PAULUS DAN SEJARAH GEREJA
Tahun 306 M merupakan tahun keemasan dalam sejarah gereja. Pada waktu itu Konstantin I memegang tampuk pemerintahan kaisar Romawi. Kemudian ia menganut agama Masehi dan menjadikannya sebagai agama resmi negara, dengan demikian tergenggamlah kekuasaan agama dan dunia dalam satu waktu, sehingga menjadikan pemerintahan Romawi sebagai pemerintahan Kudus. Pada waktu itu, urusan Gereja diserahkan kepada lima orang pastur besar yang dinamakan Patriarch atau Paus-paus. Mereka bekerja di bawah pemerintahan pastur2 kecil lainnya.
Orang pertama yang menyusun dengan rapi sistem kepausan dan ikut mendukungnya adalah Gregory I (540-609 M). Ketika pengaruh gereja makin luas, Paus diangkat sebagai sumber kekuasaan agama dan dunia, dan menerima kekuasaan tak terbatas. Melanggar titah dan perintahnya adalah dosa besar (diktator). Ia mempunyai hak dalam menyusun undang-undang, para kaisar tidak memiliki jalan lain, selain takluk dan tunduk kepadanya. Semua orang tunduk dalam masalah agama dan dunia kepada lapisan pastur dan susunan kepegawaian. Mereka seperti bentuk sebuah piramida dan Paus berada di puncaknya. Peristiwa ini terjadi hingga sampai menimbulkan pertentangan antara PAUS & ILMUWAN.
Terhadap peristiwa ini, Paus bukannya mengambil hikmah dan mamfaat terhadap Ilmu Pengetahuan dalam mengatur tatanan dan manajemen, tetapi ia justru menangkapi semua orang yang berbicara tentang sistem ilmu tsb karena dianggap bertentangan dengan faham agama yang non-exacta. Paus menghukum orang2 yang dicurigainya itu dengan sadis, buas dan ganas. Paus mengadakan pengadilan pengusutan (tahun 1478 M) untuk memata-matai dan mengusut orang2 yang dicurigai. Mereka ditangkap dan dihukum dengan berbagai macam hukuman yang berkisar antara denda uang dan hukuman bakar hidup-hidup. Mahkamah2 ini sudah menjatuhkan hukumannya kepada 340.000 orang (antara 1481-1808). Lebih kurang 32.000 orang yang dihukum bakar hidup-hidup!
Dalam kurun waktu 18 tahun, Pater Tarqui Mida telah membakar hidup sekitar 210.220 orang dan menghukum dengan hukuman yang lain sekitar 97.000 orang. Bahkan mayat orang mati itu tidak diperlakukan dengan wajar. Mereka malah menghina 6.860 mayat para ilmuwan dan filsuf yang dihukum bakar hidup2 itu.
Meskipun Paus sudah berupaya dan bertekad memadamkan sinar ilmu pengetahuan, namun sinar ilmu pengetahuan semakin terang pancaran cahayanya. Akhirnya dikeluarkanlah peraturan baru pada tahun 1515 M, yakni melarang terbitnya buku apapun, sebelum mendapat persetujuan dari Gereja. Setiap orang yang mencetak atau menjual buku dengan begitu saja akan dijatuhi hukuman mati. Seperti Kisah GALILEO yang mati dalam penjaranya karena menyatakan bumi itu bundar, dan dibakarnya BRUNO yang menyatakan adanya planet-planet lain, selain dari bumi dsb.
Kepemimpinan dan akhlak gereja merosot drastis, Paus sudah menjelma menjadi musuh Ilmu Pengetahuan dan gereja ditegakkan diatas kemusyrikan. Maka meratalah dekadensi moral keseluruh lapisan masyarakat. Penyakit SYPHILIS bahkan menjalar menjangkiti banyak orang, termasuk PAUS LEO X sendiri!
Walhasil semua bentuk kerendahan budi pekerti dan akhlak sudah menjadi ciri kehidupan dan pergaulan pada masa itu. Semua bentuk keluhuran nilai dan moral hancur luluh. Petaka itu terlebih dahulu menimpa para ahli agama, sebelum penyakit itu menyerang masyarakat awam, padahal masyarakat itu berkeyakinan bahwa Paus adalah Mandataris Allah dan wakil Isa Almasih. Keputusan2nya selalu dianggap benar dan tidak boleh dibantah. Ia menggugurkan dosa dan menanggalkan kesalahan orang dengan kesuciannya bagi yang tergelincir jatuh kedalam dosa.
Perkembangan akidah semacam ini mencuat cepat. Hal ini memaksa Paus membuat Akte Pengampunan yang dimulai dengan pengumuman Paus Erien II dalam Perang Salib atas restu Paus Urban II (1088-1099M) dari Vatikan, Siapa yang tidak dapat ikut langsung dalam peperangan ini, hendaknya mengirimkan seorang wakilnya, maka Paus akan memberinya Akte Pengampunan yang bisa menyelamatkan di hari Kiamat kelak.
Ketika Paus Leo X ingin membangun gereja suci Paulus di Roma, dalam pembangunannya memerlukan dana, maka mulailah ia mengobral akte-akte semacam itu dan ternyata laris. Kemudian mereka mengembangkannya lagi dengan menyatakan Akte Khusus dengan harga tertentu. Bunyi akte itu sbb:
“Atasmu rahmat Tuhan Yesus Almasih mengampuni kamu dengan rahmatnya semua dosamu, dan saya mengampuni dosamu berdasarkan mandat yang diberikan Yesus dan muridnya, Petrus dan Paulus yang pertama tentang semua perbuatanmu melanggar gereja bagaimanapun bentuknya, kemudian semua pelanggaran atau kesalahan bagaimanapun besarnya. Saya akan angkat semua rintangan yang sudah ditetapkan menimpamu karena dosa2mu di neraka, sehingga apabila kamu mati tertutup semua pintu nereka bagimu dan terbuka semua pintu sorga bagimu dengan nama Bapa, Anak dan Roh kudus. ”
Setelah itu diletakkanlah daftar harga bagi semua dosa dan kesalahan. Tiap2 agen penjual akte menyimpan selembar salinannya dan aslinya terpampang di Gereja. Dalam daftar itu disebutkan bermacam2 dosa berikut harga Akte Pengampunannya, antara lain:
Menggugurkan Kandungan 3 Shilling dan 6 pence
Mencuri 9 Shilling
Memperkosa seorang Gadis 9 Shilling
Berzina 7 Shilling dan 6 pence
Membunuh 7 Shilling dan 6 pence
Lelucon ini tidak hanya mengenai dosa orang2 yang masih hidup. Dosa2 orang yang sudah mati pun bisa dibelikan akte pengampunannya untuk mensucikan dosa-dosanya. Selain itu, tersebar pula iklan yang digantung dimana2 yang berisi anjuran agar segera membersihkan dosa-dosanya dengan membeli akte tsb. Dengan demikian banyaknya akte tersebut diperjual belikan, maka semakin banyak pula tindak kejahatan dan maksiat, karena semua dosa dapat ditebus dengan harga yang relatif murah. Maka masa pemerintahan gereja merupakan masa yang paling BURUK dalam sejarah kejahatan. Masa itu merupakan masa percontohan merajalelanya berbagai jenis kejahatan, kekacauan, kezaliman dan dekadensi moral karena tidak lagi adanya rasa takut bagi masyarakat pada saat itu untuk berbuat jahat, karena segala kesalahan dapat ditebus hanya dengan membeli akte. (Manken dalam bukunya Treatise on Right on and Wrong on hal.187-198).
Belum termasuk aib yang menimpa para biarawati menjadi sasaran affair para rahib (Lihat di Encyclopedia of Religion and Ethics yang berkenaan dengan uraian khusus tentang kerahiban dan akidah agama Masehi dan Arnold Toynbee dalam The Study of History). Karena bagaimanapun manusia tidak dapat menentang kodrat alami manusia yang diberikan Tuhan untuk hidup berpasang-pasangan, saling mencintai dan membutuhkan pasangan hidup. (Untuk referensinya silahkan cari buku yang berjudul Sex Lives of the Popes ditulis oleh Nigel Cawthorne).
Akibat merosot dan jatuhnya gereja, orang mulai tidak senang bahkan membenci gereja dengan berbagai keputusan-keputusannya yang aneh dan cenderung zalim. Peristiwa ini berlanjut cukup lama, sehingga keyakinan orang mulai goyah dan kepercayaan terhadap Paus sudah punah. Akhirnya terjadilah gerakan-gerakan REFORMASI dibawah pimpinan tokoh2 revolusioner, antara lain:
1. Pieter Waldoe : Ia populer pada akhir abad XI Masehi. Ia seorang pedagang di Perancis, lagi kaya raya. Cintanya pada agama luar biasa, sehingga ia mulai menerjemahkan Injil.
2. John Touler (1290-1361 M)
3. John Wicelif : Dia adalah seorang Pastur Inggris (1320-1384). Ia mengajar di Universitas Oxford, tapi kemudian ia berontak terhadap gereja. Ia mengatakan bahwa Paus sendiri bergelimang dosa dan kesalahan. Maka Paus tidak berhak mengajar agama kepada orang lain. Namun hidupnya berakhir dengan hukuman 13 tahun penjara dan setelah mati mayatnya dikeluarkan dari dalam kubur lalu dibakar.
4. Martin Luther:
Tgl 21 Oktober 1517 M merupakan hari penting dalam sejarah Gereja. Pada waktu itu Martin Luther mengumumkan revolusinya terhadap Paus di Roma setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri tentang pola kehidupan Paus. Gerakan Martin Luther membangkitkan revolusi bangsa Jerman terhadap Paus. Mereka mendukung pikiran Martin. Ketika Paus Roma melihat kekuasaannya sudah mulai terancam runtuh, pada tahun 1520 ia mengeluarkan pengumuman dan memandang akidah Martin Luther sebagai akidah buruk yang ke 41. Ia minta kepada semua orang untuk membakar buku-buku si kafir dan atheis.
Dan dari dukungan2 berbagai pihak kepadanya maka terbentuklah suatu golongan baru yang memisahkan diri dari gereja Katolik dan mendirikan gereja baru, yakni GEREJA PROTESTAN.
5. Zoungely adalah salah satu penyebar gerakan reformasi yang dilancarkan oleh Martin Luther. Ketika kunjungannya ke Roma, dia menyaksikan sendiri penyelewengan yang dilakukan Paus dan gereja katolik.
6. John Calvin mendirikan gereja baru sendiri dengan nama Reformed Church, lain dengan Gereja protestan. Disamping dalam gerejanya terbentuk faham2 baru.
7. John Nuks: Ia melihat dari dekat bahwa ternyata para Paus itu jiwanya sudah jauh dari agama, akhlaknya bobrok, tingkah lakunya banyak menyimpang, mereka serakah dan rakusnya tidak terperikan. Kemudian dia ditangkap, dipenjara, disiksa dan diasingkan selama 17 tahun. Tapi ia dibebaskan atas permintaan Raja Edward VI.
Terbentuknya Gereja adalah identik dengan Katolik, sedangkan gereja dalam kejayaannya cenderung seperti diktator dan penentu segala keputusan, hukum2 maupun faham2 dogmatis yang berujung dengan berbagai penyimpangan seperti terurai diatas, Para reformer hanya sekedar memprotes segala tindak tanduk penyimpangan Gereja dan sedikit merubah dari faham-faham hasil keputusan Gereja, padahal sudah jelas bahwa akibat terlalu banyak bersandar kepada keyakinan petunjuk Roh Kudus yang datang dengan sendirinya(Dan bukan berdasarkan petunjuk/hukum agama yang sudah ditetapkan) maka kuasa roh jahat (syetan) pasti akan menuntun, tidak peduli orang suci macam manapun dia.
Bagaimana kita dapat mempercayai suatu agama yang berkembang 3 abad setelah kenabian Isa. Dari segi geografis saja sudah dapat memungkiri. Bagaimana mungkin Nabi Isa yang berlokasi di Timur Tengah namun ajarannya berkembang dari Eropa (Roma, Italia)? Belum lagi dari segi nama yang bermula Isa menjadi Jesus, Yahya menjadi Yohanes dll. Termasuk nama pendiri agama Kristen sendiri yang berawal Syaul menjadi Paulus?
Ajaran Paulus yang banyak mengandung mithos-mithos Yunani ini ternyata banyak sekali mendapat dukungan, dari orang-orang sekitar Mediteraan, Laut Tengah.
Ia antaranya didukung oleh Ireneus (150 – 202 M), Tertulianus (155 – 220 M) Origens (185 – 254 M) dan Anthanasius, yaitu Bapak yang melahirkan Trinitas yang hidup sekitar tahun 298 – 377 M, yang ikut memelopori Trinitas dalam sidang dikota Nicea tahun 325 M.
Di belakang Anthanasius berdiri pula Santo Agustinus (354 – 430) dan Gregoryus Nyssa (335 – 394 M). Mereka, pendukung-pendukungnya ini memikirkan, berpikir dan berunding, bagaimana memecahkan persoalan Tuhan itu tiga tetapi satu.
Maka tidaklah heran kita bila kemudian mendengarkan adanya konsili-konsili seperti konsili Nicea, konsili Epesus, konsili Alexandria dll, dimana pada tiap-tiap konsili akan lahir pula suatu “perkembangan baru dari Tuhan,” seperti pelenyapan Injil-injil yang asli, pelarangan padri-padrinya kawin dan seterusnya.
Dalam zaman seperti yang saya sebutkan tadi, tidak pula seluruh orang menerima ajaran gila Paulus ini, sebab pada waktu itu lahir pula golongan-golongan Nestorius (388-440 M) dan Arius (270-350 M).
Kedua golongan ini terkenal gigihnya menentang ajaran Paulus, sambil tetap berkeyakinan bahwa tiada lain yang disembah melainkan Allah yang Maha Esa, dan pertentangan mereka inilah yang akhirnya menimbulkan perburuan manusia yang tiada taranya, dimana lawan-lawan ideologinya dibunuh dengan dibakar hidup-hidup, diadu dengan singa, diseret oleh kuda ataupun dihukum pijak oleh gajah.
Pemerintah Romawi melihat adanya suatu kericuhan-kericuhan didalam negerinya, tidaklah tinggal diam. Kericuhan-kericuhan agama ini bila dibiarkan, kemungkinan besar akan menimbulkan suatu hal-hal yang lebih besar dan berbahaya pula. Itulah sebabnya maka pada tahun 326 M, kaizar Konstantin yang Agung segera mengadakan musyawarah atau konsili dikota Nicea, dimana golongan-golongan Tertulianus, Origenes, Anthanasius dipertemukan dengan golongan Nestorius, Arius serta kawan-kawan yang seangkatan dengannya. Gagasan Kaisar mungkin kurang ditanggapi oleh ummat, maka dari undangan yang datang ternyata belum setengahnya.
Didalam perdebatan itu, mereka terpecah dua, yaitu golongan-golongan yang mempertahankan Yesus sebagai manusia, dan golongan golongan yang mempertahankan Yesus sebagai Tuhan.
Berhubung tidak adanya kata sepakat, maka kaisar mengambil keputusan (dekrit?) bahwa Yesus adalah Tuhan dan manusia, atau setengah Tuhan dan setengah manusia. Gagasan ini diterima hanya dengan 2 suara, sedang penolaknya 10 suara. Berhubung yang 2 suara ini lebih dekat dengan selera kaisar, maka sejarah kemudian mencatat yang 2 suara inilah yang menang, yaitu mereka yang menerima gagasan Tuhan manusia terhadap diri Yesus. Kaisar kemudiannya mengadakan suatu dekrit umum bahwa semua orang harus menerima gagasannya itu.
Maka mulailah disini penjagalan manusia besar-besaran, dimana siapa saja yang menolak ajaran Yesus Tuhan dan manusia dibunuh dengan bermacam-macam cara yang keji. Belakangan ternyata pula, kaisar Konstantin raja Romawi yang kafir itu masuk Kristen, dan kemungkinan mulai tahun-tahun inilah Kristen itu mulai lahir, dalam suatu bentuk yang bernama: Katolik yang artinya Umum.
Konsili I ini rupa-rupanya belumlah dapat menampung segala aspirasi ummat. Maka mereka kemudian mengadakan Konsili II dikota Konstantinople pada tahun 381 M, yang memutuskan lagi bahwa Anak adalah Homo Osius dengan Bapa (Creator).
Didalam Konsili II ini pula mereka menambahkan materi Rokhulkudus sebagai oknum ke-III dari Allah, sehingga lengkap lahirlah Tuhan Allah Bapa, dan Anak serta Rokhulkudus. Didalam tahun-tahun inilah kemungkinan besar orang mulai menambah-nambah Injil Matius dengan tulisan: Pergilah keseluruh dunia baptiskanlah seluruh bangsa dengan nama Bapa, dan Anak dan Rokhulkudus (Matius 28:10).
Konsili ke-III diadakan dikota Epesus tahun 439 M, didalam konsili inilah dikeluarkan perintah untuk mengutuk ajaran-ajaran Nestorian dan Arianisme yang bidaat itu. Merekapun mengeluarkan pernyataan perang terhadap Injil, dimana seluruh Injil-injil yang asli dimusnahkan atau diapokratipkan. Sebagaimana kita mengetahui, semasa Yesus hidup ia mempunyai pula pengikut-pengikut, yang kian kemari menuliskan khutbah-khutbah dan ajaran-ajarannya sebab pada zaman itu memang alphabet telah ditemukan. Murid-murid Yesus ada 70 orang. diantaranya 12 yang disebutkan namanya didalam Injil. Dari catatan-catatan murid-murid Yesus ini, kemudian hari kita kenal telah dibukukan dengan nama Injil, yang dinamai oleh masing-masing penulisnya seperti: (1) Injil Markion, (2) Injil Mesir, (3) Injil Eva, (4) Injil Yudas, (5) Injil Nicodemus, (6) Injil Thomas, (7) Injil Barnaba, (8) Injil Matius, (9) Injil Yosepus, (10) Injil Duabelas, (11) Injil Kebenaran, (12) Injil Maria, (13) Injil Yesus, (14) Injil Andreas, (15) Injil Pilipias, dan lain-lainnya
MATIUS CS. PENJIPLAK PAULUS
Sebaliknyalah bahwa Injil-injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya itulah yang mengajarkan ajaran-ajaran palsu. Lukas misalnya, ia adalah dokter pribadi dari Paulus. Ia dalam menulis Injil, dengan sendirinya kemasukan pula ajaran-ajarannya Paulus. Ini bisa dibuktikan dalam tulisannya pada kisah rasul- rasul, dimana jelas nampak kecenderungannya untuk mengangkat-angkat nama Paulus, bahkan murid ini setengah mengkultus dan mendewakannya. Lukas menyusun Injilnya berdasarkan kepada Markus-tua atau Ur Markus. Sedangkan Markus sendiri bukannya orang yang dikenal. Matius menulis Injilnya berdasarkan pula kepada Ur Markus, jadi Matiuspun menjiplak. Itulah sebabnya dalam Injil-injil Matius, Markus dan Lukas banyak sekali dijumpai kalimat-kalimat atau perkataan-perkataan yang sama, disamping pertentangan-pertentangan yang ada.
Lalu bagaimanakah dengan Injil Yahya? Marilah kita ikuti uraian Jarnawi Hadikusumo dalam bukunya: Tinjauan sekitar Perjanjian Lama & Baru, halaman 69-74 yang bunyinya kurang lebih: 1. Injil Yahya tidak termasuk dalam Injil Sipnotik, sebab isi dan sejarahnya lain sekali. Menurut keyakinan Kristen, Injil Yahya ditulis oleh Yahya murid Yesus yang terkasih. (Yahya 13:23 dan 21:20).
Oleh karena itulah maka kepercayaan Kristen, penulis Injil Yahya ialah Yahya bin Zabdi adik Yakub bin Zabdi seorang diantara muridnya yang duabelas itu. 2. Oleh para ahli sejarah yang lebih dapat dipercaya, Yahya bin Zabdi telah dibunuh oleh Raja Herodes Agerippa I pada tahun 44 atau 66 M. Padahal Injil Yahya baru ditulis sekitar tahun 100 M. Maka benar kemudian, Injil ini kemungkinan besar sekali ditulis oleh Yahya Prebester pendeta sidang Jum’at di Asia Kecil yang hidup dalam abad I Masehi. Ia menulis Injilnya itu dengan maksud untuk menentang ajaran Corentus dan Irenius. Hal ini dikuaykan lagi oleh kitab-kitab Encyclopedia, terutama Encyclopedia Britanica yang mendasarkan keterangannya atas Papias Uskup Hieropolis. Demikian juga keterangan vang dibawakan oleh Dr. J. H. Bavink dalam kitabnya yang bernama: “De Weg Van Gods Koninkrijk.”
Menurut sejarah, maka tokoh Paulus alias Saulus ini muncul kira-kira tahun 38 M. Ada pula yang mengatakan tahun 80 M, tetapi saya kira yang jelas ia ada hidup di zaman Yesus, paling tidak ia seangkatan dengan murid-murid Yesus. Paulus adalah anak didik Gamalied, seorang guru yang termasyhur, akhli Taurat dan Falsafah. Ibu Paulus adalah orang Yunani, dan ayahnya orang Yahudi, sehingga pelajaran agama yang diperolehnya adalah gabungan daripada kepercayaan Yahwe dan Helenisme.
dan terdorong oleh kebenciannya kepada sang ayah yang menurut penyelidikan sejarah tidak pernah mencintai Paulus, maka ia sangat memusuhi ayahnya, bahkan bangsa dan agama ayahnya. Kitapun dapat membaca nanti dalam surat-surat kirimannya, betapa ia mencuci bersih-bersih orang-orang Yahudi, bahkan sampai kepada Tauratnya sekalipun.
PRIBADINYA Mengenai sukubangsanya, ia Paulus sendiri memberikan iawaban sebagai berikut:
1. Ia adalah orang Rum, dalam keterangannya kepada orang Rum. (Kisah rasul-rasul 16:37)
2. Ia adalah orang Yahudi, dalam keterangannya kepada orang Yahudi. (Kisah rasul-rasul 22:2)
3. Ia adalah orang Parisi, dalam keterangannya kepada orang Parisi. (Kisah rasul-rasul 23:6)
AJARAN-AJARAN PAULUS Didalam ia membawakan ajarannya, maka ia, Paulus, mengajarkan sesuatu yang dirasakan oleh masyarakat sangat baru. Kesimpulan ajaran-ajarannya ialah:
1. Ia mengajarkan bahwa Tuhan bukan satu tetapi dua, yaitu Allah Bapa dan Allah Anak. (I Korintus 1:3)
2. Yesus adalah juga Allah yang sama dan sehakekat denganNya. (sda)
3. Yesus telah disalib, mati dan dikuburkan, bangkit pula pada hari yang ketiga, duduk disebelah kanan Allah Bapa yang maha kuasa. Ia disalib adalah untuk menebus isi dunia ini, sebab sekaliannya telah berdosa, tidak ada seorangpun yang dibenarkan lagi, termasuk dia sendiri dan nabi besar Muhammad s.a.w. (Rum 3:10, Rum 5:8, Galatia 1:4)
4. Ia, Paulus, mengajarkan bahwa hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi, sejak penyaliban Yesus di bukit Golgotha. Ia kemudian berpendapat, bahwa hukum Musa adalah sebenarnya sumber segala dosa, dan suatu kutukan yang tiada taranya. (Rum 4 :15, Galatia 3:10, Galatia 2:21). Didalam Galatia 5:4 ia mengatakan: Maka kamu yang hendak dibenarkan oleh Taurat Musa itu, sudah diceraikan daripada Kristus. Juga dalam Rum 7:6, Galatia 3:24 dan 25, Rum 10:4 : Ia menekankan bahwa Kristus Yesus itulah penyudah atau penammat Taurat.
kecualinya ia halal ataukah haram. (Kisah rasul-rasul 10:10-15)
Situs Christian.Tripod
http://forum-arsip.swaramuslim.net/more.php?id=3709_0_21_0_C
erzal 8:31 am on 04/09/2009 Permalink |
Nestorius
From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Nestorius (in Greek : Νεστόριος ; c. 386– c. 451) was Archbishop of Constantinople from 10 April 428 to 22 June 431 . Nestorius (dalam bahasa Yunani: Νεστόριος; c. 386 – c. 451) adalah Uskup Agung Konstantinopel dari 10 April 428 untuk Juni 22 431. He was accused of heresy that later bore his name, Nestorianism , because he objected to the popular practice of calling the Virgin Mary the “Mother of God” theotokos ; he instead preached that “Mother of Christ” would be more fitting. [ 1 ] He was condemned at the Council of Ephesus . Dia dituduh bidah yang kemudian menyandang namanya, Nestorianisme, karena ia keberatan dengan praktek populer menyebut Perawan Maria sebagai “Bunda Allah” Theotokos; dia malah berkhotbah bahwa “Bunda Kristus” akan lebih cocok. [1] Dia dikutuk dalam Konsili Efesus.
Contents Isi
[hide]
* 1 Early life 1 Kehidupan
* 2 Nestorian controversy 2 Nestorian kontroversi
* 3 Legacy 3 Lihat pula
* 4 The Bazaar of Heracleides 4 Bazaar dari Heracleides
* 5 Footnotes 5 Catatan kaki
* 6 References 6 Referensi
* 7 External links 7 Pranala luar
[ edit ] Early life [Sunting] Masa
Nestorius was born in 386 in Germanicia in the Roman province of Syria (now Kahramanmaraş in Turkey). [ 2 ] He received his clerical training as a pupil of Theodore of Mopsuestia in Antioch and gained a reputation for his sermons that led to his enthronement by Theodosius II as Archbishop following the death of Sisinnius I in 428. Nestorius lahir pada tahun 386 di Germanicia di provinsi Romawi di Suriah (sekarang Kahramanmaraş di Turki). [2] Ia menerima pelatihan ulama sebagai murid dari Theodorus dari Mopsuestia di Antiokhia dan mendapatkan reputasi karena khotbah-khotbah yang mengarah ke pentakhtaan oleh Theodosius II sebagai Uskup Agung setelah kematian Sisinnius saya di 428.
[ edit ] Nestorian controversy [Sunting] Nestorian kontroversi
Shortly after his arrival in Constantinople, Nestorius became involved in the disputes of two theological factions, which differed in their Christology . Tak lama setelah kedatangannya di Konstantinopel, Nestorius menjadi terlibat dalam sengketa dua faksi teologis, yang berbeda dalam Kristologi. Nestorius tried to find a middle ground between those that, emphasizing the fact that in Christ God had been born as a man, insisted on calling the Virgin Mary Theotokos ( Greek : Θεοτόκος, “birth-giver of God”), and those that rejected that title because God as an eternal being could not have been born. Nestorius mencoba mencari jalan tengah di antara mereka yang, menekankan fakta bahwa Allah di dalam Kristus telah lahir sebagai manusia, bersikeras menyebutnya Perawan Maria Theotokos (bahasa Yunani: Θεοτόκος, “kelahiran-pemberi Allah”), dan mereka yang menolak gelar itu karena Allah sebagai yang kekal tidak bisa dilahirkan. Nestorius suggested the title Christotokos ( Χριστοτόκος , “birth-giver to Christ”), but did not find acceptance on either side. Nestorius menyarankan judul Kristotokos (Χριστοτόκος, “kelahiran-pemberi kepada Kristus”), tetapi tidak menemukan penerimaan di kedua sisi.
Nestorius believed that no union between the human and divine were possible. Nestorius percaya bahwa tidak ada persatuan antara manusia dan ilahi itu mungkin. If such a union of human and divine occurred, Nestorius believed that Christ could not truly be con-substantial with God and con-substantial with us because he would grow, mature, suffer and die (which he said God cannot do) and also would possess the power of God that would separate him from being equal to humans. Jika seperti kesatuan manusia dan ilahi terjadi, Nestorius percaya bahwa Kristus tidak benar-benar menjadi con-substansial dengan Tuhan dan kontra-substansial dengan kami karena ia akan tumbuh, dewasa, menderita dan mati (yang katanya Allah tidak dapat melakukannya) dan juga akan memiliki kuasa Allah yang akan memisahkan dirinya dari menjadi sama dengan manusia.
Eusebius, the bishop of the neigbouring Dorylaeum was the first to accuse Nestorius of heresy but his most forceful opponent however was Patriarch Cyril of Alexandria . Eusebius, uskup dari Dorylaeum tetangga adalah orang pertama yang menuduh Nestorius bidah tetapi bagaimanapun lawan yang paling kuat adalah Patriark Cyril dari Alexandria. Nestorius opponent’s charged him with detaching Christ’s divinity and humanity into two persons existing in one body, thereby denying the reality of the Incarnation . Nestorius lawan menyerangnya dengan Kristus melepaskan keilahian dan kemanusiaan menjadi dua orang yang ada dalam satu tubuh, dengan demikian menyangkal realitas Inkarnasi. This heresy came to be known as Nestorianism . Bidah ini kemudian dikenal sebagai Nestorianisme.
The Emperor Theodosius II (401-450) was eventually induced to convoke a general church council, sited at Ephesus, itself a special seat for the veneration of Mary, where the theotokos formula was popular. Kaisar Theodosius II (401-450) akhirnya dibujuk untuk mengadakan rapat umum dewan gereja, diletakkan di Efesus, itu sendiri sebuah tempat duduk khusus untuk penghormatan Maria, di mana rumus Theotokos populer. The Emperor gave his support to the Archbishop of Constantinople, while Pope Celestine I was in agreement with Cyril. Kaisar memberikan dukungan kepada Uskup Agung Konstantinopel, sementara Paus Selestinus I berada dalam perjanjian dengan Cyril.
Cyril took charge of the First Council of Ephesus in 431, opening debate before the long-overdue contingent of Eastern bishops from Antioch arrived. Cyril mengambil alih dari Konsili Efesus pada tahun 431, membuka perdebatan sebelum terlambat lama-uskup Gereja Timur kontingen dari Antiokhia tiba.
The council deposed Nestorius and declared him a heretic . Dewan digulingkan Nestorius dan menyatakan dia yang sesat. In Nestorius’ own words, Dalam Nestorius ‘kata-katanya sendiri,
When the followers of Cyril saw the vehemence of the emperor… they roused up a disturbance and discord among the people with an outcry, as though the emperor were opposed to God; they rose up against the nobles and the chiefs who acquiesced not in what had been done by them and they were running hither and thither. Ketika para pengikut Cyril melihat kehebatan kaisar … mereka membangunkan sebuah gangguan dan perselisihan di antara orang-orang dengan teriakan, seolah-olah menentang kaisar kepada Allah; mereka bangkit melawan para bangsawan dan para kepala suku yang tidak setuju pada apa yang telah telah dilakukan oleh mereka dan mereka berlari ke sana kemari. And… they took with them those who had been separated and removed from the monasteries by reason of their lives and their strange manners and had for this reason been expelled, and all who were of heretical sects and were possessed with fanaticism and with hatred against me. Dan … mereka membawa bersama mereka orang-orang yang telah dipisahkan dan dikeluarkan dari biara-biara dengan alasan kehidupan mereka dan sikap mereka yang aneh dan alasan ini sudah dikeluarkan, dan semua orang yang dari sekte sesat dan yang kerasukan fanatisme dan kebencian terhadap saya . And one passion was in them all, Jews and pagans and all the sects, and they were busying themselves that they should accept without examination the things which were done without examination against me; and at the same time all of them, even those that had participated with me at table and in prayer and in thought, were agreed… against me and vowing vows one with another against me… In nothing were they divided. Dan satu gairah yang ada di dalamnya semua, orang-orang Yahudi dan pagan dan semua sekte, dan mereka menyibukkan diri mereka bahwa mereka harus menerima hal-hal tanpa pemeriksaan yang dilakukan tanpa pemeriksaan melawan Aku dan pada saat yang sama mereka semua, bahkan yang telah berpartisipasi dengan saya di meja dan dalam doa dan dalam pikiran, telah disepakati … terhadap saya dan bersumpah sumpah satu dengan yang lain terhadap aku … Dalam apa-apa yang mereka dibagi.
But while the council was in progress, John I of Antioch and the eastern bishops arrived, and were furious to hear that Nestorius had already been condemned. Tetapi sementara konsili sedang berlangsung, John I dari Antiokhia dan para uskup timur tiba, dan sangat marah mendengar bahwa Nestorius telah dikutuk. They convened their own synod, at which Cyril was deposed. Mereka mengadakan sinode mereka sendiri, di mana Cyril digulingkan. Both sides then appealed to the emperor. Kedua belah pihak kemudian mengajukan banding kepada kaisar. Initially the imperial government ordered both Nestorius and Cyril deposed and exiled. However, Cyril was eventually allowed to return after bribing various courtiers. [ citation needed ] [ 3 ] Namun, Cyril akhirnya diizinkan untuk kembali setelah menyuap berbagai pejabat istana. [Rujukan?] [3]
In the following months, 17 bishops who supported Nestorius’ doctrine were removed from their sees. Dalam bulan-bulan berikutnya, 17 uskup yang mendukung Nestorius ‘doktrin itu dihilangkan dari mereka melihat. Eventually, John I of Antioch was obliged to abandon Nestorius in March 433. Akhirnya, John I dari Antiokhia terpaksa meninggalkan Nestorius Maret 433. On August 3, 435, Theodosius II issued an imperial edict that exiled Nestorius to a monastery in the Great Oasis of Hibis ( al-Khargah ), in Egypt, securely within the diocese of Cyril . On August 3, 435, Theodosius II mengeluarkan dekrit kerajaan yang dibuang Nestorius ke sebuah biara di Great Oase Hibis (al-khargah), di Mesir, aman dalam Keuskupan Cyril. During an attac by desert bandits, Nestorius was injured in one such raid. Selama ATTAC oleh bandit gurun, Nestorius terluka dalam satu serangan seperti itu.
Theodosius also ordered Nestorius’ writings to be burnt. Theodosius juga memerintahkan Nestorius ‘tulisan-tulisan yang akan dibakar. They survive mainly in Syriac . Mereka bertahan hidup terutama di Syria.
[ edit ] Legacy [Sunting] Warisan
Though Nestorius had been condemned by the church, including his fellow Syrians, ideas similar to his own remained strong in the area and eventually led to the formation of separate Nestorian churches, such as the Assyrian Church of the East , in which he is venerated as a saint , the Syriac for ‘Saint Nestorius’ being Mar Nestorios . Nestorius Meskipun telah dikutuk oleh gereja, termasuk rekan-rekan Suriah, ide serupa dengan sendiri tetap kuat di daerah tersebut dan akhirnya mengarah pada pembentukan gereja-gereja Nestorian terpisah, seperti Gereja Asiria di Timur, di mana ia dihormati sebagai yang suci, yang Suryani untuk ‘Santo Nestorius’ menjadi Nestorios Mar.
His name was repeatedly used in the subsequent christological controversies to brand the opponents of Monophysitism . Namanya berulang kali digunakan dalam kontroversi kristologis berikutnya untuk merek para penentang monofisitisme.
[ edit ] The Bazaar of Heracleides [Sunting] The Bazaar dari Heracleides
In 1895, a 16th century book manuscript containing a copy of a text written by Nestorius was discovered by American missionaries in the library of the Nestorian patriarch in the mountains at Konak, Hakkari . Pada tahun 1895, sebuah buku abad ke-16 naskah yang berisi copy dari teks yang ditulis oleh Nestorius akhirnya ditemukan oleh misionaris Amerika di perpustakaan Nestorian patriark di pegunungan di Konak, Hakkari. This book had suffered damage during Muslim raids, but was substantially intact, and copies were taken secretly. Buku ini telah mengalami kerusakan selama Muslim penggerebekan, tetapi secara substansial utuh, dan salinan itu diambil diam-diam. The Syriac translation had the title of the Bazaar of Heracleides . [ 4 ] The original 16th century manuscript was destroyed in 1915 during the Turkish massacres of Assyrian Christians. Terjemahan Bahasa Syria memiliki judul Bazar dari Heracleides. [4] abad ke-16 yang asli naskah itu dihancurkan pada tahun 1915 selama pembantaian Turki Asiria Kristen.
In the Bazaar , written towards the end of his life, Nestorius denies the heresy for which he was condemned and instead affirms of Christ “the same one is twofold” – an expression that some consider similar to the formulation of the Council of Chalcedon . Dalam Bazaar, yang ditulis menjelang akhir hidupnya, Nestorius menyangkal ajaran sesat yang ia dihukum dan bukannya Kristus menegaskan “yang sama ada dua” – sebuah ungkapan yang beberapa orang menganggap mirip dengan formulasi Konsili Khalsedon. Nestorius’s earlier surviving writings, however, including his letter written in response to Cyril ‘s charges against him, contain material that seems to support charges that he held that Christ had two persons. Nestorius tulisan-tulisan yang masih hidup sebelumnya, bagaimanapun, termasuk surat yang ditulis sebagai respons terhadap Cyril ‘s tuduhan terhadap dia, berisi materi yang tampaknya untuk mendukung tuduhan bahwa ia berpendapat bahwa Kristus mempunyai dua orang.
erzal 8:33 am on 04/09/2009 Permalink |
Nestorianisme
From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Nestorianism is the doctrine that the two individual natures of Christ, the human and the divine, are joined in conjunction (“synapheia”) rather than in hypostatic union . [ 1 ] The doctrine is identified with Nestorius (c. 386–c. 451), Archbishop of Constantinople . Nestorianisme adalah doktrin bahwa kedua individu hakikat Kristus, manusiawi dan yang ilahi, yang bergabung bersama-sama ( “synapheia”) daripada di hipostatik serikat. [1] Doktrin ini dikaitkan dengan Nestorius (c. 386-c. 451 ), Uskup Agung Konstantinopel. This view of Christ was condemned at the First Council of Ephesus in 431, and the conflict over this view led to the Nestorian schism , separating the Assyrian Church of the East from the churches adherent to the First Council of Ephesus, among them being the Roman Catholic Church , the Eastern Orthodox Church , and the Oriental Orthodox Church . Pandangan mengenai Kristus ini dikutuk pada Konsili Efesus pada tahun 431, dan konflik atas pandangan ini mengakibatkan Skisma Nestorian, yang memisahkan Gereja Asiria di Timur dari gereja-gereja melekat pada Konsili Efesus, di antara mereka menjadi Roma Gereja Katolik, maka Gereja Ortodoks Timur, dan Gereja Ortodoks Oriental.
Nestorianism originated in the Church in the 5th century out of an attempt to rationally explain and understand the incarnation of the divine Logos, the Second Person of the Holy Trinity as Jesus Christ. Nestorianisme berasal dari dalam Gereja pada abad ke-5 dari upaya untuk secara rasional menjelaskan dan memahami inkarnasi dari Logos ilahi, Pribadi Kedua dari Trinitas Kudus sebagai Yesus Kristus. Nestorianism taught that the human and divine essences of Christ are separate and that there are two natures, the man Jesus and the divine Logos, united in Christ. Nestorianisme mengajarkan bahwa manusia dan esensi ilahi Kristus adalah terpisah dan bahwa ada dua sifat, laki-laki Yesus dan Logos ilahi, bersatu dalam Kristus. In consequence, Nestorians rejected such terminology as “God suffered” or “God was crucified”, because the humanity of Christ which suffered is separate from his divinity. Karena itu, kaum Nestorian menolak terminologi semacam itu sebagai “Allah menderita” atau “Allah telah disalibkan”, karena kemanusiaan Kristus yang menderita terpisah dari keilahiannya. Likewise, they rejected the term Theotokos (Giver of birth to God/Mother of God) as a title of the Virgin Mary , suggesting instead the title Christotokos (Giver of birth to Christ/Mother of Christ), because in their view he took only his human nature from his mother, while the divine Logos was pre-existent and external, so calling Mary “Mother of God” was misleading and potentially wrong. Demikian pula, mereka menolak istilah Theotokos (Pemberi Kelahiran kepada Allah / Bunda Allah) sebagai gelar dari Perawan Maria, menyarankan bukannya judul Kristotokos (Pemberi lahir kepada Kristus / Bunda Kristus), karena dalam pandangan mereka ia hanya mengambil nya sifat manusia dari ibunya, sementara Logos ilahi itu pra-ada dan eksternal, sehingga menyebut Maria “Bunda Allah” adalah menyesatkan dan berpotensi salah.
The Assyrian Church of the East refused to drop support for Nestorius or to denounce him as a heretic. The Asiria Gereja Timur menolak untuk drop dukungan bagi Nestorius atau untuk mengecam dia sebagai orang yang sesat. That church has continued to be called “Nestorian” in the West, to distinguish it from other ancient Eastern churches. Gereja yang selalu disebut “Nestorian” di Barat, untuk membedakannya dari Gereja-Gereja Timur kuno lainnya. However, the Church of the East does not regard its doctrine as truly Nestorian: it teaches the view of Babai the Great – Christ has two qnome (manifest or individuated substance, similar to hypostasis) that are unmingled and eternally united in one parsopa (person). Namun, Gereja Timur tidak menganggap ajarannya sebagai Nestorian benar-benar: ia mengajarkan pandangan dari Babai Agung – Kristus memiliki dua qnome (nyata atau individuated substansi, mirip dengan hypostasis) yang tidak membaur dan manunggal abadi dalam satu parsopa (orang ). According to some interpretations, [ by whom? ] the origin of this belief is mostly historical and linguistic: for example, the Greeks had two words for ‘person’, which translated poorly into Syriac , and the meanings of these terms were not even quite settled during Nestorius’s lifetime. Menurut beberapa interpretasi, [oleh siapa?] Asal mula keyakinan ini sebagian besar historis dan linguistik: sebagai contoh, Yunani memiliki dua kata untuk ‘pribadi’, yang buruk diterjemahkan ke dalam bahasa Syria, dan makna dari istilah-istilah ini bahkan tidak cukup menetap selama masa hidup Nestorius.
There are about 170,000 Nestorians today, mostly living in Syria, Iraq , Pakistan , Afghanistan , Southern India and Iran. [ 2 ] Ada sekitar 170.000 Nestorian hari ini, sebagian besar tinggal di Suriah, Irak, Pakistan, Afghanistan, India Selatan dan Iran. [2]
Contents Isi
[hide]
* 1 Nestorius 1 Nestorius
* 2 Christological implications Implikasi Kristologis 2
* 3 The involvement of the Assyrian Church 3 Keterlibatan Gereja Timur Asiria
* 4 The spread of Assyrian “Nestorianism” 4 Penyebaran “Nestorianisme” Asiria
* 5 See also 5 Lihat juga
* 6 References 6 Referensi
* 7 External links 7 Pranala luar
[ edit ] Nestorius [Sunting] Nestorius
Nestorian tombstone with inscriptions in Uyghur , found in Issyk Kul , dated 1312. Batu nisan Nestorian dengan prasasti di Uighur, ditemukan di Issyk Kul, tanggal 1312.
Nestorius (c. 386–c. 451) was a pupil of Theodore of Mopsuestia in Antioch in Syria (modern Turkey) and later became Archbishop of Constantinople . Nestorius (c. 386-c. 451) adalah murid dari Theodorus dari Mopsuestia di Antiokhia di Syria (Turki modern) dan kemudian menjadi Uskup Agung Konstantinopel. He taught that the human and divine aspects of Christ were distinct natures, not unified. Dia mengajarkan bahwa aspek manusiawi dan ilahi dari Kristus merupakan sifat-sifat yang berbeda, tidak manunggal. He preached against the use of the title Mother of God ( Theotokos ) for the Virgin Mary and would only call her Mother of Christ ( Christotokos ). Dia berkhotbah menentang penggunaan gelar Bunda Allah (Theotokos) bagi Perawan Maria dan hanya menyebut Maria sebagai Bunda Kristus (Kristotokos). He also argued that God could not suffer on the cross, as he is omnipotent. Dia juga berpendapat bahwa Allah tidak dapat menderita di salib, karena Allah itu Maha Kuasa. Therefore, the human part of Christ died on the cross, but not the divine. Oleh karena itu, bagian manusiawi dari Kristus mati di kayu salib, tetapi bukan ilahi.
His opponents accused him of dividing Christ into two persons: they claimed that proposing that God the Word did not suffer and die on the cross, while Jesus the man did, or that God the Word was omniscient , while Jesus the man had limited knowledge, implied two separate persons with separate experiences. Lawan-lawannya menuduh dia membagi Kristus menjadi dua pribadi: mereka berpendapat bahwa menyatakan Allah Sang Sabda itu tidak menderita dan mati di kayu salib, sementara Yesus sang manusia itu, atau bahwa Firman Tuhan adalah Maha Tahu, sementara Yesus sang manusia itu terbatas pengetahuannya, tersirat dua orang dengan pengalaman yang terpisah.
Nestorius responded that he believed that Christ was indeed one person (Greek: prosopon ), though not one hypostasis . Nestorius menjawab bahwa ia percaya bahwa Kristus itu memang satu orang (Yunani: prosopon), meskipun tidak satu hypostasis. Opposed by Cyril of Alexandria , Nestorius was condemned at the First Council of Ephesus in 431. Ditentang oleh Kiril dari Alexandria, Nestorius akhirnya dikutuk dalam Konsili Efesus pada tahun 431.
The Council held that Christ is one hypostasis, and that the Virgin Mary is the mother of God. Dewan berpendapat bahwa Kristus adalah satu hypostasis, dan bahwa Perawan Maria adalah ibu Tuhan. The condemning pronouncement of the Council resulted in the Nestorian schism and the separation of the Assyrian Church of the East from the Byzantine Church. [1] However, even Ephesus could not settle the issue, and the Byzantine Church was soon split again over the question of whether Christ had one or two natures, leading to the Chalcedonian schism . Pengutukan dari Dewan mengakibatkan Skisma Nestorian dan pemisahan dari Gereja Asiria di Timur dari Gereja Byzantium. [1] Namun demikian, bahkan Konsili Efesus sendiri tidak bisa menyelesaikan masalah ini, dan Gereja Byzantium segera sekali lagi terpecah pertanyaan apakah Kristus memiliki satu atau dua hakikat, yang mengarah ke skisma Chalcedon.
[ edit ] Christological implications [Sunting] implikasi Kristologis
A Chinese stone slab with the Nestorian Christian Cross, from the Yuan Dynasty (1271-1368 AD) Sebuah lempengan batu cina dengan Salib Kristen Nestorian, dari Dinasti Yuan (1271-1368 M)
From the point of view of the Chalcedonian theology held by most Western and Orthodox churches, the teaching of Nestorius has important consequences relating to soteriology and the theology of the Eucharist . Dari sudut pandang teologi Kalsedonian dipegang oleh sebagian besar Gereja Barat dan Ortodoks, ajaran Nestorius memiliki konsekuensi penting yang terkait dengan soteriologi dan teologi dari Ekaristi.
During the Protestant Reformation , when some groups denied the Real Presence and the communication of attributes between the two natures, they were accused of reviving the heresy of Nestorius . Selama Reformasi Protestan, tatkala beberapa pihak menyangkal Kehadiran Nyata dan atribut komunikasi antara dua kodrat, mereka dituduh membangkitkan kembali ajaran sesat Nestorius. The same charge was levelled at the Catholics Isaac-Joseph Berruyer in the eighteenth century, and Anton Günther in the nineteenth century. [ 3 ] Tuduhan yang sama itu ditujukan pada orang Katolik Yusuf Ishak-Berruyer di abad kedelapan belas, dan Anton Günther pada abad kesembilan belas. [3]
[ edit ] The involvement of the Assyrian Church [Sunting] Keterlibatan Gereja Timur Asiria
Cyril of Alexandria worked hard to remove Nestorius and his supporters and followers from power. Cyril dari Alexandria dengan gigih berupaya menyingkirkan Nestorius beserta para pendukung dan pengikutnya dari kekuasaan. However, in the Syriac speaking world, Theodore of Mopsuestia was held in very high esteem, and the condemnation of his pupil Nestorius was not received well. Namun, di Syria dunia berbahasa, Theodore dari Mopsuestia diadakan di penghargaan yang sangat tinggi, sehingga pengutukan terhadap Nestorius, muridnya itu tidak diterima dengan baik. His followers were given refuge. Para pengikutnya diberi suaka. The Sassanid Persian kings, who were at constant war with Byzantium, saw the opportunity to assure the loyalty of their Christian subjects and supported the Nestorian schism: Yang Sassania raja-raja Persia, yang terus-menerus berperang dengan Byzantium, melirik kesempatan untuk memastikan loyalitas warga Kristianinya dan mendukung skisma Nestorian:
* They granted protection to Nestorians (462). Mereka memberi suaka bagi kaum Nestorian (462).
Painting of a Nestorian nun, 1779. Lukisan seorang biarawati Nestorian, 1779.
* They executed the pro-Byzantine Catholicos Babowai who was then replaced by the Nestorian Bishop of Nisibis Bar Sauma (484). Mereka mengeksekusi pro-Byzantium Katolikos Babowai yang kemudian digantikan oleh Uskup Nestorian Nisibis Bar Sauma (484).
* They allowed the transfer of the school of Edessa to the Persian city Nisibis when the Byzantine emperor closed it for its Nestorian tendencies (489). Mereka mengizinkan pemindahan sekolah Edessa ke kota Persia Nisibis tatkala kaisar Byzantium menutupnya karena tendensi Nestorian (489).
At Nisibis the school became even more famous than at Edessa. Nisibis di sekolah menjadi lebih terkenal daripada di Edessa. The main theological authorities of the school have always been Theodore and his teacher Diodorus of Tarsus . Otorita theologi yang utama dari sekolah itu selalu adalah Theodorus dan gurunya, Diodorus dari Tarsus. Unfortunately, few of their writings have survived. Sayangnya, hanya sedikit dari tulisan-tulisan mereka selamat. The writings of Nestorius himself were only added to the curriculum of the school of Edessa-Nisibis in 530, shortly before the Fifth Ecumenical Council in 553 condemned Theodore of Mopsuestia as Nestorius’s predecessor. Tulisan-tulisan Nestorius sendiri hanya baru ditambahkan ke dalam kurikulum sekolah Edessa-Nisibis pada tahun 530, menjelang Konsili Ekumenis Kelima pada tahun 553 yang mengutuk Theodorus dari Mopsuestia sebagai pendahulu Nestorius.
At the end of the 6th century the school went through a theological crisis when its director Henana of Adiabene tried to replace Theodore with his own doctrine, which followed Origen . Babai the Great (551–628), who was also the unofficial head of the Church at that time and revived the Assyrian monastic movement, refuted him and in the process wrote the normative Christology of the Assyrian Church, based on Theodore of Mopsuestia. Pada akhir abad ke-6 sekolah itu mengalami krisis theologis ketika direktur Henana dari Adiabene mencoba untuk menggantikan Theodore dengan doktrin nya sendiri, yang diikuti Origenes. Babai Agung (551-628), yang juga adalah kepala tidak resmi Gereja pada waktu itu dan menghidupkan kembali gerakan monastik Asiria, menyangkal dirinya dan dalam prosesnya menulis Kristologi normatif dari Gereja Asiria, berdasarkan doktrin Theodorus dari Mopsuestia.
A small sampling of Babai’s work is available in English translation . Sebuah contoh kecil dari karya tulis Babai tersedia dalam terjemahan bahasa Inggris. The Book of Union is his principal surviving work on Christology. Kitab Persatuan adalah karya hidup utama tentang kristologi. In it he explains that Christ has two qnome (essences), which are unmingled and eternally united in one parsopa (personality). Di dalamnya ia menjelaskan bahwa Kristus memiliki dua qnome (esensi), yang tidak membaur dan manunggal abadi dalam satu parsopa (kepribadian). This, and not strict Nestorianism, is the teaching of the Assyrian Church. Inilah, bukannya Nestorianisme murni, ajaran dari Gereja Asiria. However, the Assyrian Church has continued to be called “Nestorian” in the West to distinguish it from other ancient Eastern churches, despite the fact that Babai’s Christology is basically the same as that of Catholicism and Orthodoxy; the Baltimore Catechism teaches that Christ is one “person” (like Babai’s parsopa ) but has two “natures” (Babai’s qnome ). [ original research? ] Akan tetapi, Gereja Asiria selalu disebut “Nestorian” di Barat untuk membedakannya dari Gereja-Gereja Timur kuno lainnya, meskipun fakta bahwa Kristologi Babai pada dasarnya sama dengan Katolik dan Ortodoks; di Baltimore Katekismus mengajarkan bahwa Kristus adalah satu “pribadi” (seperti parsopa Babai) tetapi memiliki dua “sifat” (Babai qnome). [asli penelitian?]
[ edit ] The spread of Assyrian “Nestorianism” [Sunting] Penyebaran “Nestorianisme” Asiria
Nestorian wedding – 1897 Nestorian pernikahan – 1897
Nestorian Archbishop – 1897 Uskup Agung Nestorian – 1897
The Assyrian Church produced many zealous missionaries, who traveled and preached throughout Persia and Central and East Asia in the seventh and eighth centuries. Yang Gereja Asiria menghasilkan banyak misionaris yang giat, yang berkelana dan berkhotbah di seluruh Persia dan Timur Tengah dan Asia pada abad ketujuh dan kedelapan. Also during this time many Nestorian scholars escaped the Byzantines, settled in Nisibis , and Gundishapur in Persia, and Muharraq in Bahrain , bringing with them many ancient Greco-Roman philosophical, scientific, and literary texts. Juga selama ini banyak sarjana Nestorian lolos dari Bizantium, menetap di Nisibis, dan Gundishapur di Persia, dan Muharraq di Bahrain, dengan membawa banyak Yunani-Romawi kuno filosofis, ilmiah, dan teks-teks sastra. Thus the Nestorians of Persia became one of the most important routes through which a sophisticated knowledge of Greek and Roman philosophy, science, and medicine passed first into Persia (where Nestorians became prominent in scholarship and medicine), and subsequently, after the area was absorbed into the Islamic empire , to the intellectual culture of Islam, where the works of Aristotle and Galen , especially, became formative influences on the development of Islamic philosophy , science, and medicine [ 4 ] (and from whence this knowledge would eventually begin to find its way back into Christian western Europe from about the 12th century, leading to the flowering of medieval scholastic philosophy [ 5 ] ). Dengan demikian, Nestorian Persia menjadi salah satu rute yang paling penting yang canggih melalui pengetahuan tentang filsafat Yunani dan Romawi, ilmu pengetahuan, dan obat-obatan pertama melewati ke Persia (dimana Nestorian menjadi terkemuka dalam ilmu pengetahuan dan kedokteran), dan kemudian, setelah kawasan itu terserap ke dalam kerajaan Islam, dengan budaya intelektual Islam, di mana karya-karya Aristoteles dan Galen, terutama, menjadi pengaruh formatif perkembangan filsafat Islam, ilmu pengetahuan, dan obat-obatan [4] (dan dari mana pengetahuan ini akhirnya akan mulai menemukan dalam perjalanan kembali ke Eropa barat Kristen dari sekitar abad ke-12, yang menyebabkan berkembangnya abad pertengahan filsafat skolastik [5]).
“Nestorian” Christianity reached China by 635, and its relics can still be seen in Chinese cities such as Xi’an . “Nestorian” Kekristenan mencapai cina oleh 635, dan relik masih dapat dilihat di kota-kota Cina seperti Xi’an. The Nestorian Stele , set up on 7 January 781 at the then-capital of Chang’an (modern Xi’an ), describes the introduction of Christianity into China from Persia in the reign of Taizong of Tang , and documents found at the Mogao Caves near Dunhuang further elucidate the religion. The Nestorian Prasasti, menetapkan pada tanggal 7 Januari 781 pada saat itu ibukota Chang’an (sekarang Xi’an), menggambarkan masuknya kekristenan ke Cina dari Persia pada masa pemerintahan Taizong dari Dinasti Tang, dan dokumen yang ditemukan di Gua Mogao dekat Dunhuang agama menjelaskan lebih lanjut. About the same time Nestorian Christianity penetrated into Mongolia , eventually reaching as far as Korea . Waktu yang hampir bersamaan Kekristenan Nestorian juga merambah negeri Mongolia, akhirnya mencapai sejauh Korea. Some historians even suggest that they made it to the shores of Japan. Beberapa sejarawan bahkan mengatakan bahwa mereka berhasil mencapai pantai Jepang. In AD 797, a Japanese history, Shoku Nihongi was published. Pada tahun 797 Masehi, sejarah Jepang, Shoku Nihongi diterbitkan. It states that in AD 736 an envoy returned to Japan from China. Ini menyatakan bahwa pada tahun 736 Masehi, seorang duta kembali ke Jepang dari Cina. He brought with him a Persian physician by the name of Limitsi (or Rimitsui, 李密医 ), and Kohfu ( 皇甫 ), a “dignitary of the church of the Luminous Religion”. Dia membawa serta seorang tabib Persia bernama Limitsi (atau Rimitsui, 李密医), dan Kohfu (皇甫), seorang “pembesar gereja dari Luminous Agama”. The “Luminous religion” is (Nestorian) Christianity – because Christ is “the Light of the World”. The “Luminous agama” adalah Kristen (Nestorian) – karena Kristus adalah “Terang Dunia”. The Syrian Christians of Kerala , India may have been converted by Nestorian missionaries in the 7th century AD according to one of the two dominant theories about their origin (the other, more traditional theory is that they were converted in 52AD by St Thomas or his delegates ) The Suriah Kristen Kerala, India mungkin telah diubah oleh misionaris Nestorian pada abad ke-7 Masehi menurut salah satu dari dua teori dominan tentang asal-usul mereka (yang lain, teori lebih tradisional adalah bahwa mereka diubah dalam 52AD oleh St Thomas atau delegasi )
The Christian community later faced persecution from Emperor Wuzong of Tang (reigned 840–846). Komunitas Kristen kemudian menghadapi penganiayaan dari Wuzong Kaisar Tang (memerintah 840-846). He suppressed all foreign religions, including Buddhism and Christianity, which then declined sharply in China. Dia menekan semua agama asing, termasuk Agama Buddha dan Kristen, yang kemudian menurun tajam di Cina. A Syrian monk visiting China a few decades later described many churches in rubble. Seorang rahib Syria yang mengunjungi Tiongkok beberapa dekade kemudian menggambarkan betapa banyak gereja di puing-puing.
Nestorianism was particularly active in the 12th century, being a state religion of Khitans in the times of Yelü Dashi . Nestorianisme teristimewa aktif pada abad ke-12, menjadi agama negara Khitan pada masa Yelü Dashi. It was also one of the widespread religions in the empire of Genghis Khan , and numerous Nestorian gravestones written in Syriac survive in what is today Kyrgyzstan . [ 6 ] Ini juga merupakan salah satu agama yang tersebar luas di kekaisaran Jenghis Khan, dan banyak batu nisan Nestorian yang ditulis dalam Suryani masih ada sampai sekarang Kyrgyzstan. [6]
The Church experienced a significant revival during the Yuan dynasty . Marco Polo in the 1200s and other medieval Western writers indicate many Nestorian communities remaining in the Middle East, Central Asia, China and Mongolia. Rabban Bar Sauma , a Nestorian traveler from Shang-du (the “Xanadu” of Coleridge’s poem, in present-day inner Mongolia), became a diplomat for the Mongol Il-Khanate of Persia to the courts of Constantinople and Rome for talks of a Franco-Mongol alliance against the Muslims at this time. Gereja mengalami kebangkitan yang signifikan selama dinasti Yuan. Marco Polo pada 1200 dan penulis Barat Abad Pertengahan bahwa ada banyak komunitas Nestorian di Timur Tengah, Asia Tengah, Cina dan Mongolia. Rabban Bar Sauma, seorang pelancong Nestorian dari Shang-du ( yang “Xanadu” dari puisi Coleridge, pada saat ini dalam Mongolia), menjadi seorang diplomat untuk Mongol Il-Kekhanan dari Persia ke pengadilan Konstantinopel dan Roma untuk melakukan pembicaraan dari aliansi Franco-Mongol melawan kaum muslimin saat ini. However, the Nestorians clearly were not as vibrant as they had been during Tang times. Namun, Nestorian jelas tidak seperti bersemangat seperti mereka telah selama Tang kali. The communities seem to have petered out during the Ming dynasty from lack of popular support. Komunitas mereka makin berkurang pada masa Dinasti Ming dari kurangnya dukungan rakyat. The legacy of the missionaries remains in the Assyrian churches still to be found in Iraq , Iran , and India . Warisan para misionaris tetap dalam Gereja Asiria masih dapat ditemukan di Irak, Iran, dan India.
erzal 8:36 am on 04/09/2009 Permalink |
Arius
From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Arius ( AD ca. 250 or 256 – 336) was a Berber [ 1 ] Christian priest from Alexandria, Egypt in the early fourth century whose teachings, now called Arianism , were deemed heretical by the Church. Arius (AD ca. 250 atau 256-336) adalah seorang berber [1] Kristen imam dari Alexandria, Mesir pada awal abad keempat yang ajaran-ajarannya, sekarang disebut Arianisme, yang dianggap sesat oleh Gereja.
In about the year 318, he was involved in a dispute with his bishop , Alexander of Alexandria , maintaining against him that Jesus , “the Son of God ,” was not consubstantial or coeternal with God the Father , but that there was once a time, before he was begotten , that he (Jesus) did not exist. Pada sekitar tahun 318, ia terlibat dalam perselisihan dengan uskup, Aleksander dari Aleksandria, mempertahankan melawan kepadanya bahwa Yesus, “kata Anak Allah,” tidak sehakikat atau kekal dengan Allah Bapa, tapi itu pernah ada waktu , sebelum dia diperanakkan, bahwa dia (Yesus) tidak ada. Arius, with a following of other priests, was excommunicated , but debate continued throughout the Eastern Roman Empire . Arius, dengan mengikuti imam lain, adalah dikucilkan, tetapi perdebatan terus berlanjut sepanjang Kekaisaran Romawi Timur. Many bishops, particularly those who studied under Lucian of Antioch , agreed with Arius. Banyak uskup, khususnya mereka yang belajar di bawah Lucian dari Antiokhia, setuju dengan Arius. By the time Constantine I took over the East in 324, debate was fierce, with various councils condemning and approving Arius’s views on the Son. [ citation needed ] Pada saat Constantine I mengambil alih di Timur 324, perdebatan sengit, dengan berbagai dewan mengutuk dan menyetujui pandangan Arius Anak. [Rujukan?]
Contents Isi
[hide]
* 1 Arius’s extant writings 1 Arius masih ada tulisan-tulisan
* 2 Early life and personality 2 Masa kecil dan kepribadian
* 3 Controversy 3 Kontroversi
* 4 Arius’ doctrines 4 Arius ‘doktrin
o 4.1 Arius’ concept of the Word 4,1 Arius ‘konsep Firman
* 5 Wider Church reaction and The Council of Nicaea Gereja yang lebih luas 5 reaksi dan Konsili Nicaea
* 6 After the Council of Nicaea and his death 6 Setelah Konsili Nicea dan kematiannya
* 7 See also 7 Lihat juga
* 8 Notes 8 Catatan
* 9 Bibliography 9 Bibliografi
* 10 External links 10 Pranala luar
[ edit ] Arius’s extant writings [Sunting] Arius masih ada tulisan-tulisan
Reconstructing the life and teachings of Arius is problematic. Membangun kembali kehidupan dan ajaran-ajaran Arius adalah bermasalah. None of Arius’ original writings remain in existence. Tak satu pun dari Arius ‘tulisan-tulisan asli tetap ada. Emperor Constantine ordered their burning [1] while Arius was still living, and any that survived were later destroyed by his opponents (the Church). Kaisar Konstantin memerintahkan pembakaran mereka [1] sementara Arius masih hidup, dan setiap yang selamat itu kemudian dihancurkan oleh lawan-lawannya (Gereja). Those works which have survived are quoted in the works of churchmen who denounced him as a heretic, leading some but not all scholars to question their reliability. Karya-karya yang telah selamat adalah dikutip dalam karya-karya gerejawan yang mengecam dia sebagai orang yang sesat, mengakibatkan beberapa tapi tidak semua sarjana untuk mempertanyakan kehandalan mereka.
The three remaining letters credited to Arius are his letter to Alexander of Alexandria (as preserved by Athanasius, On the Councils of Arminum and Seleucia , 16; Epiphanius, Refutation of All Heresies , 69.7; and Hilary, On the Trinity , 4.12), his letter to Eusebius of Nicomedia (as recorded by Epiphanius, Refutation of All Heresies , 69.6 and Theodoret, Church History , 1.5), and his confession to Constantine (as recorded in Socrates Scholasticus , Church History 1.26.2 and Sozomen, Church History 2.27.6-10). Tiga huruf yang tersisa dikreditkan ke Arius adalah suratnya kepada Aleksander dari Aleksandria (seperti diawetkan oleh Athanasius, Pada Dewan Arminum dan Seleukia, 16; Epifanius, penolakan terhadap Semua Heresies, 69,7; dan Hillary, Di Trinity, 4.12), dengan surat kepada Eusebius dari Nikomedia (sebagaimana dicatat oleh Epifanius, penolakan terhadap Semua Heresies, 69,6 dan Theodoret, Sejarah Gereja, 1,5), dan pengakuannya kepada Konstantinus (seperti tercatat dalam Scholasticus Socrates, Church History 1.26.2 dan Sozomen, Sejarah Gereja 2.27. 6-10). In addition, several letters addressed to him survive, and several times he is quoted by his opponents. Selain itu, beberapa surat yang ditujukan untuk bertahan hidup, dan beberapa kali dia dikutip oleh lawan-lawannya. Of course it is difficult to tell how accurately they quote him, and the quotations are often short and taken out of context. Tentu saja sulit untuk mengetahui seberapa akurat mereka mengutip dia, dan kutipan-kutipan pendek dan sering diambil di luar konteks.
His Thalia (literally, “Festivity”), a popularized work combining prose and verse, survives in quoted fragmentary form. Nya Thalia (harfiah, “pesta”), sebuah pekerjaan yang dipopulerkan menggabungkan prosa dan ayat, bertahan dalam bentuk fragmentaris dikutip. Both references are recorded by his opponent Athanasius. Kedua referensi direkam oleh Athanasius lawannya. The first is a report of Arius’ teaching in Orations Against the Arians ., 1.5-6. Yang pertama adalah laporan Arius ‘mengajar di Orasi Against the Arian., 1,5-6. This paraphrase has negative comments interspersed, so is difficult to consider a reliable quotation. [ 2 ] Parafrase ini memiliki diselingi komentar negatif, sehingga sulit untuk mempertimbangkan kutipan yang handal. [2]
The second is a more direct quotation in On the Councils of Arminum and Seleucia , 15. Yang kedua adalah kutipan langsung yang lebih dalam Di Dewan Arminum dan Seleukia, 15. This is entirely in irregular verse, and seems to be a direct quotation or a collection of quotations. [ 3 ] Someone other than Athanasius, perhaps even someone sympathetic to Arius, may have compiled the quotations. [ 4 ] This second quotation seems reasonably accurate because it does not contain several key statements usually attributed to Arius by his opponents (eg “There was a time when the Son did not exist), and has some positive statements about the son, [ 5 ] is in metrical form, and resembles other passages attributed to Arius. But though these quotations seem reasonably accurate, their context is lost, so their place in a larger system of thought is impossible to reconstruct. [ 6 ] Hal ini sepenuhnya dalam ayat tidak teratur, dan nampaknya merupakan kutipan langsung atau koleksi kutipan. [3] Orang lain Athanasius, mungkin bahkan seseorang yang bersimpati pada Arius, mungkin telah mengumpulkan kutipan. [4] Kutipan kedua ini tampaknya cukup akurat karena tidak mengandung beberapa pernyataan kunci biasanya dihubungkan dengan Arius oleh lawan-lawannya (misalnya “Ada suatu waktu ketika Putra tidak ada), dan memiliki beberapa pernyataan positif tentang anak, [5] adalah dalam bentuk dangding, dan mirip dengan yang lain bagian dihubungkan dengan Arius. Tapi meskipun kutipan ini tampaknya cukup akurat, konteks mereka hilang, maka tempat mereka di sistem yang lebih besar berpikir adalah mustahil untuk merekonstruksi. [6]
Constantine summoned the Council of Nicaea in 325. Konstantinus memanggil Konsili Nicea pada tahun 325. The Council condemned Arius’s teaching, exiling him. Dewan mengutuk ajaran Arius, mengasingkan dirinya. Arius was recalled within a few years and seems to have spent the rest of his life trying to be readmitted to communion in Alexandria; Athanasius seems to have frustrated his efforts. Arius dipanggil kembali dalam beberapa tahun dan tampaknya telah menghabiskan sisa hidupnya mencoba menjadi diterima kembali ke dalam persekutuan di Alexandria; Athanasius tampaknya telah frustrasi usahanya. Just as Arius was to be readmitted to communion in Constantinople in 336, he is said to have died suddenly. Sama seperti Arius itu harus diterima kembali ke dalam persekutuan di Konstantinopel pada tahun 336, dia dikatakan telah mati mendadak. Several scholarly studies suggest that Arius was poisoned by his opponents. [ 7 ] Beberapa studi ilmiah menyarankan bahwa Arius diracuni oleh lawan-lawannya. [7]
The controversy was far from over, and would not be settled for decades to come (continuing later into the West as well). Kontroversi masih jauh dari selesai, dan tidak akan menetap selama beberapa dekade yang akan datang (berlanjut kemudian ke Barat juga). Those who agreed that the Son was not consubstantial were already at that time being labeled “Arians”, especially by Athanasius of Alexandria, and the name Arianism remains the descriptor of this teaching. Mereka yang setuju bahwa Putra tidak sehakikat sudah pada waktu itu yang berlabel “Arian”, terutama oleh Athanasius dari Alexandria, dan nama Arianisme tetap deskriptor dari ajaran ini. The naming is incidental, as Arius’ role was only to ignite the controversy. Penamaan adalah insidental, seperti Arius peran hanya untuk memicu kontroversi. The issue of the Son’s relationship to the Father had been discussed before in church history, only never so fervently and universally. Masalah hubungan Anak dengan Bapa telah dibahas sebelumnya dalam sejarah gereja, hanya tidak pernah jadi sungguh-sungguh dan universal. Other “Arians” like Eusebius of Nicomedia and Eusebius of Caesarea were much more influential. Lain “Arian” seperti Eusebius dari Nikomedia dan Eusebius dari Kaisarea jauh lebih berpengaruh. In fact, some later “Arians” disavowed the name, claiming not to have been familiar with Arius. Bahkan, beberapa kemudian “Arian” disavowed nama, tidak mengklaim telah akrab dengan Arius. Nonetheless, Arius’ (and his bishop’s) stubborn insistence had brought the issue to the theological forefront, and so it is labeled as his. Meskipun demikian, Arius ‘(dan para uskup) desakan keras kepala telah membawa masalah ini ke terdepan teologis, dan karena itu dicap sebagai miliknya.
[ edit ] Early life and personality [Sunting] Awal kehidupan dan kepribadian
Arius was possibly of Libyan descent. Arius mungkin dari Libya keturunan. His father’s name is given as Ammonius. Nama ayahnya diberikan sebagai Ammonius. Arius probably was a student at the exegetical school in Antioch , where he studied under Saint Lucian . [ 8 ] Mungkin Arius adalah seorang mahasiswa di sekolah penafsiran di Antiokhia, di mana ia belajar di bawah Saint Lucian. [8]
Having returned to Alexandria, Arius sided with Meletius of Lycopolis and was ordained deacon under the latter’s auspices. Setelah kembali ke Aleksandria, Arius memihak Meletius dari Lycopolis dan ditahbiskan diakon di bawah naungan yang terakhir. Arius was excommunicated by Bishop Peter of Alexandria in 311 for supporting the views of Meletius, [ 9 ] but under Peter’s successor Achillas , he was readmitted to communion and in 313 made presbyter of the Baucalis district in Alexandria. Arius dikucilkan oleh Uskup Petrus dari Aleksandria di 311 untuk mendukung pandangan Meletius, [9] tetapi di bawah pengganti Petrus Achillas, ia diterima kembali ke dalam persekutuan dan pada tahun 313 dibuat presbiter dari Baucalis distrik di Alexandria.
Although the character of Arius has been severely assailed by his opponents, Arius appears to have been a man of personal ascetic character, pure morals, and decided convictions. Warren H. Carroll (paraphrasing Epiphanius of Salamis , an opponent of Arius) describes him as “tall and lean, of distinguished appearance and polished address. Meskipun karakter Arius telah sangat diserang oleh lawan-lawannya, Arius tampaknya telah menjadi orang pertapa pribadi karakter, murni moral, dan memutuskan keyakinan. Warren H. Carroll (parafrase Epifanius dari Salamis, lawan Arius) menggambarkan dia sebagai “tinggi dan ramping, dari penampilan dan dipoles dibedakan alamat. Women doted on him, charmed by his beautiful manners, touched by his appearance of asceticism. Perempuan sangat menyayanginya dia, terpesona oleh tata krama yang indah, tersentuh oleh penampilannya asketisme. Men were impressed by his aura of intellectual superiority.” [ 10 ] Laki-laki terkesan oleh aura superioritas intelektual. “[10]
[ edit ] Controversy [Sunting] Kontroversi
Part of a series of articles on Bagian dari seri artikel tentang
Arianism Arianisme
Arianisme
History and Theology Sejarah dan Teologi
Arius · Acacians · Anomoeanism · Arian controversy · First Council of Nicaea · Lucian of Antioch · Gothic Christianity Arius · Acacians · Anomoeanism · kontroversi Arian · Konsili Nicea · Lucian dari Antiokhia · Gothic Kristen
Arian leaders Pemimpin Arian
Acacius of Caesarea · Aëtius · Demophilus of Constantinople · Eudoxius of Antioch · Eunomius of Cyzicus · Eusebius of Caesarea · Eusebius of Nicomedia · Eustathius of Sebaste · George of Laodicea · Ulfilas Acacius dari Kaisarea · Aetius · Demophilus Konstantinopel · Eudoxius dari Antiokhia · Eunomius dari Cyzicus · Eusebius dari Kaisarea · Eusebius dari Nikomedia · Eustathius dari Sebaste · George dari Laodikia · Ulfilas
Other Arians Arian lain
Asterius the Sophist · Auxentius of Milan · Auxentius of Durostorum · Constantius II · Wereka and Batwin · Fritigern · Alaric I · Artemius · Odoacer · Theodoric the Great Asterius kaum Sofis · Auxentius dari Milan · Auxentius dari Durostorum · Konstantius II · Wereka dan Batwin · Fritigern · Alaric aku · Artemius · Odoacer · Theodoric the Great
Modern semi-Arians Modern semi-Arian
Samuel Clarke · Isaac Newton · William Whiston Samuel Clarke · Isaac Newton · William Whiston
Opponents of Arianism Penentang Arianisme
Peter of Alexandria · Achillas of Alexandria · Alexander of Alexandria · Hosius of Cordoba · Athanasius of Alexandria · Paul I of Constantinople · Petrus dari Alexandria · Achillas dari Alexandria · Aleksander dari Aleksandria · Hosius dari Cordoba · Athanasius dari Aleksandria · Paul I dari Konstantinopel ·
Modern Arianism Modern Arianisme
Jehovah’s Witnesses Saksi-Saksi Yehuwa
Christianity portal Kekristenan portal
This box: view • talk • edit Kotak info ini: lihat • bicara • sunting
The historian Socrates of Constantinople reports that Arius first became controversial when Alexander , who succeeded Achillas as Bishop of Alexandria , gave a sermon on the similarity of the Son to the Father. Sejarawan Socrates Konstantinopel Arius laporan yang pertama kali menjadi kontroversial ketika Alexander, yang menggantikan Achillas sebagai Uskup Aleksandria, memberi khotbah pada kemiripan Anak kepada Bapa. Arius interpreted Alexander’s sermon as a revival of Sabellianism , condemned it, and argued that “if the Father begat the Son, he that was begotten had a beginning of existence: and from this it is evident, that there was a time when the Son was not. It therefore necessarily follows, that he had his substance from nothing.” [ 11 ] Arius Alexander khotbah ditafsirkan sebagai kebangkitan kembali paham Sabellianisme, mengutuk itu, dan berpendapat bahwa “jika Bapa memperanakkan Putra, dia yang diperanakkan memiliki awal keberadaan: dan dari hal ini, jelas, bahwa ada suatu waktu ketika Putra tidak. Oleh karena itu perlu berikut, bahwa ia punya substansi dari apa-apa. “[11]
It is believed that Arius’ doctrines were influenced by the teachings of Lucian of Antioch , a celebrated Christian teacher and martyr for the faith. Hal ini diyakini bahwa Arius ‘doktrin dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Lucian dari Antiokhia, seorang guru Kristen dirayakan dan martir untuk iman. In a letter to Bishop Alexander of Constantinople , Alexander of Alexandria wrote that Arius derived his theology from Lucian. Dalam sebuah surat kepada Uskup Alexander dari Konstantinopel, Aleksander dari Aleksandria menulis bahwa teologi Arius berasal dari Lucian. The express purpose of his letter is to complain of the doctrines Arius was then diffusing but his charge of heresy against Arius is vague and unsupported by other authorities, and Alexander’s language, like that of most controversialists in those days, is vituperative. Dengan tujuan suratnya adalah untuk mengeluh dari doktrin Arius kemudian menyebar tetapi tuduhan bidah terhadap Arius tidak jelas dan tidak didukung oleh pihak lain yang berwenang, dan Alexander bahasa, seperti kebanyakan controversialists pada masa itu, adalah bersifat mengutuk. Moreover, even Alexander does not accuse Lucian of having taught the same doctrines that Arius would teach, but Alexander accuses Lucian ad invidiam of heretical tendencies. Selain itu, bahkan Alexander menuduh Lucian tidak memiliki doktrin yang sama mengajarkan bahwa Arius akan mengajar, tetapi Alexander menuduh invidiam iklan Lucian dari kecenderungan sesat.
The patriarch of Alexandria was the subject of adverse criticism for his slow reaction against Arius. [ citation needed ] Like his predecessor Dionysius, he has been charged with vacillation. Para patriark dari Alexandria adalah subjek yang merugikan kritik untuk reaksi lambat terhadap Arius. [Rujukan?] Seperti pendahulunya Dionysius, ia telah dituduh dengan kebimbangan. Yet it is difficult to see how he could have acted otherwise than he did. Namun sulit untuk melihat bagaimana ia bisa bertindak lain daripada dirinya. The question that Arius raised had been left unsettled two generations previously, or, if in any sense it could be said to have been settled, it had been settled in favor of the opponents of the homoousion . Pertanyaan yang diajukan Arius telah dibiarkan gelisah dua generasi sebelumnya, atau, jika dalam pengertian apa pun dapat dikatakan telah diselesaikan, hal itu telah diselesaikan dalam mendukung para penentang homoousion. Therefore Alexander allowed the controversy to continue until he felt that it had become dangerous to the peace of the Church. Oleh karena itu Alexander membiarkan kontroversi untuk melanjutkan sampai ia merasa bahwa hal itu telah menjadi berbahaya untuk kedamaian Gereja. Then he called a council of bishops and sought their advice. Lalu ia memanggil sebuah dewan para uskup dan mencari nasihat mereka. Once they decided against Arius, Alexander delayed no longer. Setelah mereka memutuskan melawan Arius, Aleksander tidak lagi tertunda. He deposed Arius from his office, and excommunicated both him and his supporters. Dia digulingkan Arius dari kantornya, dan mengucilkan dia dan para pendukungnya.
[ edit ] Arius’ doctrines [Sunting] Arius ‘doktrin
Main article: Arianism Artikel utama: Arianisme
See also: Arian controversy Lihat juga: Kontroversi Arian
In explaining his actions against Arius, Alexander of Alexandria wrote a letter to Alexander of Constantinople and Eusebius of Nicomedia (where the emperor was then residing), detailing the errors into which he believed Arius had fallen. Saat menjelaskan tindakan melawan Arius, Aleksander dari Aleksandria menulis surat kepada Alexander dari Konstantinopel dan Eusebius dari Nikomedia (di mana kaisar itu kemudian tinggal), merinci kesalahan ke yang ia yakini Arius telah jatuh. According to Alexander, Arius taught: Menurut Alexander, Arius mengajarkan:
That God was not always the Father, but that there was a period when he was not the Father; that the Word of God was not from eternity, but was made out of nothing; for that the ever-existing God (‘the I AM’—the eternal One) made him who did not previously exist, out of nothing; wherefore there was a time when he did not exist, inasmuch as the Son is a creature and a work. Bahwa Allah tidak selalu Bapa, tetapi bahwa ada suatu masa ketika ia tidak Bapa; bahwa Firman Tuhan itu bukan dari kekekalan, tapi terbuat dari apa-apa; untuk itu yang selalu ada Tuhan ( ‘I AM ‘-yang kekal Satu) membuat dia yang sebelumnya tidak ada, dari apa-apa; oleh karena ada suatu waktu ketika ia tidak ada, oleh karena sebagai Anak adalah makhluk dan kerja. That he is neither like the Father as it regards his essence, nor is by nature either the Father’s true Word, or true Wisdom, but indeed one of his works and creatures, being erroneously called Word and Wisdom, since he was himself made of God’s own Word and the Wisdom which is in God, whereby God both made all things and him also. Bahwa ia bukan seperti Bapa seperti yang berkaitan dengan esensi, tidak pula oleh alam baik Bapa Firman benar, atau benar Kebijaksanaan, tapi memang salah satu karya-karyanya dan makhluk-makhluk, yang secara keliru disebut sebagai Firman dan Kebijaksanaan, karena ia sendiri terbuat dari Allah Firman sendiri dan Kebijaksanaan yang dalam Allah, di mana keduanya Allah menciptakan segala sesuatu dan dia juga. Wherefore he is as to his nature mutable and susceptible of change, as all other rational creatures are: hence the Word is alien to and other than the essence of God; and the Father is inexplicable by the Son, and invisible to him, for neither does the Word perfectly and accurately know the Father, neither can he distinctly see him. Oleh karena itu ia adalah sebagai kepada alam bisa berubah dan rentan terhadap perubahan, seperti semua makhluk rasional yang lain adalah: maka Firman asing dan lain daripada hakikat Allah dan Bapa tidak bisa dijelaskan oleh Putra, dan tidak terlihat kepadanya, karena tidak Firman tidak sempurna dan akurat mengenal Bapa, tidak dapat ia jelas melihatnya. The Son knows not the nature of his own essence: for he was made on our account, in order that God might create us by him, as by an instrument; nor would he ever have existed, unless God had wished to create us. Anak tidak tahu sifat esensi-Nya sendiri: karena ia dibuat pada account kami, agar Tuhan mungkin menciptakan kita oleh-Nya, sebagai oleh suatu instrumen; juga tidak akan ia pernah ada, kecuali jika Allah menghendaki untuk menciptakan kita.
He quotes something similar from the Thalia : Dia mengutip sesuatu yang serupa dari Thalia:
God has not always been Father; there was a moment when he was alone, and was not yet Father: later he became so. Allah tidak selalu Bapa; ada satu momen ketika ia sendirian, dan itu belum Bapa: kemudian ia menjadi begitu. The Son is not from eternity; he came from nothing. [ 12 ] Anak bukan dari keabadian; ia datang dari apa-apa. [12]
[ edit ] Arius’ concept of the Word [Sunting] Arius ‘konsep Firman
This question of the exact relationship between the Father and the Son, a part of Christology , had been raised some 50 years before Arius, when Paul of Samosata was deposed in AD 269 for his agreement with those who had used the word homoousios (Greek for same substance) to express the relation of the Father and the Son. Pertanyaan ini pasti dari hubungan antara Bapa dan Anak, bagian dari kristologi, telah mengangkat sekitar 50 tahun sebelum Arius, ketika Paulus dari Samosata digulingkan pada tahun 269 untuk setuju dengan mereka yang telah menggunakan kata homoousios (bahasa Yunani untuk substansi yang sama) untuk menyatakan hubungan antara Bapa dan Anak. The expression was at that time thought to have a Sabellian tendency, though, as events showed, this was on account of its scope not having been satisfactorily defined. [ citation needed ] In the discussion which followed, Dionysius , Patriarch of Alexandria, had used much the same language as Arius did later, and correspondence survives in which Pope Dionysius blames his brother of Alexandria for using such language. Ekspresi pada waktu itu diperkirakan memiliki Sabellian kecenderungan, meskipun, sebagai kejadian-kejadian menunjukkan, ini gara-gara tidak ruang lingkup yang telah didefinisikan secara memuaskan. [Rujukan?] Dalam diskusi yang diikuti, Dionysius, Patriark dari Alexandria, yang digunakan banyak bahasa yang sama dengan Arius itu kemudian, dan korespondensi bertahan di mana Paus Dionisius menyalahkan saudaranya dari Alexandria untuk menggunakan bahasa seperti itu. Dionysius of Alexandria responded with an explanation, which posterity has been inclined to interpret as vacillating. Dionysius dari Alexandria menjawab dengan penjelasan, yang telah cucu cenderung untuk menafsirkan sebagai bimbang. So far as the earlier controversy could be said to have been decided, it was decided in favor of the opinions later championed by Arius. Sejauh kontroversi sebelumnya dapat dikatakan telah diputuskan, diputuskan mendukung pendapat kemudian diperjuangkan oleh Arius. But this settlement was so unsatisfactory that the question would have been reopened sooner or later, especially in an atmosphere so intellectual as that of Alexandria. Namun penyelesaian ini sangat tidak memuaskan bahwa pertanyaan akan dibuka kembali cepat atau lambat, terutama dalam suasana begitu intelektual seperti itu dari Alexandria. For the synod of Antioch which condemned Paul of Samosata had expressed its disapproval of the word homoousios in one sense, and Patriarch Alexander undertook its defense in another. Untuk sinode Antiokhia yang mengutuk Paulus dari Samosata telah menyatakan penolakan kata homoousios di satu sisi, dan Patriark Alexander melakukan pertahanan di negara lain.
Arius endorsed the following doctrines about The Son/The Word ( Logos , referring to Jesus , see the Gospel of John chapter 1): Arius mendukung doktrin-doktrin berikut tentang Anak / Firman (Logos, merujuk kepada Yesus, lihat Injil Yohanes bab 1):
1. that the Word ( Logos ) and the Father were not of the same essence ( ousia ); bahwa Firman (Logos) dan Bapa tidak memiliki esensi yang sama (ousia);
2. that the Son was a created being ( ktisma or poiema ); and bahwa Anak adalah makhluk (ktisma atau poiema); dan
3. that the worlds were created through him, so he must have existed before them and before all time. bahwa dunia diciptakan oleh Dia, jadi dia harus ada sebelum mereka dan sebelum semua waktu.
4. However, there was a “once” [Arius did not use words meaning “time”, such as chronos or aion ] when He did not exist, before he was begotten of the Father. Namun, ada “sekali” [Arius tidak menggunakan kata-kata yang berarti “waktu”, seperti chronos atau aion] ketika Dia tidak ada, sebelum dia diperanakkan dari Bapa.
From “Thalia” Arius poem about his views of Jesus. Dari “Thalia” Arius puisi tentang pandangan-Nya Yesus.
…”And so God Himself, as he really is, is inexpressible to all. He alone has no equal, no one similar (homoios), and no one of the same glory. We call him unbegotten, in contrast to him who by nature is begotten. We praise him as without beginning in contrast to him who has a beginning. We worship him as timeless, in contrast to him who in time has come to exist. He who is without beginning made the Son a beginning of created things. He produced him as a son for himself by begetting him. He [the son] has none of the distinct characteristics of God’s own being (kat’ hypostasis), For he is not equal to, nor is he of the same being (homoousios) as him”. … “Dan karena itu Allah sendiri, seperti dia benar-benar, adalah yang tak terkatakan kepada semua. Dia sendiri tidak sama, tidak ada yang mirip (homoios), dan tidak ada salah satu kemuliaan yang sama. Kami memanggilnya tidak dilahirkan, berbeda dengan dia yang oleh alam adalah diperanakkan. Kita memuji dia sebagai tanpa awal berbeda dengan dia yang memiliki awal. Kita menyembah dia sebagai abadi, berbeda dengan Dia, yang pada waktunya telah datang untuk hidup. Barang siapa yang tanpa awal menjadikan Anak sebagai awal dari segala ciptaan. Dia menghasilkan dia sebagai anak sendiri oleh memperanakkan dia. Dia [anak] sudah tidak ada karakteristik yang berbeda dari yang Allah sendiri (kat ‘hypostasis), Karena dia tidak sama dengan, atau adalah ia menjadi yang sama (homoousios) seperti dia “.
From “Thalia”: “At God’s will the Son has the greatness and qualities that he has. His existence from when and from whom and from then — are all from God. He, though strong God, praises in part (ek merous) his superior”. Dari “Thalia”: “Di kehendak Tuhan Anak, ia memiliki kebesaran dan kualitas yang ia miliki. Keberadaan-Nya dari kapan dan dari siapa, dan sejak saat itu – semuanya dari Allah. Dia, meskipun Tuhan yang kuat, memuji pada bagian (ek merous) nya unggul “.
That God’s first thought was the creation of Jesus Christ, so time started with the word in Heaven. Itu pikiran pertama Allah adalah ciptaan Yesus Kristus, sehingga waktu mulai dengan kata di Surga.
From “Thalia” ” In brief, God is inexpressible to the Son. For he is in himself what he is, that is, indescribable, So that the son does not comprehend any of these things or have the understanding to explain them. For it is impossible for him to fathom the Father, who is by himself. For the Son himself does not even know his own essence (ousia). For being Son, his existence is most certainly at the will of the Father. Dari “Thalia” “Singkatnya, Allah yang tak terkatakan kepada Anak. Karena ia adalah dalam dirinya sendiri apa yang, yaitu, tak terlukiskan, Jadi anak tidak memahami apapun dari hal-hal ini atau memiliki pemahaman untuk menjelaskan kepada mereka. Sebab tidak mungkin baginya untuk memahami Bapa, yang adalah dengan dirinya sendiri. Karena Anak sendiri bahkan tidak tahu sendiri esensi (ousia). Untuk menjadi Anak, keberadaannya yang paling jelas pada kehendak Bapa.
What reasoning allows, that he who is from the Father should comprehend and know his own parent? Apa penalaran memungkinkan, bahwa dia yang berasal dari Bapa harus memahami dan mengetahui orangtuanya sendiri? For clearly that which has a beginning is not able to conceive of or grasp the existence of that which has no beginning”. Untuk jelas bahwa yang memiliki awal tidak mampu memahami atau menangkap keberadaan yang tidak mempunyai awal “.
Translation and introduction by AJW Terjemahan dan pengantar oleh AJW
2.Rev.3:15 “These are the things that the Amen says, the faithful and true witness, the beginning of the creation by God “The Bible” 2.Rev.3: 15 “Ini adalah hal-hal yang dari Amin mengatakan, para saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan oleh Allah” Alkitab ”
Everything else came though Jesus Christ because he was the only begotton. Segala sesuatu yang lain datang meskipun Yesus Kristus karena ia adalah satu-satunya begotton.
3.(Colossians 1:15-17) . 3. (Kolose 1:15-17). . . .He is the image of the invisible God, the firstborn of all creation; 16 because by means of him all [other] things were created in the heavens and upon the earth, the things visible and the things invisible, no matter whether they are thrones or lordships or governments or authorities. . Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung dari semua ciptaan, 16 karena dengan cara itu semua [lainnya] sesuatu diciptakan di langit dan di atas bumi, sesuatu yang terlihat dan hal-hal yang tak terlihat, tidak peduli apakah mereka adalah singgasana atau lordships atau pemerintah atau pihak berwenang. All [other] things have been created through him and for him. Semua [lainnya] sesuatu telah diciptakan melalui Dia dan untuk Dia. 17 Also, he is before all [other] things and by means of him all [other] things were made to exist”, The Bible. 17 Selain itu, ia adalah sebelum semua [lainnya] hal-hal dan dengan cara itu semua [lainnya] sesuatu diciptakan untuk eksis “, Alkitab.
From “Thalia” “Understand that the Monad [eternally] was; but the Dyad was not before it came into existence. It immediately follows that, although the Son did not exist, the Father was still God. Hence the Son, not being [eternal] came into existence by the Father’s will, He is the Only-begotten God, and this one is alien from [all] others” Dari “Thalia” “Mengerti bahwa Monad [kekal] itu; tapi dyad tidak sebelum menjadi ada. Itu segera setelah itu, meskipun tidak ada Anak, Bapa masih Allah. Jadi Anak, bukan karena [ abadi] datang menjadi ada dengan kehendak Bapa, Dia adalah Hanya-diperanakkan Allah, dan yang satu ini asing dari [semua] orang lain ”
This main idea started great division in the early congregations.(280bc till today.) Gagasan utama ini mulai divisi besar dalam jemaat awal. (280bc sampai hari ini.)
The subsequent controversy shows that Arius’ avoidance of the words chronos and aion was adroit; when defending himself he clearly argued that there was a time when the Son did not exist. Kontroversi berikutnya menunjukkan bahwa Arius ‘menghindari kata-kata chronos dan aion itu gesit; ketika membela diri ia jelas berpendapat bahwa ada suatu waktu ketika Putra tidak ada. Moreover, he asserted that the Logos had a beginning. Selain itu, ia menegaskan bahwa Logos memiliki permulaan. By way of contrast, Origen had taught that the relation of the Son to the Father had no beginning. [ 13 ] Dengan cara Sebaliknya, Origenes telah mengajarkan bahwa hubungan antara Anak dengan Bapa tidak memiliki awal. [13]
Arius obviously objected to this doctrine, for he complains of it in his letter to the Nicomedian Eusebius, who also studied under Lucian. Jelas Arius menolak doktrin ini, karena dia mengeluh dalam suratnya kepada Eusebius Nikomedia, yang juga belajar di bawah Lucian. Arius also contended that the Son was unchangeable ( atreptos ). Arius juga berpendapat bahwa Anak itu tidak dapat diubah (atreptos). But so far as we can understand his language on a subject that Athanasius admitted was beyond his power to thoroughly comprehend, Arius taught that the Logos was changeable in essence, but not in will. Namun, sejauh kita dapat memahami bahasa pada subjek yang mengakui Athanasius berada di luar kekuasaannya untuk benar-benar memahami, Arius mengajarkan bahwa Logos telah berubah pada dasarnya, tapi tidak di akan. Arius drew support from the writings of Origen, who had made use of expressions which favored Arius’ statement that the Logos was of a different substance than the Father, and that he owed his existence to the Father’s will. Arius menarik dukungan dari tulisan-tulisan Origenes, yang telah menggunakan ungkapan yang disukai Arius ‘pernyataan bahwa Logos adalah substansi yang berbeda daripada Bapa, dan bahwa ia berhutang keberadaannya kepada kehendak Bapa. But the theological speculations of Origen were often proffered to stimulate further inquiry rather than to enable men to dispense with it. Namun spekulasi teologis Origenes sering disodorkan untuk mendorong penyelidikan lebih lanjut dan bukan untuk memungkinkan orang-orang untuk membebaskan itu. This explains why in this, as well as other controversies, the authority of Origen is so frequently invoked by both sides. Hal ini menjelaskan mengapa dalam hal ini, serta kontroversi lain, otoritas Origenes begitu sering dipanggil oleh kedua belah pihak.
[ edit ] Wider Church reaction and The Council of Nicaea [Sunting] Gereja yang lebih luas reaksi dan Konsili Nicaea
Main article: Council of Nicaea Artikel utama: Konsili Nicea
See also: Nicene Creed Lihat juga: Kredo Nicea
Miniature Council of Nicaea condemned Arius’s teaching, paint of century IV . Miniatur Konsili Nicea mengutuk ajaran Arius, cat dari abad IV.
The Christian church had by this time become so powerful a force in the Roman world, Constantine having legalized it in 313 with the Edict of Milan , and partaken in several ecumenical issues, including judging over the Donatist issue in 316, Constantine I sent Hosius, bishop of Córdoba -the one who reportedly instructed him in the faith just before his march to Rome—to investigate and to put an end, if possible, to the controversy. Gereja Kristen yang saat ini menjadi begitu kuat dalam suatu kekuatan Romawi dunia, Konstantinus melegalkan setelah itu pada tahun 313 dengan Edict of Milan, dan ekumenis partaken di beberapa isu, termasuk menghakimi atas masalah Donatis di 316, Constantine I dikirim Hosius, uskup dari Córdoba-yang dilaporkan memerintahkan kepadanya dalam iman hanya sebelum berbaris ke Roma-untuk menyelidiki dan untuk mengakhiri, jika mungkin, untuk kontroversi. Hosius was armed with an open letter from the Emperor: “Wherefore let each one of you, showing consideration for the other, listen to the impartial exhortation of your fellow-servant.” Hosius dipersenjatai dengan sebuah surat terbuka dari Kaisar: “Oleh karena itu biarkan masing-masing dari Anda, menunjukkan pertimbangan untuk yang lain, tidak memihak mendengarkan nasihat dari rekan-rekan-hamba.” But as the debate continued to rage, Constantine took an unprecedented step: he called a council of delegates, summoned from all parts of the empire, to resolve this issue (possibly at Hosius’ recommendation [ 14 ] ). Tapi ketika perdebatan terus marah, Konstantinus mengambil langkah yang belum pernah terjadi: dia disebut sebagai dewan delegasi, dipanggil dari semua bagian kekaisaran, untuk menyelesaikan masalah ini (mungkin di Hosius ‘rekomendasi [14]).
All of the secular dioceses into which the empire had been divided, Roman Britain only excepted, sent one or more representatives to the council, the majority of the bishops coming from the East. Pope Sylvester I , himself too aged to be present, sent two presbyters as his delegates. Semua keuskupan sekuler ke kekaisaran yang telah dibagi, Britania Romawi hanya kecuali, dikirim satu atau lebih wakilnya ke dewan, mayoritas dari para uskup yang datang dari Timur. Paus Silvester aku, dirinya terlalu tua untuk hadir, mengirimkan dua penatua sebagai delegasi. Attending the conference, there was the already mentioned Eusebius of Nicomedia, and Alexander, patriarch of Alexandria. Menghadiri konferensi, ada yang sudah disebutkan Eusebius dari Nikomedia, dan Alexander, patriark dari Aleksandria. There was also the historian, Eusebius of Caesarea , as well as the young Athanasius , who was to eventually spend most of his life battling Arianism. Ada juga sejarawan, Eusebius dari Kaisarea, serta muda Athanasius, yang akan akhirnya menghabiskan sebagian besar hidupnya berjuang melawan Arianisme.
Before the main council, Hosius met with Alexander and his supporters at Nicomedia . [ 15 ] Sebelum dewan utama, Hosius bertemu dengan Alexander dan para pendukungnya di Nikomedia. [15]
This was the First Council of Nicaea, which met in 325, near Constantinople. Ini adalah Konsili Nicea, yang bertemu pada tahun 325, dekat Konstantinopel. Some twenty-two of the bishops at the council, led by Eusebius of Nicomedia, came as supporters of Arius. Sekitar dua puluh dua dari para uskup di konsili, yang dipimpin oleh Eusebius dari Nikomedia, datang sebagai pendukung Arius. But when some of the passages from Arius’ writings were read aloud, they are reported to have been denounced as blasphemous by most of the council participants. [ 16 ] Under the influence of Emperor Constantine I, the assembled bishops agreed upon a creed. Tetapi ketika beberapa bagian dari Arius ‘tulisan-tulisan yang dibacakan dengan keras, mereka dilaporkan telah dikecam sebagai hujat oleh dewan sebagian besar peserta. [16] Di bawah pengaruh Kaisar Constantine I, para uskup yang hadir disepakati sebuah kredo. This creed, which is known as the Nicene creed specifically included the word homoousios–“consubstantial,” or “one in being,”– which was incompatible with the beliefs of Arius. [ 17 ] On June 19, 325, both council and emperor issued a circular letter to the churches in and around Alexandria. Kepercayaan ini, yang dikenal sebagai kredo Nicea khusus termasuk kata homoousios – “sehakikat,” atau “satu dalam keberadaan,” – yang bertentangan dengan keyakinan Arius. [17] Pada tanggal 19 Juni 325, kedua dewan dan kaisar mengeluarkan surat edaran kepada jemaat-jemaat di dalam dan sekitar Alexandria. Arius and two unyielding supporters (Theonas, and Secundus) [ 17 ] were deposed and exiled to Illyricum, while three other bishops, who had also been supportive of Arius, namely Eusebius of Nicomedia, Theognis of Nicaea , and Maris of Chalcedon , were unwilling signatories of the document, but affixed their signatures in deference to the emperor. Arius dan dua pendukung keras (Theonas, dan Secundus) [17] yang digulingkan dan diasingkan ke Illyricum, sementara tiga uskup lainnya, yang juga telah mendukung Arius, yaitu Eusebius dari Nikomedia, Theognis Nicaea, dan Maris dari Chalcedon, tidak bersedia penandatangan dokumen, tapi ditempel tanda tangan mereka untuk menghormati kaisar. However, Constantine found some reason to suspect the sincerity of Eusebius of Nicomedia, as well as that of Theognis and Maris, for he soon after included them in the sentence pronounced on Arius. Namun, Konstantinus menemukan alasan untuk mencurigai ketulusan Eusebius dari Nikomedia, dan juga bahwa dari Theognis dan Maris, karena ia tak lama setelah dimasukkan ke dalam kalimat diucapkan pada Arius. Eusebius of Caesarea defended himself in a letter as having objected to the changes in the creed which he had originally presented, but finally accepted them in the interests of peace (Theod. HE i. 12). Eusebius dari Kaisarea membela diri dalam sebuah surat sebagai memiliki keberatan dengan perubahan dalam keyakinan yang semula disajikan, tapi akhirnya menerima mereka dalam kepentingan perdamaian (Theod. HE i. 12).
[ edit ] After the Council of Nicaea and his death [Sunting] Setelah Konsili Nicea dan kematiannya
Main article: Arian controversy Artikel utama: Kontroversi Arian
That the apparent public unanimity of the council (Secundus and Theonas of Lower Egypt being the only dissenters) masked a considerable amount of divergent opinion is indisputable. Bahwa kebulatan suara publik jelas dewan (Secundus dan Mesir Hilir Theonas menjadi satu-satunya pembangkang) bertopeng cukup banyak perbedaan pendapat tidak bisa dibantah. Doubts over the use of a term which had been previously denounced as Sabellian weighed on the minds of many. Keraguan atas penggunaan istilah yang telah dikecam sebagai Sabellian sebelumnya ditimbang di pikiran banyak orang. Eusebius of Caesarea has been charged by many later writers as having embraced Arianism. Eusebius dari Kaisarea telah dituduh oleh banyak kemudian penulis memiliki memeluk Arianisme. But his attitude suggests that his objections to the decision, which he allowed his love of peace to overrule, owed more to the dread of possible consequences than to the decision in itself. Tapi sikapnya menunjukkan bahwa keberatan terhadap keputusan yang ia membiarkan cinta damai untuk mengesampingkan, berutang lebih ke ketakutan tentang kemungkinan konsekuensi daripada keputusan sendiri. And his allusion to the proceedings at Nicaea in the letter just mentioned shows that his apprehensions were not unreasonable. Dan kiasan dalam persidangan di Nicea dalam surat hanya disebutkan menunjukkan bahwa kekhawatiran itu tidak beralasan. For he remarks how the final consensus emerged after considerable discussion that the term homoousion was not intended to indicate that the Son formed an actual portion of the Father, which would have led to Sabellianism, the fear of which fed much of the dissension to the creed. Sebab ia komentar bagaimana konsensus final muncul setelah diskusi yang cukup homoousion istilah ini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Anak membentuk bagian sebenarnya Bapa, yang akan menyebabkan paham Sabellianisme, takut yang makan banyak perpecahan pada syahadat . On the other hand, Athanasius was convinced that unless the essence of the Son was definitely understood to be the same as that of the Father, it would inevitably follow that the Son would at best be no more than an aeon . Di sisi lain, Athanasius yakin bahwa esensi kecuali Anak jelas dipahami sebagai sama dengan Bapa, itu pasti akan mengikuti bahwa Anak akan paling banter tidak lebih dari satu aeon.
The homoousian party’s victory at Nicaea was short-lived, however. Yang homoousian kemenangan partai di Nicea hanya berumur pendek, bagaimanapun. The controversy recommenced as soon as the decrees were promulgated. Kontroversi recommenced segera setelah keputusan itu diundangkan. When Alexander died at Alexandria in 327, Athanasius succeeded him despite not meeting the age requirement for a bishop. Ketika Alexander meninggal di Alexandria di 327, Athanasius menggantikannya meskipun tidak memenuhi syarat usia untuk seorang uskup. Eusebius of Nicomedia, after writing a diplomatic letter to Constantine, was soon reinstated to his see and the good graces of the emperor. Eusebius dari Nikomedia, setelah menulis surat diplomatik kepada Konstantinus, segera dipulihkan ke melihat dan rahmat yang baik kaisar. Arius, who had taken refuge in Palestine, was also soon permitted to return, after reformulating his Christology in an effort to mute the ideas his opponents found most objectionable. Arius, yang telah mengungsi di Palestina, juga segera diizinkan untuk kembali, setelah reformulasi Kristologi-nya dalam upaya untuk menghilangkan musuh-musuhnya menemukan ide-ide yang paling diterima. Before long, this turn of events led to a complete reversal of the position of the contending parties. Eustathius of Antioch , a staunch supporter of Athanasius, was deposed after involving himself in a controversy with Eusebius of Caesarea. Marcellus of Ancyra , another partisan of Athanasius, was charged with Sabellianism in attempting to defend Nicene Christology and was deposed in 336. Tak lama, keadaan ini menyebabkan pembalikan lengkap posisi dari pihak berpendapat. Eustathius dari Antiokhia, pendukung setia Athanasius, digulingkan setelah melibatkan diri dalam kontroversi dengan Eusebius dari Kaisarea. Marcellus dari Ankara, partisan lain dari Athanasius, didakwa dengan paham Sabellianisme dalam usahanya untuk mempertahankan Nicea Kristologi dan digulingkan dalam 336. In the meantime, Eusebius of Nicomedia turned against pugnacious Athanasius. Sementara itu, Eusebius dari Nikomedia berbalik melawan garang Athanasius. Following Arius’ restoration to Constantine’s favor, the emperor admonished Athanasius to readmit Arius to communion. Setelah Arius ‘pemulihan untuk mendukung Konstantinus, kaisar memperingatkan Arius Athanasius untuk mengizinkan masuk kembali ke dalam persekutuan. Athanasius refused and was exiled to Trier . Athanasius menolak dan dibuang ke Trier.
Arius was summoned before Constantine and judged suitably compliant, whereupon the emperor directed Alexander of Constantinople to receive Arius back into communion despite his objections. Arius dipanggil sebelum Konstantinus dan dihakimi sesuai compliant, dimana kaisar Alexander dari Konstantinopel diarahkan untuk menerima Arius kembali ke dalam persekutuan meskipun ia keberatan. However, the day before he was to be readmitted to communion, Arius is reported to have died suddenly. Namun, sehari sebelum ia akan diterima kembali ke dalam persekutuan, Arius dilaporkan telah meninggal mendadak. Socrates Scholasticus, a detractor, describes Arius’ death as follows: Sokrates Scholasticus, seorang pencela, menggambarkan Arius ‘kematian sebagai berikut:
It was then Saturday, and… Saat itu Sabtu, dan … going out of the imperial palace, attended by a crowd of Eusebian [Eusebius of Nicomedia is meant] partisans like guards, he [Arius] paraded proudly through the midst of the city, attracting the notice of all the people. akan keluar dari istana kekaisaran, dihadiri oleh kerumunan Eusebian [Eusebius dari Nikomedia yang dimaksud] partisan seperti penjaga, dia [Arius] diarak dengan bangga melalui tengah-tengah kota, menarik perhatian semua orang. As he approached the place called Constantine’s Forum, where the column of porphyry is erected, a terror arising from the remorse of conscience seized Arius, and with the terror a violent relaxation of the bowels: he therefore enquired whether there was a convenient place near, and being directed to the back of Constantine’s Forum, he hastened thither. Ketika ia mendekati tempat bernama Konstantinus Forum, di mana kolom porphyry didirikan, sebuah teror yang timbul dari hati nurani penyesalan disita Arius, dan dengan teror kekerasan relaksasi perut: karena itu ia bertanya apakah ada tempat yang nyaman dekat, dan diarahkan ke bagian belakang Konstantinus Forum, ia bergegas ke sana. Soon after a faintness came over him, and together with the evacuations his bowels protruded, followed by a copious hemorrhage, and the descent of the smaller intestines: moreover portions of his spleen and liver were brought off in the effusion of blood, so that he almost immediately died. Segera setelah pingsan datang kepadanya, dan bersama-sama dengan evakuasi perutnya menonjol, diikuti dengan perdarahan berlebihan, dan turunnya usus yang lebih kecil: apalagi bagian-bagian dari limpa dan hati dibawa pergi dalam efusi darah, sehingga ia hampir segera meninggal. The scene of this catastrophe still is shown at Constantinople, as I have said, behind the shambles in the colonnade: and by persons going by pointing the finger at the place, there is a perpetual remembrance preserved of this extraordinary kind of death. Tempat kejadian bencana ini masih akan ditampilkan di Konstantinopel, seperti yang telah saya katakan, di belakang berantakan dalam barisan tiang: dan oleh orang-orang akan dengan menunjuk jari di tempat, ada peringatan terus-menerus diawetkan dari jenis yang luar biasa ini kematian.
Many Nicene Christians asserted Arius’ death was miraculous—a consequence of his heretical views. Banyak orang Kristen Nicea menegaskan Arius ‘ajaib-kematian adalah konsekuensi dari pandangan sesat. Several scholarly studies suggest that Arius was poisoned by his opponents. [ 7 ] This article uses text from A Dictionary of Christian Biography and Literature to the End of the Sixth Century AD, with an Account of the Principal Sects and Heresies by Henry Wace . Beberapa studi ilmiah menyarankan bahwa Arius diracuni oleh lawan-lawannya. [7] Artikel ini menggunakan teks dari Seorang Kamus Biografi dan Sastra Kristen di Akhir Abad Keenam Masehi, dengan Kepala Sekolah Rekening Sekte dan Heresies oleh Henry Wace.
erzal 8:37 am on 04/09/2009 Permalink |
Arianisme
From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Arianism is the theological teaching of Arius ( ca. AD 250–336), a Christian priest, who was first ruled a heretic at the First Council of Nicea of 325, later exonerated at the Council of Jerusalem of 335 [ 1 ] , and then pronounced a heretic again after his death [ citation needed ] . Arianisme adalah ajaran teologis Arius (ca. AD 250-336), seorang pendeta Kristen, yang pertama kali memerintah sesat pada Konsili Nicea tahun 325, kemudian dibebaskan pada Konsili Yerusalem dari 335 [1], dan kemudian pengucapan yang sesat lagi setelah kematiannya [rujukan?]. The Roman Emperors Constantius II (337-361) and Valens (364-378) were Arians or Semi-Arians . Kaisar Romawi Konstantius II (337-361) dan Valens (364-378) adalah Arian atau Semi-Arian.
Arius lived and taught in Alexandria, Egypt . Arius tinggal dan mengajar di Alexandria, Mesir. The most controversial of his teachings dealt with the relationship between God the Father and the person of Jesus , saying that Jesus was not of one substance with the Father and that there had been a time before Jesus existed. Yang paling kontroversial ajarannya berurusan dengan hubungan antara Allah Bapa dan pribadi Yesus, mengatakan bahwa Yesus tidak satu substansi dengan Bapa dan bahwa telah terjadi waktu sebelum Yesus ada. This teaching of Arius conflicts with other christological positions held by Church theologians (and subsequently maintained by the Roman Catholic Church , the Eastern Orthodox Churches and most Protestant Churches). Arius ajaran ini bertentangan dengan posisi kristologis lain dipegang oleh Gereja teolog (dan kemudian dipelihara oleh Gereja Katolik Roma, maka Gereja-Gereja Ortodoks Timur dan sebagian besar Protestan Gereja).
The term “Arianism” is also used to refer to other nontrinitarian theological systems of the 4th century, which regarded the Son of God, the Logos , as a created being (as in Arianism proper and Anomoeanism ) or as neither uncreated nor created in the sense other beings are created (as in “Semi-Arianism”). Istilah “Arianisme” juga digunakan untuk merujuk kepada lain nontrinitarian sistem teologis dari abad ke-4, yang dianggap Anak Allah, Logos, sebagai makhluk ciptaan (seperti dalam Arianisme yang tepat dan Anomoeanism) atau sebagai tidak diciptakan atau dibuat dalam akal diciptakan makhluk lain (seperti dalam “semi-Arianisme”).
alo 8:30 am on 21/07/2010 Permalink |
ente-ente sadarlah karena agama ente belum lahir saat itu. terus ente memberi komentar tentang sejarah itu.
kalau ente sadar tentu ente tahu bahwa agama ente itu berasal dari sekte-sekte kristen yang ente sebut di atas. seperti ente sebut soal nestorinisme dan arianisme. bukankah aliran kristen yang ente sebut itu muncul sebelum tahun 620M
alo 8:35 am on 21/07/2010 Permalink |
di kitab agama ente tidak ada kata-kata menghujat Paulus atau anti Paulus. coba ente bertanya dalam hati: “kenapa kami begitu benci pada Paulus?”
kenapa ada kesamaan kebencian pada Paulus dengan sekte-sekte Kristen sebelum 620M seperti Manikeisme, sabiin, ebionit dll.
suaib bin korep 3:49 am on 21/10/2010 Permalink |
Kasihan banget lo ya sampe nulis gini panjang dan koar2 buat ngebuktiin pikiran lo. sudah salah, pede lagi. dikira yang belajar sejarah agama kristen cuman lo sendiri. ckckckck…
mandangnya gini nyet: kalo seumpama ibu anda melakukan suatu kesalahan, tentu anda akn memaafkannya kan ? karena anda memandangnya dari sudut pandang anak (keluarga). coba anda di pihak lain masihkah anda mau memafkan ?. bisa jadi malah anda bunuh ibu itu. padahal, nih dengerin. padahal belum tentu itu kesalahan ibu anda. so, kalo anda orang waras tentu paham maksud saya bukan ?
jadi, nih kesimpulannya. selama anda belajar agama dengan tidak disertai “kerendah hatian dan kejujuran”, maka selamanya anda akan menemukan banyak “kekurangan/kesalahan” agama lain. apapun itu.
kau pikir muhammad dan islam ga banyak kasus yang aneh2 dan layak dipertanyakan apa ?. bodoh !
mulailah dengan sejarah dia dapat wahyu dari gua hira. itu sudah pertanyaan besar. eits, jgn nafsu dulu. nanti belajarnya dengan iklas , jujur dan hati yang tenang, biar semua terlihat jelas.
OK ?
oh ya, mungkin kmu akn nanggepin ini dengan emosional dan marah2 sambil ngumpat2 whatever lah. ya itu emang kebisaanmu. mo gimana lagi..
SERBUIFF 1:59 am on 23/10/2010 Permalink |
Kasihan banget lo ya sampe nulis gini panjang dan koar2 buat ngebuktiin pikiran lo. sudah salah,###### DIMANA SALAHNYA BUNG ? pede lagi. dikira yang belajar sejarah agama kristen cuman lo sendiri. ckckckck…##### YG BIANG SIAPA BUNG ?
mandangnya gini nyet: ##### LU YG MONYET BUNG !……..kalo seumpama ibu anda melakukan suatu kesalahan, tentu anda akn memaafkannya kan ? karena anda memandangnya dari sudut pandang anak (keluarga). coba anda di pihak lain masihkah anda mau memafkan ?. bisa jadi malah anda bunuh ibu itu. ##### EH MEMBUNUH ITU DOSA BESAR BUNG !……padahal, nih dengerin. padahal belum tentu itu kesalahan ibu anda. so, kalo anda orang waras tentu paham maksud saya bukan ? ###SAYA WARAS ANDA YG NGGAK WARAS. MAKANYA JANGAN MAIN BUNUH
jadi, nih kesimpulannya. selama anda belajar agama dengan tidak disertai “kerendah hatian dan kejujuran”, ###### YG SOMBONG SIAPA ? maka selamanya anda akan menemukan banyak “kekurangan/kesalahan” agama lain. apapun itu.##### MEMANG BANYAK KOK KEKURANGAN DAN KESALAHAN AGAMA LAIN.
kau pikir muhammad dan islam ga banyak kasus yang aneh2 dan layak dipertanyakan apa ?####### APA ITU ? bodoh !#######LU YG BODOH BUNG !
mulailah dengan sejarah dia dapat wahyu dari gua hira. itu sudah pertanyaan besar. #### APA PERTANYAAN BESAR ITU ? eits, jgn nafsu dulu.######### NAFSU APAAN ? nanti belajarnya dengan iklas , jujur dan hati yang tenang, biar semua terlihat jelas.
OK ?
oh ya, mungkin kmu akn nanggepin ini dengan emosional dan marah2 sambil ngumpat2 whatever lah. ya itu emang kebisaanmu. mo gimana lagi..######## AH NGGAK JUGA BUNG ! BIASA AJA !
Isa 4:30 am on 27/04/2014 Permalink |
BANYAK MUALAF AWALNYA HANYA KARENA SUNGGUH-SUNGGUH INGIN MENCARI DAN MENTAATI AJARAN ORISINIL NABI ISA A.S, MENDALAMI SEJARAH GEREJA dan/atau MENGKRITISI BIBEL/INJIL/AL KITAB PERJANJIAN BARU
biarkanlah… tunggu aja kedatangan kembali Nabi Isa A.S menjelang kiamat, apakah beliau akan ikut-ikutan kebaktian sambil membawa salib berteriak haleluya haleluya heleluya ber xxx yang dipimpin oleh Paulus dari Tarsus dkk dgn segala macam ajaran, doktrin dan dogmanya ; ataukah beliau akan menghakimi, mengadili dan menjadi saksi atas kebenaran ajaran MONOTHEISME murni dgn menghancurkan segala berhala dan atributnya yang dimurkai, terkutuk, terlaknat, sesat dan menyesatkan serta ikut mendirikan shalat bersama para nabi dan rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad beserta para malaikat Allah… gitu aja kok rewel dan ribet banget to mas…
Sesungguhnya ajaran yg diturunkan kpd para Nabi dan Rasul pada hakikatnya adalah sama/satu, tidak layak apabila ada yang menyimpangkannya. Kebenaran hanya datang dari sisi Allah.
Dengan lapang dada, hati yg mulia dan tenang, akal pikiran yg sehat dan jernih, tanpa kebencian dan emosi, tanpa dogmatis, tanpa prasangka buruk dgn penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab mari kita memilih dan menentukan jalan keselamatan hidup di dunia dan akhirat menuju kembali kepada Allah
Hanya ada 3 (tiga) jalan keselamatan kristiani:
1. Koreksi total, progresif dan revolusioner terhadap semua ajaran/doktrin/dogma Paulus dari Tarsus dkk melalui KONSILI BARU setingkat konsili Nicea (325 M) a.l. mengangkat Yesus sebagai tuhan dan konsili Konstantinopel (381 M) a.l. lahirnya trinitas serta konsili-konsili lainnya (hal ini amat sulit sekali dan memerlukan keberanian sangat luar biasa pihak otoritas gereja dan umatnya);
2. Kembali menjalankan ajaran Nabi Isa / Yesus secara murni dan konsekuen sebagaimana yang diwahyukan Allah kepadanya dalam Injil asli berbahasa Ibrani / Aramic ketika beliau hidup (1-33 M) dan diangkat sebagai utusan-Nya (+ – 29 M) (kalau risalahnya masih ada), tanpa campur tangan / karangan manusia, sekalipun itu murid pertama beliau
3. Menjadi Muslim sebagai satu-satunya jalan kebenaran sejati-hakiki pengikut setia Nabi Isa / Yesus dan jaminan keselamatan dunia dan akhirat. Seluruh risalah kenabian sudah ditutup, tiada lagi nabi dan rasul, tiada lagi kitab suci; kita hidup di akhir zaman sampai kiamat dan Islam adalah yang terakhir. Setiap detik umur kita berkurang, setiap detik kita mendekati kematian dan meninggalkan dunia fana ini. Hati-hati, jangan salah jalan supaya tidak menyesal…