Babi….oh…. Babi……
Babi….oh…. Babi……
Nampaknya Kenan ketinggalan informasi. Di rubrik ini, buku-buku dan majalah Kristen yang melecehkan Islam sudah diungkap dan disanggah. Silahkan Kenan membaca buku Awas Bibel Masuk Rumah Kita yang diterbitkan oleh Sabili.
Kasus terbaru adalah majalah Midrash Talmiddim yang diterbitkan oleh Pendeta Edi Sapto. Dalam majalah yang diketuai oleh Pendeta Yosua ini, Islam disudutkan dengan berbagai tuduhan tanpa dasar, antara lain: Allah dalam Al-Qur`an itu menyesatkan dan tidak Maha Pengampun; gambar Bunda Maria, gambar Yesus dan Salib terdapat di ka’bah; Nabi Muhammad pernah bergabung dengan peribadatan kafir; Nabi Muhammad pemarah dan pembuat ayat Al-Qur`an; dll.
Kenapa umat Islam haram makan babi padahal babi adalah ciptaan Tuhan? Secara berkelakar, pertanyaan ini sebetulnya bisa saja dijawab dengan balik bertanya kepada penanya: mengapa orang tidak mau makan tikus, belatung, ulat, kecoak, orong-orong, nyamuk, jentik, cacing, cicak, kadal, laba-laba, tawon, kecebong, wereng, bangkai, dan lain-lain? Padahal itu semua adalah ciptaan Tuhan. Dengan kata lain, secara gampang orang bisa menyimpulkan bahwa tidak semua ciptaan Tuhan itu untuk dikonsumsi oleh mulut manusia.
Secara tegas, umat Islam haram makan babi karena Tuhan telah mengharamkannya dalam Al-Qur`an: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah,…” (Qs. Al-Ma`idah 3; bdk: An-Nahl 115, Al-Baqarah 173, Al-An’am 145).
Memang, Allah telah menciptakan segala yang ada di muka bumi (ma fil ardhi jami’an) untuk manusia (Al-Baqarah 29, Al-Jatsiyah 13). Tapi bukan berarti semuanya untuk dimakan, melainkan ada yang dipantang.
Allah itu Maha Baik (Thoyyib) yang menyukai kebaikan. Maka Dia tidak akan menerima segala hal kecuali yang baik saja. Dengan adilnya Dia mempersilahkan manusia mengkonsumsi seluruh ciptaan-Nya yang halal dan baik (thoyyib), serta tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf 31).
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Qs. Al-Baqarah 168).
Dalam pandangan Alkitab (Bibel), keharaman babi dinyatakan jauh lebih ekstrim. Babi tidak hanya haram dimakan, tapi juga haram disentuh. Segala yang menyentuh daging babi menjadi najis (Imamat 11:26-27). Tentang haramnya babi dalam Bibel, Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun:
“Dan lagi babi, karena sungguhpun kukunya terbelah dua, yaitu bersiratan kukunya, tetapi ia tiada memamah biak, maka haramlah ia kepadamu. Janganlah kamu makan dari pada dagingnya dan jangan pula kamu menjamah bangkainya, maka haramlah ia kepadamu” (Imamat 11: 7-8, bdk: Ulangan 14: 8).
Para penggemar sate babi harus membaca ayat-ayat tersebut dengan lapang dada. Apalagi, dalam sepanjang hidupnya Yesus tidak pernah makan babi. Dalam ayat-ayat Alkitab, tak ada satu pun ayat yang menyebutkan Yesus memakan daging babi. Malah Yesus pernah membunuh babi dua ribu ekor dengan cara memindahkan roh jahat ke dalam babi hingga mati lemas tercebur danau” (Markus 5:13). Kenyataan bahwa Yesus tidak pernah makan babi dalam Alkitab ini bisa dimaklumi, karena dia tidak menghapus hukum Taurat.
“Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal” (Lukas 16: 17). “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Matius 5: 17).
Satu-satunya ayat Injil yang sering dipakai sebagai dalil bahwa Yesus menghalalkan semua makanan adalah Injil Markus 7: 14-19, karena pada ujung ayat 19 itu disebutkan: “Dengan demikian Yesus menyatakan semua makanan halal”
Dalam Alkitab Today’s English Version 1976, penggalan ayat tersebut berbunyi: “In saying this, Jesus declared that all foods are fit to be eaten,” dan ditulis dalam tanda kurung. Biasanya, ayat Injil ditulis dalam tanda kurung itu tidak asli. Contoh ayat yang ditulis dalam tanda kurung adalah Markus 7:16, Markus 9:44 & 46, Markus 11:26, Markus 15:28 dan Markus 16:9-20. Lembaga Biblika Indonesia (LBI), lembaga tafsir resmi milik Katolik, menjelaskan kepalsuan ayat-ayat tersebut. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan Singkat terbitan tahun 1978, ayat-ayat tersebut masing-masing diberi catatan kaki “AYAT TIDAK ASLI.”
Ada juga teolog yang mengatakan bahwa semua makanan -termasuk babi- itu halal, karena yang haram bukanlah benda yang masuk ke dalam mulut, tetapi yang keluar dari mulut. Mereka berkilah bahwa pendapat ini sesuai dengan Injil Matius 15:11: “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.”
Pendapat ini lemah, tidak logis dan menyimpang dari topik halal-haramnya makanan. Jika semua yang masuk ke dalam mulut manusia tidak menajiskan, bagaimana jika yang masuk ke mulut adalah ganja, morphine, shabu-shabu dan sejenisnya? Apakah jadi halal jika dimasukkan ke dalam mulut, walaupun merusak tubuh, melemahkan pikiran dan membunuh jiwa manusia?
Dalil yang paling kuat dalam Bibel untuk menghalalkan semua makanan adalah ayat-ayat doktrin Paulus, antara lain: “Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani” (Surat Paulus kepada Jemaat Korintus yang Pertama 10: 25).
Menentang hukum Taurat dalam Bibel adalah salah satu karakteristik Paulus. Dalam banyak ayat, Paulus menyatakan permusuhan terhadap hukum Taurat, antara lain: “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus…. Sebab: “tidak ada seorang pun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat” (Surat Paulus kepada Jemaat Galatia 2: 16).
Jika ajaran Paulus ini disosialisasikan, maka betapa rusaknya tatanan masyarakat dunia. Karena hukum Taurat tidak semuanya bertentangan dengan zaman. Masih banyak hukum-hukum yang masih sesuai dengan perkembangan zaman bahkan mustahil dihapuskan dan sesuai dengan syariat agama, misalnya: larangan menyembah patung (Keluaran 20: 5); perintah hormat kepada ayah dan ibu (Keluaran 20: 12; larangan membunuh, zina dan mencuri (Keluaran 20: 13-16); dll.
Walhasil, silakan memilih hukum halal dan haram. Ikut Allah dan Nabi yang mengharamkan babi, ataukah ikut Paulus yang menghalalkan babi. Jika memilih opsi yang kedua, camkan resikonya. Karena penelitian medis membuktikan bahwa babi beresiko tinggi terhadap berbagai penyakit ganas yang menular bagi manusia, penyakit virus (yang menyerang organ pencernaan, pernafasan, usus, darah dan flu babi), cacing (cacing trichinella spiralis yang hidup di otot manusia ini, cacing ascariasis yang menghabiskan makanan manusia, cacing pita) dan jamur yang menyerang paru-paru.
camar 4:34 am on 07/08/2012 Permalink |
Mrk. 7:19 Makanan itu tidak masuk ke dalam hati, tetapi masuk ke dalam perut. Dari perut keluar lagi.” Dengan berkata demikian, Ia menyatakan bahwa semua makanan halal.
Kis. 10:15 Tetapi suara itu berbicara kedua kalinya, “Allah sudah menjadikan itu halal. Jangan katakan itu haram.”
Kis. 11:9 Suara itu berkata lagi dari surga, ‘Allah telah menjadikan itu halal, jangan engkau mengatakannya haram.’
Rm. 14:20 Jangan biarkan hal tentang makanan membinasakan pekerjaan Allah. Semua makanan halal. Tetapi salah bagi orang yang makan sesuatu, yang membuat orang lain jatuh ke dalam dosa.
1Tim. 4:5 Semua yang dijadikan-Nya halal oleh firman Allah dan oleh doa
sudah lah gugur sudah ketauhidtan allahnya orang arab..mau tau quran itu wahyu allah atau tidak??? mari buktikan• Di Surat ke 6 (Al An’aam) ayat 104, dikatakan: “dan aku sekali-kali bukanlah pemelihara [mu]” – ini Muhammad yang berkata – “Aku”, “dan aku sekali-kali bukanlah pemelihara [mu].”
• Dan di Surat ke 6 (Al An’aam) ayat 114, berkata: “Patutkah aku mencari allah lain selain Allah”… “aku mencari.”
• Dan di Surat ke 11 (Huud), ayat 2-3, berkata: “agar kamu tidak menyembah selain Allah: Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripadaNya. Aku seorang pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripadaNya”.• Dan lagi di Surat ke 27 (Al Naml) ayat 91 dan 92: “Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini… Aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Jadi ini semua adalah orang pertama dan pembicara disini adalah Muhammad.
• Di Surat ke 27 (Al Naml) ayat 92: “dan supaya aku membacakan Al Qur’an. Maka barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk dirinya. Dan supaya aku membacakan Al Qur’an.”
• Di Surat ke 42 (Asy Syuuraa), ayat 10: “Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya kepada Allah. Itulah Allah Tuhanku. kepadaNya lah aku bertawakal dan kepadaNya lah aku kembali.”
.: Mereka berkata dalam bahasa mereka sendiri. Di Surat ke 19 (Maryam) ayat 64: “Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.” Para malaikat berkata, “Kami turun”, dan para ahli naskah agama juga mengatakannya. Ibn Katheer berkata, mengutip Ibn Abbas – dan ada cerita dibelakang ini – alasan kenapa ayat ini dibuka, kesempatan dimana ayat ini diungkapkan, katanya, mengutip Ibn Abbas: “Jibril berlambat-lambat.” Apa arti “berlambat-lambat”? Artinya ia terlambat datang ke pembawa pesan Allah, sehingga pembawa pesan Allah berduka. Apa arti “berduka”? Artinya ia merasa sedih, sehingga pembawa pesan Allah berduka karenanya, dan sedih, dan karenanya Jibril datang kepadanya dan berkata “Oh Muhammad… Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.” Jadi disini ia tidak mengkomunikasikan perkataan Allah, ia adalah pembicaranya sendiri. Jadi bagaimana hal ini bisa ada di Al Qur’an? Dan di Pegunungan Mogahed, ia berkata, “Pembawa pesan terlambat datang kepada para pembawa pesan” – yaitu para malaikat – kemudian Jibril datang, jadi ia berkata kepada Jibril – Muhammad bertanya kepada malaikat – “Apa yang menyebabkan engkau terlambat, Jibril? – “Apa yang membuat engkau berlambat-lambat?” Jadi Jibril menjawabnya: “Dan bagaimana aku dapat datang kepadamu saat engkau tidak memotong kukumu dan membersihkan mata kakimu, maupun mencukur jenggotmu, juga tidak menggosok gigimu?” Kemudian ia berkata: “Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.” Jadi apa yang sebenarnya mengakibatkan malaikat tidak muncul? Apa itu? Saat seseorang tidak gosok gigi, malaikat pantang untuk datang! Apakah mereka jijik dengan bau mulut, atau apa? Dan ia harus memotong atau mencukur jenggotnya? Maksud saya, hal-hal ini menimbulkan banyak pertanyaan! Mengapa malaikat harus menunda karena hal-hal seperti itu? Ini salah satu contoh, dan ada satu lagi di Surat ke 37 (Al Safat), ayat 164…Dalam ayat-ayat ini, Surat ke 103 (Al ‘Ashr), ayat 1-3: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,” – sebuah sumpah… Allah bersumpah – “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” Tidak ada sedikitpun acuan yang menunjukkan adanya pesan dari Allah yang Maha Kuasa. Bahkan ada banyak ayat-ayat lainnya, lebih banyak lagi di dalam Al Qur’an, yang tidak berasal dari Allah, dan bahkan perkataan- perkataan tersebut tidak mungkin berasal dari Allah.Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang!” Apakah Allah akan mengucapkan “basmala” lagi? “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,” Apakah Allah akan berkata, “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam? Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah.” Dengan siapa Allah berbicara, dan berkata: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah?” Ini adalah perkataan manusia, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan HANYA KEPADA Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Apakah Allah akan berkata, “Tunjukilah kami jalan yang lurus”? Tidak mungkin! Dalam Surat ke 62 (Al Jumu’ah), dikatakan: “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Bertasbih kepada Allah? Apakah Allah yang berkata demikian? Apa yang akan Allah katakan, “Bertasbih kepada Allah”? Surat ke 57 (Al Hadiid), ayat 1, dan Surat ke 59 (Al Hasyr), Surat ke 61 (Ash Shaff), dan Surat ke 64 (Al Taghaabun). Semuanya dimulai dengan: “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah.” Jadi ini bukanlah perkataan Allah
SERBUIFF 5:52 am on 07/08/2012 Permalink |
paulus si pendusta lu ikutin,..ayat pernyataan yesus tentang babi itu palsu……
camar 7:01 am on 07/08/2012 Permalink |
bagaiana dengan wahyu quran anda yang ternyata adaklah omongan muhammad ?????
SERBUIFF 2:20 am on 08/08/2012 Permalink |
al quran adalah firman dari Alllah untuk nabi muhammad yg disampaikan melalui jibril. Apa yang difirmankan Allah itulah yg disampaikan muhammad, tidak dilebihkan tidak dikurangi… Muhammad tidak pernah ngarang Al quran….paham nggak ? …
camar 4:16 am on 08/08/2012 Permalink |
yang say tanya itu kata kata muhammad atau allah .itu saja tidak lebih antara ya dan tidak itu saja…
Stain Remover 2:38 pm on 08/08/2012 Permalink |
@camar
Makanya jangan mau kalau dijadikan binatang ternak oleh paulus :
Ucapannya (Muhammad) itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)﴾Qs. An Najm : 4﴿
masih nggak ngerti ?
camar 2:07 am on 13/08/2012 Permalink |
wahyu yang di wahyukan????lalu allah mana yang mewahyukan ini kepada muhammad??? “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,” Apakah Allah akan berkata, “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam? Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah.” Dengan siapa Allah berbicara, dan berkata: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah?” Ini adalah perkataan manusia, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan HANYA KEPADA Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Apakah Allah akan berkata, “Tunjukilah kami jalan yang lurus”? Tidak mungkin! Dalam Surat ke 62 (Al Jumu’ah), dikatakan: “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Bertasbih kepada Allah? Apakah Allah yang berkata demikian? Apa yang akan Allah katakan, “Bertasbih kepada Allah”? Surat ke 57 (Al Hadiid), ayat 1, dan Surat ke 59 (Al Hasyr), Surat ke 61 (Ash Shaff), dan Surat ke 64 (Al Taghaabun). Semuanya dimulai dengan: “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah.” Jadi ini bukanlah perkataan Allah…sdr sdr hanya inikah kemampuanmu menjawab /??? lebih baik katakan saja wallahu alam ..itu jawaban terbaik.
ungke 11:44 am on 13/08/2012 Permalink |
Nda nyampe tingkat pemahaman si serbuiff dan ST untuk ayat diatas, padahal “KATANYA ” quran di tulis dengan bahasa yang terang dan mudah di mengerti, tapi kenyataan quran itu ditulis dengan tidak teratur, rancu, susah di mengerti dan mengandung arti ambigu