qomar dan Cak Udin luga kang Najam dijadikan bukti adanya penyembahan terhadap dewa bulan. Menurut Dr. Robert Morey : · Agama Penyembah Bulan disebut Komaruddin. Komarun = Bulan; Dinun = Agama.2 Begitu juga dengan nama Syamsuddin dan Najmuddin, keduanya diterjemahkan dengan cara yang sama. Komarun berarti bulan dan dinun berarti agama maka arti dari nama tersebut adalah “bulannya agama”, maksudnya seorang yang dengan agamanya berkiprah di masyarakatnya seperti bulan yang bersinar terang benderang, membawa nama baik agamanya. Begitu syamsuddin, di harapkan oleh orang tuanya agar lebih bersinar seperti matahari yang selalu memberi manfaat kepada manusia. Nama-nama muslim yang dinisbatkan kepada dien (agama) memiliki makna senada, seperti saifuddin (pedang agama), adalah harapan orang tuanya agar anaknya mampu membela agamanya ibarat sebuah pedang yang siap dipakai kapan saja. Sedang “penyembah bulan” kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab ‘abid al-Qomar. Begitu juga dengan dua nama lainnya. Masyarakat Arab pada masa pra Islam seringkali menamakan budaknya dengan nama-nama yang dapat menyenangkan hati mereka seperti nama Qomar dan Syams, diharapkan agar budaknya dapat menerangi mereka seperti namanya. Sedang untuk mereka sendiri, mereka memakai namanama yang menyeramkan, untuk menakuti musuh-musuhnya, seperti Kilab (anjing-anjing), Asad (singa), Namir dan Fahd (harimau). Pada masa Rasulullah nama-nama jahiliyah banyak dinisbatkan langsung pada Allah, seperti Saifullah (pedang Allah), Asadullah (Singa Allah) dan lain sebagainya. Rasulullah meluruskan kebiasaan masyarakat Arab jahiliyah bahkan pada masalah nama. Pada masa selanjutnya ketika perbudakan sudah terhapuskan, dan para mantan budak yang membentuk komunitas tersendiri, tampil dalam pemerintahan. Mereka dikenal sebagai kaum Mawali (orang-orang yang meminta perlindungan). Untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat yang sebelumnya adalah tuan-tuan mereka, maka mereka menisbatkan nama-nama, mereka kepada kata din (agama). Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang tidak lagi menisbatkan nama-nama kepada tuan-tuannya, sebab zaman perbudakan sudah berakhir, dan semua mereka adalah sama dalam urusan agama. Maka kita melihat bahwa nama-nama seperti Qomaruddin dan Syamsuddin tidak pernah kita temukan pada masa jahiliyah, ataupun pada masa Rasulullah, nama-nama itu baru muncul kemudian pada saat mantan budak memegang tampuk pemerintahan. Pada masa sekarang nama-nama di atas tidak dipakai untuk menyenangkan tuan, tidak juga untuk legalitas kekuasaan. Nama-nama itu dipakai umat muslim dengan maksud yang berbeda, karena mereka hanya melihat arti dari nama-nama itu, yang diharapkan pemiliknya dapat menjadi seperti namanya. Kepercayaan masa Jahiliyah (Pra Islam)/Agama Astral Menurut Dr. Morey : “Allah, dewa bulan, kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang puteri yang disebut putri-putri Allah. Ketiga putri tersebut AI-Lata, AIUzza, dan Manat”. Untuk memperkuat anggapannya ia memanipulasi pernyataan Guilluame seperti yang kita ungkap sebelum ini. Bahwa masyarakat Arab pra Islam memiliki kepercayaan terhadap bintang dan bulan juga matahari memang benar, hanya saja Dr. Morey berhenti sampai disini untuk menyatakan bahwa yang disembah oleh umat Muslim adalah dewa bulan, padahal kepercayaan yang semacam inilah yang diserang dengan keras oleh Rasulullah tanpa kompromi sedikitpun. Itulah sebabnya maka masa tersebut dikatakan sebagai masa Jahiliyyah (zaman kebodohan). Terjemah ayat-ayat berikut ini akan menggambarkan bagaimana Rasulullah secara radikal menyerang kepercayaan masyarakatnya : “ Maka apakah patut bagi kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al- Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan; Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah namanama yang kamu dan bapak-bapak karnu mengadaadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan rnereka. Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicitacitakannya (Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia. ” (QS. An-Najm 19-25). Berhala di dalam Ka’bah Berikut ini adalah salah satu dari pernyataan tidak berdasar yang dilontarkan oleh Robert Morey : “Ada satu berhala Allah ditempatkan di ka’bah bersama dengan semua ilah-ilah berhala lain. Penyembah-penyembah berhala sembahyang menghadap Mekah clan Kaabah karena di sanalah dewa-dewa mereka disemayamkan”. Kita tidak tahu dari mana pak Doktor mendapatkan sumbernya, tapi yang jelas tidak pernah melihat Ka’bah secara langsung apalagi masuk di dalamnya. Pada Masa Jahiliyah -tradisi menyebut demikian untuk membedakan antara masa kebenaran dan kebodohan-, banyak berhala ditempatkan di Ka’bah tapi tidak ada satupun berhala disebut Allah. Dan berhala-hala yang amat banyak tersebut telah dihancurkan oleh Rasulullah saat memasuki Makkah, setelah sebelumnya umat Islam diusir dari Makkah. Rasulullah sendiri pada saat sebelum menjadi nabi, pernah bersumpah dihadapan Khadijah istrinya bahwa beliau “tidak akan menyembah uzza selamanya”, hal ini jelas membedakan antara Allah dan ilahilah lainnya, sebab saat itu agama Hanifah (jalan lurus) ajaran Ibrahim As. masih bertahan di Makkah, walaupun pengikutnya tidak sebanyak para pagan. Kini jangankan di Ka’bah di rumah seorang muslim saja tidak akan ada berhala. Sangat berbeda dengan Rumah dan Kantor Robert Morey yang mungkin memasang patung salib di sudut ruang atau kamarnya. Dewa bulan dan Simbol Bulan Sabit Simbol bulan sabit yang sering dipakai umat muslim dianggap sebagai simbol penyembahan dewa bulan oleh Dr. Robert Morey. la menyatakan : “Simbol penyembahan dewa bulan dalam budaya Arab dan di tempat-tempat lain di seluruh timur tengah adalah bulan sabit”. Gambar bintang yang biasa berada ditengah bulan sabit tidak disebut, karena Amerika memakai simbol bintang. Dr. Robert Morey dan para orientalis Barat menuduh dengan bertanya kenapa umat Islam memakai simbol bulan sabit untuk agama mereka? Atau kenapa bulan dipakai untuk menandai bulan baru?. Mereka sengaja bertanya dengan logika yang salah dari sesuatu yang tersembunyi, sejak saat umat Islam memakai bulan sabit sebagai simbol, maka dikatakan bahwa umat Islam menyembah “dewa bulan”. Ini tidak benar sebagaimana anggapan bahwa sejak umat Yahudi mengambil bintang David sebagai simbol, maka umat Yahudi menyembah bintang, berarti umat Kristen juga menyembah patung salib saat mereka memakai simbol tersebut, atau menyembah matahari saat menggunakan tanda silang dari sinar matahari. Islam tidak pernah mengajarkan untuk menyembah bulan. Dalam firman Allah disebutkan: “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. ” (QS. Fushshilat 37) Ayat ini diperkuat dengan ayat lain, bahwa bulan bukanlah object penyembahan. “Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalarn siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan “. (QS. Luqman 29). Jika Allah adalah “dewa bulan” seperti yang dituduhkan oleh Dr. Morey, apa mungkin “dewa bulan” menciptakan bulan untuk dipakai oleh manusia?. Dengan bukti di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa umat Islam hanya menyembah `Allah” saja, dan bukan menyembah dewa bulan. Kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda angkasa yang pernah berkembangan di Mesir, Babilonia, serta Asiria, mungkin saja mempengaruhi Jazirah Arab, sebab secara geografis letaknya tidaklah berjauhan; Hanya saja pada masa Rasulullah kepercayaan tersebut diluruskan dengan menempatkan benda-benda tersebut pada tempat dan fungsinya. Seperti bulan -misalnya-, seperti yang pernah ditanyakan oleh masyarakatArab kepada Rasulullah, ditempatkan sebatas untuk menandakan pergantian waktu. Sebagaimana Firman Allah di Surat Al Baqarah 189: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji”. Dari riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: Untuk apa diciptakan bulan sabit?” maka turun ayat tersebut yang memerintahkan Rasulullah untuk menjawab bahwa bulan adalah untuk menunjukkan waktu kepada manusia kapan mereka harus memakai pakaian ihram pada waktu haji dan kapan harus menanggalkannya, atau kapan mereka harus memulai puasa dan kapan harus mengakhirinya. Dari sini, dapat kita ketahui bahwa tidak ada kepentingan penyembahan kepada bulan, tetapi hanya sebagai Penunjuk pergantian waktu, seperti Haji clan Puasa. Pada masa Khalifah Umar umat Muslim membuat penanggalan berdasarkan hitungan bulan, yang dimulai sejak masa Hijrah. Yang menarik untuk dicatat bahwa umat Yahudi juga memakai Penanggalan Hijriah untuk menandai perayaan suci mereka. Penanggalan keagamaan Umat Yahudi, yang aslinya dari Babilonia, terdiri dari 12 bulan Qomariah/Hijriah, terhitung 354 hari. Dan penghitungan hari dimulai dari tenggelamnya matahari sampai tenggelam lagi.3 Maka bila dikatakan bahwa Islam menyembah “dewa bulan” dikarenakan memakai penanggalan yang berdasarkan bulan, maka apakah agama orang Yahudi, yang juga memakai penanggalan yang berdasarkan bulan ? berdasarkan “logika” Dr. Robert Morey maka umat Yahudi ” juga “penyembah bulan”. Demikian juga bila umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan perputaran matahari, apakah mereka juga menyembah matahari ? Mari kita simak keterangan berikut ini. Penanggalan yang pertama adalah penanggalan yang berdasarkan bulan. Kebudayaan kuno, seperti Siria, Babilonia, Egypt, dan Cina telah memakai penanggalan bulan, sebagaimana budaya Semit juga mengambil penanggalan bulan untuk menandai waktu mereka. Setelah kita ketahui kenyataan bahwa umat Yahudi dan Islam, dalam tradisi budaya Semit, sama-sama memakai penanggalan Qomariah untuk menandai bulan mereka. Maka kenapa umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan matahari menggantikan penanggalan bulan. Hal ini berkaitan erat dengan rekayasa perayaan natal tanggal 25 Desember clan pengaruh pemikiran-pemikiran pagan yang berporos pada penyembahan dewa Re (dewa matahari) dalam Kristen. Untuk melengkapi bahasan ini, maka akan kami sertakan secara ringkas kajian tentang perayaan natal 25 Desember oleh umat Kristen. Asal Usul Perayaan Natal 25 Desember Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya. Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme. Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katholik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/ budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari; day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember. Maka supaya agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/ penyem-bahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus). Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, Juga diputuskan: Pertama , hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari. Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Katolik pada abad ke- 4 Masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme nenek moyang. Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang. Darimana kepercayaan paganis politheisme mendapat ajaran tentang dewa matahari yang diperingati tanggal 25 Desember? Mari kita telusuri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuno didalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud). Putaran jaman menyatakan bahwa penyembah berhala versi Babilonia ini berubah menjadi “Mesiah palsu”, berupa dewa “13a-al” anak dewa matahari dengan obyek penyembahan “Ibu dan Anak” (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain: Di Mesir berupa “Isis dan Osiris”, di Asia bernama “Cybele dan Deoius”, di Roma disebut Fortuna dan Yupiter”, bahkan di Yunani. “Kwan Im” di Cina, Jepang, dan Tibet. Di India, Persia, Afrika, Eropa, dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa “Madonna” dan lain-lain. Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa): 1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini. 2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet. 3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi. 4. Ba-al yang disembah orang-orang Israel adalah dewa penduduk asli tanah Kana’an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan. 5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat. Demikian juga Serapsis, Attis, Isis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia) dan Fo Hi (bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa, Easter. Jadi, konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib/dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba4. Konsep/dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah kebohongan yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada Jemaat di Roma: “Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya; mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? (Roma 3:7) “. Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat pesannya: Jawab Yesus kepada mereka : “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang”. (Matius 24:4-5)”. NOTES 1.Mohd Elfi Nieshaem Juferi, www. Bismikallahumma.org. 2. Ibid 56. 3. lihat http://www.webear.com/reliengl.htm#*top4, dalam Mohd Elfi Nieshaem Juferi, www. Bismikallahumma.org. 4. Keterangan lebih jelas lihat buku saya, Hj. Irena Handono, Perayaan Natal 25 Desember -Antara Dogma dan Toleransi”, Bima Rodheta, 2003
SUMBER : ISLAM DIHUJAT KARYA IRENE HANDONO Tags: natal, bulan sabit, kabah, berhala, dewa bulan, allah
To1nk 9:06 am on 23/03/2009 Permalink |
Yah, taqqiya jangan dibawa kesini dong…banyak banget boongnya
alo 12:59 am on 16/05/2009 Permalink |
ya sebelum tahun 620M sudah banyak muncul sekte-sekte anti paulus dan anti salib dan anti konsili. sekte-sekte kristen di imperium persia sebelum tahun 620M banyak terpengaruh oleh akal/ logika dan ilmu perbintangan dan bulan. yang akhirnya dihimpun oleh agama akal
mohkrist(moehkrist) 2:55 am on 08/10/2009 Permalink |
Saya setuju dengan penjelasannya. Karena smakin bnyak yang menuduh bahwa HAji juga merupkan tindakan paganisme.
tuandega elnabjari 10:13 am on 08/09/2010 Permalink |
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi(1) Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (ayat kursi)
ini bukti islam bukan pagan>
erzal 4:53 pm on 09/09/2010 Permalink |
Sejarah Hidup Muhammad
oleh Muhammad Husain Haekal
BAGIAN KEDUAPULUH EMPAT: PEMBEBASAN MEKAH (3/3)
Muhammad Husain Haekal
Tetapi Muhammad, tetapi Nabi, tetapi Rasulullah, bukanlah
manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan
permusuhan di kalangan umat manusia! Dia bukan seorang tiran,
bukan mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah
memberi keringanan kepadanya dalam menghadapi musuh, dan dalam
kemampuannya itu ia memberi pengampunan. Dengan itu, kepada
seluruh dunia dan semua generasi ia telah memberi teladan
tentang kebaikan dan keteguhan menepati janji, tentang
kebebasan jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa pun!
Apabila Muhammad kemudian memasuki Ka’bah, dilihatnya
dinding-dinding Ka’bah sudah penuh dilukis dengan
gambar-gambar malaikat dan para nabi. Dilihatnya lbrahim yang
dilukiskan sedang memegang azlam 6 yang diperundikan,
dilihatnya sebuah patung burung dara dari kayu. Dihancurkannya
patung itu dengan tangannya sendiri dan dicampakkannya ke
tanah. soil. Ketika melihat gambar Ibrahim agak lama Muhammad
memandangnya, lalu katanya: Mudah-mudahan Tuhan membinasakan
mereka! Orang tua kita digambarkan mengundi dengan azlam! Apa What
hubungannya Ibrahim dengan azlam’? Ibrahim bukan orang Yahudi,
juga bukan orang Nasrani. Tetapi ia adalah seorang hanif (yang
murni imannya), yang menyerahkan diri kepada Allah dan bukan
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sedang Medium
malaikat-malaikat yang dilukiskan sebagai wanita-wanita
cantik, gambar-gambar itu oleh Muhammad disangkal samasekali,
sebab malaikat-malaikat itu bukan laki-laki dan bukan
perempuan. Lalu diperintahkannya supaya gambar-gambar itu
dihancurkan. Berhala-berhala sekeliling Ka’bah yang disembah
oleh Quraisy selain Allah, telah dilekatkan dengan timah di
sekeliling Ka’bah. Demikian juga berhala Hubal yang berada
didalamnya. therein. Dengan tongkat di tangan Muhammad menunjuk kepada
berhala-berhala itu semua seraya berkata:
“Dan katakanlah : yang benar itu sudah datang, dan yang palsu
segera menghilang; sebab kepalsuan itu pasti akan lenyap.”
(Qur’an, 17: 81)
Berhala-berhala itu kemudian disungkurkan dan dengan demikian
Rumah Suci itu dapat dibersihkan. Pada hari pertama
dibebaskannya mereka itu, Muhammad telah dapat menyelesaikan
apa yang dianjurkannya sejak duapuluh tahun itu, dan yang
telah ditentang oleh Mekah dengan mati-matian. Dihancurkannya
berhala-berhala dan dihapuskannya paganisma dalam Rumah Suci
itu disaksikan oleh Quraisy sendiri. Mereka melihat
berhala-berhala yang mereka sembah dan disembah oleh
nenek-moyang mereka itu samasekali tidak dapat memberi
kebaikan atau bahaya buat mereka sendiri.
Pihak Anshar dari Medinah telah menyaksikan semua kejadian
itu. it. Mereka melihat Muhammad yang berdoa di atas gunung Shafa.
Terbayang oleh mereka sekarang bahwa ia pasti akan
meninggalkan Medinah dan kembali ke tempat tumpah darahnya
semula yang kini telah dibukakan Tuhan. Mereka berkata satu
sama lain: “Menurut pendapat kamu, adakah Rasulullah saw
akan menetap di negerinya sendiri?” Mungkin kekuatiran mereka
itu beralasan sekali. Ini adalah Rasulullah, dan di Mekah ini
Rumah Suci Baitullah dan di Mekah ini pula Mesjid Suci.
Tetapi setelah selesai berdoa Muhammad bertanya kepada mereka:
Apa yang mereka katakan itu. Setelah diketahuinya akan
kekuatiran mereka yang mereka sampaikan dengan agak maju
mundur itu, ia berkata: “Berlindunglah kita kepada Allah!
Hidup dan matiku akan bersama kamu.” Dengan itu ia telah
memberikan teladan kepada orang tentang keteguhannya memegang
janji pada Ikrar ‘Aqaba serta kesetiannya kepada
sahabat-sahabatnya yang seiring sepenanggungan di kala
menderita, teladan yang takkan dapat dilupakan, baik oleh
tanah air, oleh penduduk atau pun oleh Mekah sebagai Tanah
Suci.
*** ***
Setelah berhala-berhala itu dibersihkan dari Ka’bah, Nabi
menyuruh Bilal menyerukan azan dari atas Ka’bah. Sesudah itu
orang melakukan sembahyang bersama dan Muhammad sebagai imam.
Sejak saat itu, sampai masa kita sekarang ini, selama
empatbelas abad, tiada pernah terputus Bilal dan
pengganti-pengganti Bilal terus menyerukan azan, lima kali
setiap hari, dari atas mesjid Mekah. Sejak saat itu, selama
empatbelas abad sudah, kaum Muslimin menunaikan kewajiban
salat kepada Allah dan selawat kepada Rasul, dengan
menghadapkan wajah, kalbu dan seluruh pikiran kepada Allah
semata, dengan menghadap Rumah Suci ini, yang pada hari
pembebasannya itu oleh Muhammad telah dibersihkan dari
patung-patung dan berhala-berhala.
Atas apa yang telah terjadi itu baru sekarang Quraisy mau
menerima, dan mereka pun sudah yakin pula akan pengampunan
yang telah diberikan Muhammad kepada mereka. Mereka melihat
Muhammad dan Muslimin yang ada di sekitarnya sekarang dengan
mata penuh takjub bercampur cemas dan hati-hati sekali. Namun Yet
sungguhpun begitu ada sekelompok manusia terdiri dari
tujuhbelas orang, oleh Muhammad telah dikecualikan dari
pengampunannya itu. Sejak ia memasuki Mekah, sudah dikeluarkan
perintah supaya mereka itu, golongan laki-lakinya dibunuh,
meskipun mereka sudah berlindung ke tirai Ka’bah. Diantara Among
mereka itu ada yang bersembunyi dan ada pula yang sudah lari.
Keputusan Muhammad supaya mereka dibunuh bukan didorong oleh
rasa dengki atau karena marah kepada mereka, melainkan karena
kejahatan-kejahatan besar yang mereka lakukan. Ia tidak pernah
mengenal rasa dengki. Diantara mereka itu terdapat Abdullah b.
Abi’s-Sarh, orang yang dulu sudah masuk Islam dan menuliskan
wahyu, kemudian berbalik murtad menjadi musyrik di pihak
Quraisy dengan menggembor-gemborkan bahwa dia telah memalsukan
wahyu itu waktu ia menuliskannya. Juga Abdullah b. Khatal,
yang dulu sudah masuk Islam kemudian sesudah ia membunuh salah
seorang bekas budak ia berbalik menjadi musyrik dan menyuruh
kedua budaknya yang perempuan – Fartana dan temannya –
menyanyi-nyanyi mengejek Muhammad. Dia dan kedua orang itu
juga dijatuhi hukuman mati. Di samping itu ‘Ikrimah b. Abi Abi
Jahl, orang yang paling keras memusuhi Muhammad dan kaum
Muslimin dan sampai waktu Khalid bin’l-Walid datang memasuki
Mekah dari jurusan bawah itu pun tiada henti-hentinya ia
mengadakan permusuhan.
Sesudah memasuki Mekah pun Muhammad sudah mengeluarkan
perintah jangan sampai ada pertumpahan darah dan jangan ada
seorang pun yang dibunuh, kecuali kelompok itu saja. Oleh By
karena itu, mereka suami isteri lalu menyembunyikan diri, ada
pula yang lari. Tetapi setelah keadaan kembali aman dan
tenteram, dan orang melihat betapa Rasulullah berlapang dada
dan memberikan pengampunan yang begitu besar kepada mereka,
ada beberapa orang sahabat yang minta supaya mereka yang sudah
dijatuhi hukuman mati itu juga diberi pengampunan. Usman bin
‘Affan – yang masih saudara susuan dengan Abdullah b.
Abi’s-Sarh – juga datang kepada Nabi, memintakan jaminan
pengampunan. Seketika lamanya Nabi diam. Kemudian katanya:
“Ya” Dan dia pun diampuni. Sedang Umm Hakim (bint’l-Harith b.
Hisyam) telah pula memintakan kepada Muhammad jaminan
pengampuhan buat suaminya, ‘Ikrima b. Abi Jahl yang telah lari
ke Yaman. Dia ini pun diampuni. Wanita itu kemudian pergi
menyusul suaminya dan dibawanya kembali menghadap Nabi.
Demikian juga Muhammad telah memaafkan Shafwan b. Umayya,
orang yang telah menemani ‘Ikrima lari ke jurusan laut dengan
tujuan hendak ke Yaman. Kedua orang itu dibawa kembali tatkala
perahu yang hendak membawa mereka sudah siap akan berangkat.
Juga Hindun, isteri Abu Sufyan, yang telah mengunyah hati
Hamzah – paman Rasul sesudah gugur dalam perang Uhud – telah
dimaafkan, disamping orang-orang lain yang tadinya sudah
dihukum mati, semuanya dimaafkan. Yang dibunuh hanya empat,
yaitu Huwairith yang telah menggangu Zainab puteri Nabi
sepulangnya dari Mekah ke Medinah, serta dua orang yang sudah
masuk Islam lalu melakukan kejahatan dengan mengadakan
pembunuhan di Medinah dan kemudian melarikan diri ke Mekah
berbalik meninggalkan agamanya menjadi musyrik dan dua orang
budak perempuan Ibn Khatal, yang selalu mengganggu Nabi dengan
nyanyian-nyanyiannya. Yang seorang dari mereka ini lari, dan
yang seorang lagi diberi pengampunan.
Keesokan harinya setelah hari pembebasan itu ada seseorang
dari pihak Hudhail yang masih musyrik oleh Khuza’a dibunuh.
Nabi marah sekali karena perbuatan itu, dan dalam khotbahnya
di hadapan orang banyak ia berkata:
“Wahai manusia sekalian! Allah telah menjadikan Mekah ini
tanah suci sejak Ia menciptakan langit dan bumi. Ia suci sejak
pertama, kedua dan ketiga, sampai hari kiamat. Oleh karena
itu, orang yang beriman kepada Allah dan kepada Hari Kemudian
tidak dibenarkan mengadakan pertumpahan darah atau menebang
pohon di tempat ini. Tidak dibenarkan kepada siapa pun sebelum
aku, dan tidak dibenarkan kepada siapa pun sesudah aku ini.
Juga aku pun tidak dibenarkan marah kepada penghuni daerah ini
hanya untuk saat ini saja, kemudian ia kembali dihormati
seperti sebelum itu. Hendaklah kamu yang hadir ini
memberitahukan kepada yang tidak hadir. Kalau ada orang yang
mengatakan kepadamu bahwa Rasulullah telah berperang di tempat
ini, katakanlah bahwa Allah telah membolehkan hal itu kepada
RasulNya, tapi tidak kepada kamu sekalian, wahai orang-orang
Khuza’a! Lepaskanlah tangan kamu dari pembunuhan, sebab sudah
terlalu banyak; itu pun kalau ada gunanya. Kalau kamu sudah
membunuh orang, tentu aku juga yang akan menebusnya.
Barangsiapa ada yang dibunuh sesudah ucapanku ini; maka
keluarganya dapat memilih satu dari dua pertimbangan ini:
kalau mereka mau, dapat menuntut darah pembunuhnya; atau
dengan jalan diat.”
Sesudah itu kemudian ia mendiat (memampas) keluarga orang yang
dibunuh oleh Khuza’a itu. Dengan khotbah itu serta sikapnya
yang begitu lapang dada dan suka memaafkan, hati penduduk
telah begitu tertarik kepada Muhammad yang tadinya di luar
dugaan mereka. Dengan demikian pula orang telah beramai-ramai
masuk Islam.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kemudian setiap
berhala dalam rumahnya hendaknya dihancurkan,” demikian
kemudian suara orang menyerukan.
Kemudian dikirimnya serombongan orang dari Khuza’a untuk
memperbaiki tiang-tiang sekitar Tanah Suci itu, suatu hal yang
menunjukkan betapa besar penduduk Mekah itu menghormati tempat
ini, dan yang menambah pula kecintaan mereka kepadanya.
Setelah diberitahukan bahwa mereka adalah masyarakat yang
patut dicintai dan bahwa ia tidak akan membiarkan atau
meninggalkan mereka, kalau tidak karena mereka yang
mengusirnya, kecintaan mereka terasa makin besar kepadanya.
Ketika itu Abu Bakr datang membawa ayahnya – yang dulu pernah
mendaki gunung Abu Qubais waktu ada pasukan berkuda – ke
hadapan Nabi. Melihat orang itu Muhammad berkata:
“Kenapa orang tua ini tidak tinggal saja di rumah; biar saya
yang datang kesana.”
“Rasulullah,” kata Abu Bakr, “sudah pada tempatnya dia yang
datang kepadamu daripada engkau yang mendatanginya.”
Orang tua itu oleh Nabi dipersilakan duduk dan dielus-elusnya
dadanya; kemudian katanya:
“Sudilah menerima Islam.”
Kemudian ia pun menyatakan diri masuk Islam dan menjadi orang
Islam yang baik. Akhlak Nabi yang tinggi dan cemerlang inilah
yang banyak menawan hati bangsa itu. Bangsa yang tadinya
begitu keras melawan Muhammad, sekarang mereka sangat
mencintai dan menghormatinya. Kini orang-orang Quraisy itu,
laki-laki dan perempuan, sudah menerima Islam dan sudah pula
memberikan ikrarnya.
Limabelas hari Muhammad tinggal di Mekah. Selama itu pula
keadaan Mekah dibangunnya dan penduduk diajarnya mendalami
hukum agama. Dan selama itu pula regu-regu dakwah dikirimkan
untuk mengajarkan Islam, bukan untuk berperang, dan untuk
menghancurkan berhala-berhala tanpa pertumpahan darah. Khalid
bin’l-Walid waktu itu sudah berangkat ke Nakhla untuk
menghancurkan ‘Uzza – berhala Banu Syaiban. Tetapi setelah
berhala itu dihancurkan dan Khalid berada di Jadhima, begitu
mereka melihatnya, mereka pun segera mengangkat senjata. Oleh By
Khalid mereka diminta supaya meletakkan senjata, orang semua
sudah masuk Islam. Salah seorang dari Banu Jadhima berkata
kepada golongannya: “Hai Banu Jadhima! Celaka kamu! Itu
Khalid. Sesudah perletakan senjata tentu kita ditawan dan
sesudah penawanan potong leher.”
Tetapi golongannya itu menjawab:
“Maksudmu kita akan menumpahkan darah kita? Orang semua sudah
masuk Islam, perang sudah tidak ada, orang sudah aman.”
Sesudah itu terjadi perletakan senjata. Ketika itulah dengan
perintah Khalid mereka dibelenggu, kemudian dibawai pedang dan
sebagian mereka ada yang dibunuh.
Apabila kemudian berita itu sampai kepada Nabi ia mengangkat
tangan ke langit seraya berdoa:
“Allahumma ya Allah! Aku bermohon kepadaMu lepas tangan dari
apa yang telah diperbuat oleh Khalid bin’l-Walid itu.”
Sesudah itu Ali b. Abi Talib yang diutus dengan pesan:
“Pergilah kepada mereka dan lihat bagaimana keadaan mereka.
Cara-cara jahiliah harus kauletakkan di bawah telapak kakimu.”
Ali segera berangkat dengan membawa harta yang oleh Nabi
diserahkan kepadanya. Sesampainya di tempat itu diat dan
pampasan sebagai tebusan darah dan harta-benda yang telah
dirusak, diserahkan kepada mereka, sehingga semua tebusan
darah dan pampasan harta-benda itu selesai dilaksanakan.
Sedang uang selebihnya yang diserahkan Rasulullah kepadanya
itu, semua diserahkan juga kepada mereka, untuk menjaga maksud
Rasulullah, kalau-kalau ada yang belum diketahuinya.
Dalam waktu dua minggu selama Muhammad tinggal di Mekah semua
jejak paganisma sudah dapat dibersihkan. Jabatan dalam Rumah
Suci yang sudah pindah kepada Islam sampai pada waktu itu
ialah kunci Ka’bah, yang oleh Nabi diserahkan kepada Uthman b.
Talha dan sesudah dia kepada anak-anaknya, yang tidak boleh
berpindah tangan, dan barangsiapa mengambilnya orang itu
aniaya adanya. Sedang pengurusan Air Zamzam pada musim haji di
tangan pamannya Abbas.
Dengan demikian seluruh Mekah sudah beriman, panji dan menara
tauhid sudah menjulang tinggi dan selama berabad-abad dunia
sudah pula disinari cahayanya yang berkilauan.
Catatan kaki:
1 Sejauh empat farsakh dan Mekah.
2 Beberapa penulis sejarah Nabi berpendapat, bahwa
Abbas menemui pasukan itu di Rabiqh. Yang lain
mengatakan, bahwa ia pergi ke Medinah sebelum ada
keputusan membebaskan Mekah. kemudian ia berangkat
bersama-sama pasukan pembebas itu. Tetapi banyak orang
membantah sumber ini dan diduga itu dibuat untuk
menyenangkan hati dinasti Abbasiya, yang penulisannya
pertama dilakukan pada masa mereka. Alasan ini mereka
perkuat bahwa Abbas – yang membela saudara sepupunya
selama di Mekah itu – tidak juga menganut agamanya,
sebab Abbas adalah seorang pedagang dan juga
menjalankan riba, dikuatirkan Islam akan mengganggu
perdagangannya. Ditambah lagi, bahwa dialah orang
pertama yang akan dijumpai oleh Abu Sufyan untuk diajak
bicara mengenai perpanjangan perjanjian Hudaibiya,
mengingat ia belum seberapa lama meninggalkan Mekah.
3 Sebangsa keledai, turunan kuda dengan keledai. Di In
sini baghla, bagal betina (A).
4 Lihat halaman 326.
5 Asalnya: mihjan sebatang tongkat yang hulunya
berkeluk.
6 Al-azlam (jamak zalam dan zulam) yaitu qid-h (atau
anak panah tanpa kepala dan bulu) suatu kebiasaan yang
berlaku pada zaman jahiliah. Pada anak panah itu
tertulis kata perintah dan larangan: “kerjakan!” dan and
“Jangan dikerjakan!” Benda itu dimasukkan orang ke
dalam sebuah tabung. Apabila orang hendak melakukan
perjalanan, perkawinan atau sesuatu yang penting
lainnya, ia memasukkan tangannya kedalam tabung itu
setelah diperkenankan dan dikocok, dan sebuah zalam
dicabutnya. Kalau yang keluar berisi “perintah” ia
boleh terus melaksanakan; kalau yang keluar berisi
“larangan” ia harus membatalkan maksudnya. Mengundi
dengan anak panah ini ialah guna mengetahui baik
buruknya nasib seseorang.
——————————————— ———————————————
SEJARAHHIDUPMUHAMMAD
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Jln. Kramat II, No. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/Bebas3.html#512
nonem kilikili 5:35 pm on 22/06/2011 Permalink |
tyaqiyah toq isinya najis gua. kamu lihat sendiri buah islam itu apa? pembunuhan, perbudakan, seks teroris, keterbelakangan, kemiskinan. coba mata kalian terbuka dikit aja!
wikki 7:52 am on 16/08/2012 Permalink |
nudu nuduh kristen lagi yang nyembah dea bulan sudah jelas diatas menara mesji itu bulan sabit dan bintang malah nuduh nasrani lagi…