ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM
2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM (1/6) Muhammad Husain Haekal WASHINGTON IRVING sebagai penulis terkemuka telah menjadi kebanggaan Amerika Serikat terhadap bangsa-bangsa lain dalam abad ke-19. Dia telah menulis buku tentang sejarah hidup Nabi. Dalam buku ini dibentangkannya sejarah Nabi itu dengan kemampuan retorika yang cukup besar sehingga tidak sedikit bagian-bagian yang dapat memikat hati pembacanya. Disamping kemampuannya itu kadang terlihat juga kejujurannya, tapi kadang tampak pula tidak toleran dan penuh prasangka. Buku ini disudahi dengan sebuah penutup yang menjelaskan pokok-pokok ajaran rukun Islam, serta apa yang dikiranya sumber-sumber yang berdasarkan sejarah yang telah dijadikan landasan ajaran itu, didahului dengan soal keimanan kepada Tuhan, kepada para malaikat, kitab-kitab, para rasul dan hari kemudian. Kemudian katanya: "Rukun keenam dan terakhir daripada rukun akidah Islam (rukun iman) ialah jabariah.1 Sebagian besar kemenangan Muhammad dalam perang didasarkan kepada ajaran ini. Segala peristiwa yang terjadi dalam hidup sudah ditentukan lebih dulu oleh takdir Tuhan, sudah tertulis dalam 'Papan Abadi'2 sebelum Tuhan menciptakan alam ini, dan bahwa nasib dan ajal manusia semua sudah ditentukan, sudah tak dapat dielakkan lagi. Dengan cara apa pun menurut kemampuan usaha dan pikiran manusia, sudah tak dapat dimajukan lagi. Dengan keyakinan ini kaum Muslimin terjun ke medan perang tanpa merasa takut sama sekali. Kalau mati dalam pertempuran demikian ini sama dengan mati syahid yang akan langsung masuk surga, maka mereka yakin salah satu ini pasti akan mereka capai -syahid atau menang. "Ajaran yang menentukan, bahwa manusia tidak berdaya dengan kemauannya yang bebas itu untuk menghindari dosa atau selamat dari siksa, sebagian kaum Muslimin menganggapnya bertentangan dengan keadilan dan rahmat Tuhan. Beberapa golongan timbul. Mereka berusaha dan terus berusaha hendak meringankan dan memberi penjelasan mengenai ajaran yang membingungkan ini. Tetapi jumlah yang masih sangsi tidak banyak. Mereka ini tidak termasuk golongan Sunnah (orthodoks). "Muhammad mendapat inspirasi tentang ajaran ini tepat pada waktunya. Memang ini ilham yang luar biasa terjadi pada waktu yang tepat sekali. Kejadian ini persis sesudah Perang Uhud yang malang itu, yang tidak sedikit makan korban sahabat-sahabatnya, termasuk Hamzah pamannya. Ketika itulah, tatkala kesedihan dan kegelisahan sedang mencekam hati sahabat-sahabat yang mengelilinginya, peraturan ini dikeluarkan -- bahwa manusia tak dapat mengelak dari kematian, bila ajal sudahm tiba, sama saja di tempat tidur atau di medan perang ... "Kiranya orang takkan dapat melukiskan suatu ajaran yang lebih tepat dari ini untuk mendorong sekelompok tentara yang bodoh tidak berpengalaman itu menyerbu secara buas ke medan perang. Mereka sudah diyakinkan, kalau hidup mendapat rampasan perang, kalau mati mendapat surga! Karena ajaran ini juga tentara Muslimin sudah hampir tak dapat dikalahkan lagi. Akan tetapi ini juga yang mengandung racun yang akan menghancurkan kekuasaan Islam itu. Begitu pengganti-pengganti Nabi itu berhenti sebagai penakluk, begitu mereka menyarungkan kembali pedangnya untuk selama-lamanya, ajaran jabariah ini pun mulai pula mengerumit (menggerogoti) untuk merusak. Urat-saraf Muslimin sudah peka terhadap perdamaian, juga sudah peka terhadap kekayaan materi yang dibolehkan oleh Qur'an, dan yang merupakan pemisahan yang tajam antara prinsip-prinsip ini dengan agama Kristen, agama suci dan kasih sayang. Seorang Muslim yang ditimpa kemalangan menganggapnya sebagai nasib yang sudah ditakdirkan Tuhan dan tak dapat dihindarkan, jadi harus tunduk dan menerima, selama segala daya upaya dan pikiran manusia memang tidak berguna. "Rumus yang berbunyi: "Tolonglah dirimu, Tuhan akan menolongmu" dipandang oleh pengikut-pengikut Muhammad tak dapat dilaksanakan, bahkan sebaliknya yang mereka ambil. Dari sanalah salib berhasil mengikis bulan sabit. Adanya bulan sabit ini sampai sekarang di Eropa - yang pada suatu waktu pernah mencapai kekuatan yang luar biasa hanyalah karena perbuatan negara-negara Kristen yang besar-besar; atau lebih tepat lagi: karena persaingan mereka sendiri. Bertahannya bulan sabit itu barangkali untuk menjadi bukti yang baru, bahwa: "barang siapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." Demikianlah kata-kata Washington Irving, orang yang dengan studinya itu belum memungkinkan ia dapat menangkap jiwa Islam dan dasar kebudayaannya. Salah sekali pendapatnya dalam mengartikan soal al-qadza wal-qadar (kadar atau takdir) serta soal ajal itu. Barangkali dia masih dapat dimaafkan mengingat beberapa buku Islam yang dijadikan bahan bacaannya membuat dia berpendirian demikian itu. Tetapi sebaliknya Qur'an, tidak dapat diukur dengan kalimat "Tolonglah dirimu, Tuhan akan menolongmu" dari segi kuatnya dorongan Qur'an supaya orang percaya kepada diri sendiri, dan bahwa manusia mendapat imbalan sesuai dengan perbuatan serta niat yang melahirkan perbuatan itu. "Katakan: 'Wahai umat manusia! Kebenaran dari Tuhan sudah datang. Barang siapa menurut jalan yang benar, maka kebenaran itu buat kebaikan dirinya, dan barang siapa menjadi sesat, dia sesat karena dirinya juga'." (Qur'an, 10: 108.) "Barang siapa menurut jalan yang benar, maka kebenaran itu buat kebaikan dirinya; dan barang siapa menjadi sesat, dia sesat karena dirinya juga. Seseorang tidak dapat memikulkan beban orang lain, dan Kami tiada akan menjatuhkan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul." (Qur'an, 17: 15). "Barang siapa menghendaki keuntungan akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu, dan barangsiapa menghendaki keuntungan dunia akan Kami berikan juga. Tetapi di akhirat ia tidak mendapat bagian." (Qur'an, 42: 20) "Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu golongan kalau mereka tidak mengubah nasib mereka sendiri." (Qur'an, 13: 11.) Dan contoh serupa ini banyak sekali dalam Qur'an. Jelas sekali ia menunjukkan bahwa manusia mendapat pahala atau mendapat siksa sumbernya pada kehendak dan perbuatannya sendiri. Tuhan mendorong manusia berusaha dan mencari rejeki untuk makannya di muka bumi ini. Mereka disuruh berjuang di jalan Allah dengan ayat-ayat yang cukup jelas dan kuat seperti yang sudah kita baca sebagian dalam buku ini. Ini sama sekali tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Irving dan beberapa penulis Barat, bahwa Islam agama tawakal, serba tak acuh dan pasrah, mengajar pemeluknya bahwa mereka tidak berkuasa atas diri mereka sendiri untuk mendatangkan kebaikan atau keburukan, jadi tak ada gunanya mereka berusaha dan berkehendak, sebab usaha dan kehendaknya tergantung kepada takdir Tuhan. Kalau kita berusaha dan ditakdirkan takkan memberi hasil atas usaha kita, tidak akan berhasil juga. Sebaliknya kalaupun kita tidak berusaha tapi sudah ditakdirkar; kita akan menjadi orang kaya, orang kuat atau menjadi orang beriman, kita pun akan jadi demikian tanpa ada usaha atau kerja. Ayat-ayat yang sudah kita kemukakan itu menolak dan bertentangan sekali dengan pendapat ini. Mereka-yang menghubungkan sikap tawakal kaum Muslimin pada masa-masa belakangan ini berpegang pada ayat terakhir, seperti firman Tuhan ini: "Nyawa yang harus menemui kematiannya, hanyalah dengan ijin Tuhan, sebab waktunya sudah ditentukan." (Qur'an, 3: 145). "Setiap umat sudah mempunyai waktunya tertentu. Apabila sudah tiba waktunya, mereka takkan dapat mengundurkan atau memajukannya barang sedikit pun juga." (Qur'an, 7: 34). "Setiap peristiwa yang terjadi di bumi dan pada dirimu sendiri sudah ditentukan terlebih dulu sebelum Kami menciptakannya. Buat Tuhan hal semacam ini mudah sekali." (Qur'an, 57: 22). "Katakan: Takkan ada yang menimpa kita, kalau tidak sudah ditentukan Tuhan kepada kita. Dialah Pelindung kita, dan orang-orang yang beriman kepadaNya-lah mempercayakan diri." (Qur'an, 9: 51) Kalau pun itu yang menjadi pegangan mereka, sebenarnya mereka tidak dapat menangkap arti ayat-ayat itu dan yang semacamnya serta hubungan erat yang digambarkan antara hamba dengan Tuhannya. Mereka sudah terdorong dengan dugaan bahwa Islam mengajarkan orang pasrah; padahal yang sebenarnya Islam menyuruh orang berjuang dan bersedia mati sebagai pahlawan, mempertahankan harga diri dan kehormatannya, dengan kebudayaannya yang dibangun atas dasar persaudaraan dan kasih-sayang. Sebenarnya ayat-ayat itu dan yang sejalan dengan itu telah melukiskan suatu kenyataan ilmiah yang telah diakui pula oleh sebagian besar filsuf-filsuf dan sarjana-sarjana Barat dengan diberi nama mazhab jabariah (fatalisma) juga dan menghubungkan pengertian jabr (nasib) ini kepada hukum alam dan sejumlah kehidupan biologis yang ada, sebaliknya daripada akan menghubungkannya kepada kehendak dan kekuasaan Allah. Mazhab yang sudah diakui oleh sebagian besar filsuf-filsuf Barat ini tidak lebih puas, tidak lebih toleran, juga tidak lebih sesuai untuk umat manusia daripada mazhab filsafat yang disarikan dari Qur'an Suci itu, seperti yang akan kita lihat nanti. Jabariah ilmiah (scientific determinism) ini berpendapat, bahwa ikhtiar3 yang ada pada kita dalam kehidupan ini ialah ikhtiar nisbi dengan nilai yang kecil sekali, sedang pendapat tentang ikhtiar nisbi ini lebih banyak bergantung kepada keperluan hidup sosial dari segi praktisnya daripada kepada kenyataan ilmiah atau filsafat. Kalau mazhab ikhtiar ini tidak dijadikan suatu keputusan, akan sulit juga masyarakat menemukan suatu patokan sebagai dasar hukumnya dan batas-batasnya, akan menyusun suatu pola kehidupan dan tingkah laku setiap orang yang sudah ditentukan hukumannya itu, dengan suatu hukuman pidana atau perdata. Memang benar, bahwa di kalangan sarjana-sarjana dan ahli-ahli hukum itu ada juga yang tidak mendasarkan patokan hukumannya kepada pengertian jabr dan ikhtiar (nasib dan usaha, atau sengaja dan tidak sengaja), melainkan kepada reaksi yang terjadi yang sudah merupakan pegangan masyarakat yang hendak menjaga eksistensi mereka, dan yang juga berlaku buat individu yang hendak menjaga eksistensinya pula. Buat masyarakat yang berpegang kepada reaksi ini sama saja, apakah individu itu bertindak atas kemauan sendiri atau tidak atas kemauan sendiri. Akan tetapi tindakan secara ikhtiar (dengan sadar) ini pada sebagian besar ahli-ahli hukum tetap merupakan dasar dalam menjatuhkan hukuman. Sebagai alasannya ialah orang yang sudah kehilangan kebebasan atau kemauan, seperti orang gila, anak kecil atau orang dungu, ia tidak dikenakan hukuman atas perbuatannya seperti terhadap orang dewasa yang sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau pertimbangan-pertimbangan praktis dalam yurispruden perundang-undangan ini kita kesampingkan dan kita hanya mau mencurahkannya kepada kenyataan ilmiah dan filsafat, maka kita melihat jabariah inilah kenyataannya. Tak ada orang yang dapat memilih pada zaman mana ia mau dilahirkan, pada bangsa apa, pada lingkungan mana, juga ibu bapa yang siapa, dengan segala kekayaan dan kemiskinannya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Juga bukan karena dia pria atau wanita, bukan karena peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya - dalam banyak hal - yang akan menjadi faktor utama dalam membentuk dan mengarahkan segala pekerjaan dan kehidupannya. Mengenai mazhab ini Hippolyte Taine menyatakan: "Manusia itu produk lingkungannya." Tidak sedikit kalangan sarjana dan para filsuf yang mendukung kenyataan ini, sampai-sampai mereka mengatakan bahwa kalau dunia kita dapat mencapai pengetahuan mengenai segala hukum dan rahasia hidup manusia ini seperti pengetahuan yang sudah diketahuinya dalam hukum tata surya, tentu orang akan dapat menentukan nasib setiap individu atau masyarakat dengan pasti sekali, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli ilmu falak yang secara pasti sudah dapat menentukan waktu-waktu akan terjadinya gerhana matahari atau bulan. Namun begitu, tidak ada orang baik di Barat atau di Timur - yang mengatakan bahwa mazhab jabariah ini merintangi orang dalam usahanya mencapai sukses dalam kehidupan, atau akan merintangi bangsa-bangsa untuk terjun ke tempat yang paling baik, juga tak ada yang mengatakan bahwa bangsa-bangsa yang menganut mazhab ini akan mengalami kemunduran. Sungguh pun begitu namun mazhab fatalisma di Barat tidak memberikan dorongan kepada orang supaya berusaha dan bekerja seperti yang terdapat dalam ayat-ayat Qur'an tentang tanggung awab manusia terhadap pekerjaannya. "Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya. Dan hasil usahanya itu akan terlihat juga." (Qur'an 53: 39 - 40) Bukankah satu ini saja sudah cukup tepat sebagai argumen terhadap prasangka pihak Orientalis yang menduga bahwa jabariah Islam itu membawa bangsa-bangsa yang menganutnya menjadi mundur? Bahkan jabariah Islam ini lebih besar memberi dorongan orang berusaha untuk kebaikan dan untuk mendapatkan hasil rejekinya dari pada fatalisma di Barat. Kedua mazhab ini memang sudah bertemu bahwa dalam alam ini sudah ada hukum-hukum yang tak dapat diubah atau diganti, dan semua yang ada dalam alam ini tunduk kepada hukum-hukum tersebut. Juga manusia tunduk seperti yang lain yang ada dalam alam ini. Tetapi fatalisma ini menundukkan orang kepada lingkungannya dan cara yang turun-temurun yang sudah tak dapat lagi dihindari dan membuat iradat manusia harus tunduk kepada lingkungannya. Dalam hal ini sudah tak ada jalan lagi ia dapat mengubah diri. Sebaliknya Qur'an mengajak iradat setiap individu atas dasar rasio menuju ke arah yang lebih baik, dan diingatkannya bahwa bilamana hasil yang baik itu sudah ditentukan buat mereka, maka itu adalah atas usaha mereka sendiri dan mereka tidak akan mendapat hasil yang baik dengan seenaknya saja tanpa usaha. "Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu golongan kalau mereka tidak mengubah nasib mereka sendiri." (Qur'an, 13: 11) Setelah Tuhan memberi petunjuk kepada umat manusia dengan kitab-kitab suci mengenai apa yang harus mereka lakukan, setelah kepada para nabi dan rasul dibukakan jalan yang benar dan disuruh memikirkan dan merenungkan segala isi dan hukum alam serta kekuasaan Tuhan, maka dengan kemampuan mereka sendiri, mereka akan memikirkan dan merenungkan semua itu. Orang yang sudah beriman akan hal ini dan mengarahkan diri ke arah itu, tentu ia akan memperoleh apa yang sudah ditentukan Tuhan. Apabila sudah ditentukan dia akan mati membela kebenaran atau kebaikan seperti diperintahkan Allah, tidak perlu ia kuatir. Dia dan yang sebangsanya akan tetap hidup di sisi Tuhan. Manalah anjuran yang lebih besar dari ini supaya orang berinisiatif, berusaha dan berkemauan?! Dan dimana pula tempatnya sikap serba tak acuh seperti diduga oleh Irving dan Orientalis-orientalis lain itu? Sikap serba tak acuh sama sekali bukan tawakal4 kepada Allah. Dengan bertawakal kepada Allah tidak mungkin orang hanya akan bertopang dagu berpeluk lutut dan meninggalkan segala yang diperintahkan Tuhan. Bahkan sebaliknya, ia harus bekerja keras untuk itu, seperti dalam firman Allah: "Kalau engkau telah berketetapan hati, tawakallah kepada Allah." Jadi ketetapan hati dan iradat ini harus mendahului tawakal. Kita sudah berketetapan hati, lalu kita bertawakal kepada Allah, kita mencapai tujuan kita berkat itu juga. Apa yang patut kita tuju hanya Dia semata, kita patut bersikap takut hanya kepadaNya semata - kita akan mencapai semua hasil yang baik itu berdasarkan undang-undang Tuhan dalam alam ini. Undang-undang Tuhan takkan berubah dan tidak akan berganti-ganti. Hasil yang baik ini yang harus menjadi tujuan kita sampai usaha kita mencapai sukses, atau kita akan mati karenanya. Hasil usaha baik yang kita capai adalah dari Tuhan. Segala bencana yang menimpa kita karena perbuatan kita sendiri dan karena kita menempuh jalan bukan ke jalan Allah. Jadi segala kebaikan dari Tuhan dan segala kesesatan dan kejahatan dari perbuatan setan. Tentang kekuasaan Tuhan mengetahui segala yang terjadi dalam alam sebelum Tuhan menciptakan alam, dan bahwa Tuhan Maha Agung "... tiada yang tersembunyi padaNya barang seberat atom pun di langit dan di bumi, tiada yang lebih besar atau lebih kecil dari itu, semua sudah dalam Kitab yang nyata," (Qur'an, 34: 3.) berarti bahwa Tuhan telah menentukan beberapa hukum dalam alam ini yang tak dapat diubah-ubah dan pengaruhnya harus lahir pula dari sana. Apabila sarjana-sarjana berpendapat seperti yang sudah kita kemukakan tadi, bahwa bila ilmu yang positif dapat mengetahui rahasia-rahasia dan undang-undang kehidupan manusia, mengetahui apa yang sudah ditentukan setiap individu dan masyarakat, seperti halnya dalam menentukan waktu-waktu akan terjadinya gerhana matahari dan bulan, maka keimanan kepada Allah tidak bisa lain berlaku juga keimanan kepada kekuasaanNya yang mengetahui segalanya sebelum alam ini diciptakan. Apabila seorang arsitek bangunan yang membuat sebuah rencana rumah atau gedung serta menantikan dilaksanakannya rencana itu, dapat mengetahui sampai berapa lama kekuatan bangunan itu dan bagian-bagiannya yang mungkin akan bertahan selama beberapa tahun lagi; demikian juga sarjana-sarjana ekonomi berpendapat, bahwa hukum ekonomi pun memberi kepastian kepada mereka untuk mengetahui adanya krisis atau kemakmuran yang akan terjadi dalam kehidupan dunia ekonomi, maka memperdebatkan ilmu Tuhan mengenai segala yang kecil dan yang besar yang menjadi ciptaanNya dalam alam ini sifatnya akan sangat merendahkan Tuhan, suatu hal yang tak dapat diterima oleh akal sehat. (bersambung ke bagian 2/6) 2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM (2/6) Muhammad Husain Haekal Ilmu ini tidak seharusnya akan menghentikan orang dari memikirkan hari kemudian mereka serta berusaha sekuat tenaga mengikuti jalan yang benar dan menghindarkan diri dari jalan yang sesat. Ilmu Allah itu buat mereka masih gaib. Tetapi akhirnya mereka akan sampai juga kepada kebenaran sekalipun agak lambat. Tuhan telah menetapkan sifat kasih sayang itu dalam DiriNya. Ia selalu menerima taubat hamba-Nya yang mau bertaubat dan sudah banyak dosa yang diampuniNya. Selama rahmat Tuhan itu meliputi segalanya, manusia tidak perlu berputus asa akan memperoleh jalan yang benar, asal ia mau merenungkan dan memikirkan alam semesta ini. Orang tidak perlu berputus asa dari rahmat Tuhan kalau renungannya itu akhirnya akan mengantarkannya ke jalan Allah. Manusia yang celaka ialah yang tidak mengakui sifat manusianya, dan merasa dirinya sudah terlampau besar untuk memikirkan dan merenungkan hal-hal yang akan mengantarkan dirinya kepada petunjuk Tuhan. Mereka itulah orang-orang yang hendak menentang Tuhan, bukan mengharapkan beroleh rahmat Tuhan. Jantung mereka oleh Tuhan sudah ditutup, mereka yang akan menjadi penghuni neraka, yang akan mendapat tempat yang paling celaka. Apakah Orientalis-orientalis itu sudah melihat arti jabariah Islam yang begitu tinggi, begitu luas jangkauannya? Apakah mereka melihat bahwa anggapan mereka itu memang sangat lemah, yang menduga bahwa jabariah Islam itu menyuruh orang berpeluk lutut tanpa usaha atau mau menerima hidup hina atau mau menyerah begitu saja? Disamping semua itu ajaran ini selalu memberikan harapan, bahwa pintu rahmat dan taubat selalu terbuka bagi barangsiapa yang mau bertaubat. Apa yang mereka duga bahwa ajaran ini menyuruh tiap Muslim menganggap setiap keuntungan dan malapetaka yang menimpa dirinya sebagai takdir yang sudah ditentukan Tuhan dan oleh karenanya ia harus diam saja, menerima segala bencana dan kehinaan itu dengan sabar, maka semua itu jauh dari kenyataan yang sebenarnya dari ajaran jabariah ini, yang mengajar orang supaya selalu berjuang dan berusaha untuk memperoleh kerelaan Allah, untuk selalu berhati teguh sebelum tawakal kepada Allah. Apabila orang belum berhasil mendapat sukses sekarang, hendaknya terus ia berusaha kalau-kalau besok ia berhasil. Harapannya yang selalu pada Tuhan agar langkahnya mendapat bimbingan ke arah yang benar, agar mendapat pengampunan dari segala dosa, adalah pendorong yang paling utama untuk berpikir dan berusaha terus-menerus dalam mencapai tujuan menurut kehendak Allah. KepadaNya ia menyembah dan kepadaNya pula ia meminta pertolongan. Tempat orang mengharapkan petunjuk batin, dan ke sana pula segalanya akan kembali. Sungguh besar kekuatan yang dibangkitkan oleh ajaran yang tinggi ini kedalam jiwa manusia! Sungguh luas jangkauan harapan yang dibukakan itu. Kita terbimbing kepada kebaikan selama apa yang kita kerjakan memang karena Allah. Kalau kita sampai disesatkan oleh setan, taubat kita pun akan diterima selama pikiran kita dapat mengalahkan nafsu kita dan membawa kita kembali ke jalan yang lurus. Jalan lurus ini ialah undang-undang Tuhan dalam ciptaanNya, undang-undang yang akan menjadi penyuluh kita dengan segenap hati dan pikiran kita, serta dengan permenungan kita akan segala yang diciptakan Tuhan. Dan kita pun mulai berusaha mengenal semua rahasia alam itu. Akan tetapi, apabila sesudah itu masih ada orang yang sesat dan mempersekutukan Tuhan, masih ada orang yang mau melakukan kerusakan di muka bumi ini, masih ada yang mau menutup mata dari segala arti persaudaraan, maka itu adalah contoh yang diberikan Tuhan kepada manusia guna memperlihatkan kekuasaan Tuhan sehingga yang demikian itu kelak menjadi suatu teladan buat mereka. Inilah keadilan dan rahmat Tuhan kepada seluruh umat manusia. Orang tidak akan mencegah atau membatasi melakukan semua itu. Tetapi hukuman yang akan diterimanya sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Akan tetapi, buat apa manusia berpikir, buat apa bekerja, kalau maut itu memang selalu mengintai mereka! Bila ajal sudah sampai sesaat pun tak dapat diundurkan atau dimajukan. Buat apa manusia berpikir dan buat apa pula bekerja kalau orang yang bahagia sudah ditentukan lebih dulu akan jadi bahagia, dan yang sengsara akan jadi sengsara? Ini adalah pertanyaan ulangan sengaja jawabannya kita kemukakan supaya dapat kita lihat masalah ketentuan ajal ini dari segi lain: Apa yang sudah ditentukan Tuhan lebih dulu ialah undang-undang alam sejak sebelum alam itu diciptakan dan sebelum difirmankan kepadanya 'Jadilah'! maka ia pun jadi.' Dalam melukiskan ini tak ada yang lebih tepat dari firman Allah ini "Tuhan kamu telah menetapkan sifat kasih sayang itu dalam DiriNya." Ini berarti bahwa kasih sayang itu sudah menjadi sifat Tuhan dan menjadi salah satu undang-undangNya dalam alam semesta. Tak ada suatu kewajiban yang diharuskan terhadap DiriNya. Kewajiban memang tidak seharusnya ada atas Yang Maha Kuasa. Dalam hal ini Allah berfirman: "Kami tiada akan menjatuhkan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul." Apabila ada suatu golongan yang sesat dan kepada mereka Tuhan tidak mengutus seorang rasul, maka undang-undang Tuhan disini berlaku - tiada seorang dari mereka akan dijatuhi siksaan. Buat setiap orang yang beriman, tanda-tanda kebesaran Tuhan dalam alam ini sudah wajar sekali, bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam. Apabila Tuhan sudah mengutus seorang rasul kepada suatu golongan, kemudian berlaku hukum alam dan kehendak Tuhan atas golongan itu, yaitu bahwa setelah diberi petunjuk ada orang dari golongan tersebut yang masih tetap mempertahankan kesesatannya, maka orang yang telah menganiaya dirinya sendiri itu akan menjadi contoh buat orang lain. Sungguh naive sekali untuk mengatakan bahwa orang yang telah sesat ini diperlakukan tidak adil karena telah dijatuhi hukuman atas kesesatannya, padahal kesesatan demikian memang sudah termaktub lebih dulu (ditentukan) terhadap dirinya. Kita mengatakan naive untuk tidak mengatakan merendahkan Tuhan, sebab jalan pikiran yang paling tepat akan mengatakan kepada kita, bahwa barangsiapa yang sesat, ia telah menganiaya dirinya, bukan Tuhan yang menganiayanya. Untuk menjelaskan ini cukup kiranya kita mengambil contoh seorang ayah yang penuh kasih sayang mendekatkan api kepada anaknya yang masih bayi. Kalau sianak memegangnya, dijauhkannya api itu seraya memberi isyarat, bahwa api itu panas. Kemudian secara berulang-ulang api itu didekatkannya lagi kepada sibayi, tidak apa juga kalau jari bayi itu sampai terbakar sedikit supaya dialami sendiri dalam kenyataan apa yang sudah diperingatkan kepadanya itu dan supaya selalu diingat selama hidupnya. Tetapi bilamana sesudah dewasa ia masih mau memegang api atau menceburkan diri ke dalam api, maka apa yang sudah menimpanya itulah ganjarannya, dan jangan ayahnya yang disalahkan, jangan ada yang minta supaya sang ayah mengalanginya dari perbuatan itu. Begitu juga misalnya seorang ayah yang sudah memberi petunjuk tentang bahaya judi atau minuman keras kepada anaknya. Maka bilamana sianak itu kelak sudah dewasa dan dia melanggar juga apa yang sudah dilarang oleh ayahnya lalu karenanya ia mendapat bencana, maka bukanlah sang ayah yang kejam menganiayanya, sekalipun ia akan mampu mencegah dari berbuat demikian. Sang ayah sama sekali bukan kejam kalau membiarkan sianak sampai melanggar apa yang sudah menjadi larangan, dan ini merupakan contoh buat keluarga dan saudara-saudaranya yang lain. Begitu juga keluarga dan saudara-saudara yang sampai ratusan atau ribuan jumlahnya dalam sebuah kota yang memang banyak godaannya karena pengaruh keadaan. Sudah cukup baik dan adil sekali kiranya kalau konsekwensi yang tak dapat dihindarkan menimpa mereka sebagai ganjaran terhadap perbuatan mereka sendiri. Itu akan dapat memperbaiki keadaan anggota masyarakat yang lain, meskipun apa yang telah menimpa anak-anak negeri yang aniaya itu sangat disesalkan. Inilah contoh keadilan yang paling sederhana dan berimbang sehubungan dengan masyarakat manusia kita ini, seperti yang sudah kita lukiskan tadi. Apalagi bila kita membayangkan dan membandingkan dengan alam semesta, dengan makhluk-makhluk yang berjuta-juta banyaknya dalam luasan ruang dan waktu yang tak terbatas! Apa yang sudah menimpa individu dan masyarakat - karena perbuatannya sendiri - dalam bentuk yang sudah tidak mampu lagi khayal kita membayangkannya, semua itu baru merupakan contoh keadilan atau keseimbangan dalam bentuknya yang sangat sederhana. Kalau adanya kekejaman itu kita alamatkan kepada sang ayah, karena dia membiarkan anaknya yang sesat itu harus menerima ganjaran kesesatannya, pada hal kesesatan itu memang sudah termaktub atas dirinya, maka juga beralasan sekali kekejaman demikian itu kita alamatkan kepada diri kita sebab kita telah membunuh seekor kutu yang sangat mengganggu, dikuatirkan akan membawa penularan kepada kita, yang ada kalanya akan menimbulkan bencana kepada masyarakat kalau ini sampai menular kepada orang lain. Atau karena kita membuang batu dari dalam kandung empedu atau ginjal kita sebab takut mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan, atau kita memotong salah satu bagian anggota tubuh kita karena dikuatirkan bagian yang rusak itu akan menjalar ke seluruh badan dan akibatnya akan fatal sekali. Kalau semua itu tidak kita lakukan, karena memang sudah termaktub atas diri kita, kemudian kita menderita atau sampai mati karenanya, maka yang harus disalahkan akibat bencana itu hanyalah diri kita sendiri, sebab Tuhan sudah membukakan pintu penderitaan buat kita, sama halnya dengan pintu taubat yang terbuka buat orang yang berdosa. Hanya orang-orang bodoh sajalah yang rela menerima penderitaan demikian itu dengan anggapan bahwa itu memang sudah termaktub atas dirinya. Ini karena kedunguan dan ketololan mereka saja. Sementara kita melihat kutu yang dibunuh, batu yang dibuang dan dicabutnya anggota tubuh yang sakit sungguh adil sekali - meskipun dalam hukum alam sudah termaktub, bahwa kutu akan mengganggu dan akan membawa penularan penyakit kepada manusia, batu dan anggota tubuh yang sakit akan mendesak bagian tubuh yang lain sehingga dapat membinasakan - dengan melihat semua ini bagaimana kita tidak akan menganggapnya suatu kebodohan yang naive sekali, yang tak dapat diterima akal selain pikiran egoistis yang sempit, yang melihat keadilan itu hanya dari segi kita yang subyektif saja, dan tidak menghubungkannya kepada seluruh masyarakat insani, atau lebih dari itu, menghubungkannya kepada alam semesta?! Apa artinya kutu, batu dan manusia dibandingkan dengan alam ini? Bahkan apa artinya seluruh umat manusia dibandingkan dengan alam? Dengan khayal kita yang sempit, kita berusaha hendak membayangkan batas-batas alam yang luas, dengan ruang dan waktu, dengan awal dan akhir, dan dengan segala kata-kata yang semacam itu. Sudah tak ada jalan lain lagi buat kita akan dapat membayangkan bentuk alam ini selain itu, karena memang sangat terbatas sekali, sesuai dengan pengetahuan yang ada pada kita, yang juga terbatas, dan masih sedikit sekali. Dan yang sedikit ini sudah cukup memperlihatkan kepada kita bahwa undang-undang Tuhan dalam alam ialah undang-undang yang teratur dan seimbang, yang tak berubah-ubah dan bertukar-tukar. Kita sampai mengetahui undang-undang ini karena Tuhan menganugerahkan kepada kita pendengaran, penglihatan dan jantung, supaya kita melihat segala keindahan ciptaanNya ini, dapat memahami alam sesuai dengan undang-undangNya itu. Maka kita pun mengagungkan kemuliaan Tuhan, kita berbuat baik menurut yang diperintahkanNya. Dan berbuat baik atas dasar iman, buat mereka yang mengerti ialah suatu manifestasi ibadat yang paling tinggi kepada Tuhan. Maut ialah akhir hidup dan permulaan hidup. Oleh karena itu yang merasa takut mati hanya mereka yang menolak adanya hidup akhirat dan merasa takut pada kehidupan akhirat karena perbuatan mereka yang buruk selama dalam dunia. Mereka tidak ingin mati mengingat adanya perbuatan tangan mereka sendiri. Akan tetapi mereka yang memang sudah bersedia mati, ialah orang-orang yang benar-benar beriman dan mereka yang berbuat kebaikan selama hidup di dunia. Seperti dalam firman Allah: "Dia Yang telah menciptakan Mati dan Hidup untuk menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik perbuatannya. Dia Maha Kuasa, Maha Pengampun." (Qur'an, 67: 2) Dan firmanNya lagi yang ditujukan kepada Nabi: "Kami tidak pernah menjadikan manusia sebelum engkau itu kekal selamanya. Kalau engkau mati, apakah mereka akan hidup kekal? Setiap jiwa akan merasakan mati dan kamu akan Kami uji dengan yang buruk dan yang baik sebagai suatu cobaan, dan kamu kelak pun akan kembali kepada Kami." (Qur'an, 21: 34 - 35) "Perumpamaan mereka yang dibebani membawa Kitab Taurat, kemudian tidak mereka bawa, sama seperti keledai yang membawa kitab-kitab besar. Buruk sekali perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Tuhan itu; dan Tuhan tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Katakanlah: 'Wahai orang-orang yang menganut agama Yahudi, kalau kamu mendakwakan bahwa kamu sahabat-sahabat Tuhan diluar orang lain, nyatakanlah keinginanmu akan mati itu -jika benar-benar kamu jujur. Tetapi kamu tidak akan pernah menyatakan keinginanmu itu, karena perbuatan tangan mereka sendiri yang telah mereka lakukan. Tuhan Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim itu." (Qur'an, 62 :5 - 7) "Dialah Yang telah mengambil jiwamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang harinya. Kemudian kamu dibangkitkan kembali supaya waktu tertentu dapat dipenuhi. Sesudah itu kepadaNya juga tempat kamu kembali. Kemudian kepadamu diberitahukanNya apa yang telah kamu kerjakan." (Qur'an, 6: 60) Inilah beberapa ayat yang sudah jelas sekali menolak apa yang dikatakan orang bahwa jabariah Islam itu mengajar orang bertopang dagu dan enggan berusaha. Tuhan menciptakan maut dan hidup untuk menguji manusia, siapa daripada mereka yang melakukan perbuatan baik. Perbuatan dalam dunia dan balasannya sesudah mati. Mereka yang tidak berusaha, tidak berjuang di muka bumi ini, tidak mencari nafkah sebagai karunia Tuhan; kalau mereka tidak mau menafkahkan harta mereka; kalau mereka tidak mau mengutamakan sahabatnya meskipun mereka sendiri dalam kekurangan, mereka telah melanggar perintah Tuhan. Sebaliknya, bilamana semua itu mereka lakukan dengan baik, perbuatan mereka akan diterima baik oleh Allah dan pada hari kemudian mendapat pahala dan balasan yang baik. Tuhan akan menguji kita dalam hidup kita ini dengan yang baik dan yang buruk sebagai suatu cobaan. Dengan otak kita, kita juga yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Barangsiapa berbuat baik seberat atom pun akan dilihatnya, barangsiapa berbuat keburukan seberat atom juga akan dilihatnya. Kalau apa yang sudah menimpa kita itu bukan karena sudah ditentukan Tuhan terhadap diri kita, niscaya itu akan membuat kita lebih tekun melakukan kebaikan untuk melihat hasil yang baik pula. Sesudah itu sama saja buat kita: adakah Tuhan akan menjadikan kita manusia yang kuat, yang masih giat bekerja, atau akan dikembalikan ke usia yang sudah pikun, yang sudah tidak dapat kita ketahui lagi apa yang dulunya sudah pernah kita ketahui. Kriterium atau ukuran hidup seseorang bukanlah dari jumlah tahun yang sudah ditempuhnya, melainkan dari perbuatan-perbuatan baik apa yang sudah dilakukannya selama itu, dan yang akan menjadi peninggalannya. Mereka yang sudah meninggal di jalan Tuhan (dalam berbuat kebaikan), dalam pandangan Tuhan mereka hidup, di tengah-tengah kita juga kenangan mereka tetap hidup. Berapa banyak nama-nama yang tetap kekal selama berabad-abad karena orang-osrang itu telah mengabdikan diri dan segala daya upayanya untuk kebaikan, mereka itu berada di tengah-tengah kita yang masih hidup, sungguh pun mereka telah berpulang sejak ratusan tahun yang lalu. "Apabila sudah tiba waktunya, mereka takkan dapat mengundurkan atau memajukannya barang sedikit pun juga." Inilah yang benar. Hanya ini yang sesuai dengan hukum alam. Manusia sudah mempunyai batas waktu yang takkan dapat dilampauinya. Sama halnya dengan matahari dan bulan, sudah mempunyai waktu-waktu gerhana yang tidak berubah-ubah, tak dapat dimajukan atau diundurkan. Waktu yang sudah ditentukan ini lebih mendorong orang untuk berusaha dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Ia akan berusaha sekuat tenaga. Ia tidak tahu kapan ia akan menemui ajalnya. Bilamana ajal itu sampai maka balasannya apa yang sudah dikerjakannya. Di hadapan kita setiap hari sudah ada buktinya bahwa ajal itu takdir yang tak dapat dielakkan. Ada orang yang mati dengan tiba-tiba dan orang tidak tahu apa sakitnya. Ada orang yang sakit, yang sudah sekian puluh tahun menderita dan merintih melawan penyakitnya itu sampai ia tua serta sudah tak bertenaga lagi. Dari kalangan kedokteran dewasa ini ada yang berpendapat bahwa manusia itu dilahirkan dalam proses pembentukannya sudah ada benih yang menentukan hidupnya. Jarak waktu yang akan ditempuh oleh benih itu untuk mencapai tujuannya yang terakhir dapat pula diketahui asal saja benihnya sendiri dapat kita ketahui. Tetapi untuk mengetahui benih ini bukan soal yang begitu mudah. Adakalanya ia dalam bentuk fisik, tersembunyi dalam salah satu bagian dalam tubuh - bagian yang penting atau tidak penting - adakalanya dalam bentuk psychis dalam pikiran kita, bertalian dengan lapisan-lapisan otak yang akan mendorong pihak yang bersangkutan hidup berpetualang dan mau menghadapi bahaya, atau sebagai pemberani. Allah mengetahui belaka semua itu. Dia yang mengetahui saat kematian setiap manusia itu akan tiba, menurut hukum alam, tanpa dapat diubah dan ditukar-tukar. Sebagai tanda kasih sayang Tuhan, Ia tidak akan menjatuhkan siksaan sebelum mengutus seorang rasul yang akan memberikan bimbingan kepada manusia dalam mencapai Kebenaran serta menjelaskan pula jalan kebaikan yang harus ditempuhnya. Sekiranya Tuhan akan menghukum manusia karena perbuatan mereka yang salah, niscaya takkan ada makhluk hidup di muka bumi ini yang akan ketinggalan. Tuhan menunda mereka sampai pada waktu tertentu sampai mereka dapat mendengarkan dan mau menerima ajakan para rasul itu dan tidak sampai benar mereka terpesona oleh godaan hidup duniawi. Tuhan tidak mengutus para rasul itu dari kalangan raja-raja, orang-orang kaya, orang-orang berpangkat atau dari kalangan orang cerdik pandai. Mereka diutus dari kalangan rakyat jelata. Nabi Ibrahim tukang kayu, ayahnya pun tukang kayu. Nabi Isa juga tukang kayu di Nazareth. Juga tidak sedikit dari nabi-nabi itu yang tadinya penggembala kambing, termasuk Nabi penutup Muhammad 'alaihissalam. Tuhan mengutus para rasul dari rakyat jelata itu untuk memperlihatkan bahwa Kebenaran itu bukan menjadi milik orang-orang kaya atau orang-orang kuat melainkan milik orang yang mencari Kebenaran demi kebenaran semata. Kebenaran yang azali, yang abadi, ialah orang yang baru sempurna imannya apabila ia sudah dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. (bersambung ke bagian 3/6) 2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM (3/6) Muhammad Husain Haekal "Yang paling mulia di kalangan kamu dalam pandangan Tuhan ialah yang paling takwa - yang dapat menjaga diri dari kejahatan." "Dan bekerjalah, nanti Tuhan akan melihat hasil pekerjaan kamu, dan balasan diberikan hanya sesuai dengan apa yang kamu lakukan." Dan Kebenaran terbesar ialah bahwa Allah itu Benar, tiada Tuhan selain Dia. Maut, akhir dan permulaan hidup. Akhir hidup duniawi dan permulaan hidup akhirat. Soal hidup duniawi yang kita ketahui hanya sedikit sekali. Yang kita ketahui tentang hidup hanya yang berhubungan dengan indera kita, dengan akal kita yang membimbing kita, kemudian dengan jantung kita yang membukakan rahasia hidup itu kepada kita. Sedang mengenai hidup akhirat tak ada yang dapat kita ketahui selain apa yang sudah diterangkan Tuhan kepada kita. Hukum-hukum alam buat kita masih gelap. Ilmunya ada pada Tuhan. Apa yang sudah diterangkan Tuhan dalam Kitab Suci mengenai hal ini sudah memadai kiranya, bahwa itu adalah tempat pembalasan. Kita menyiapkan diri kita dalam dunia ini dengan perbuatan kita, dengan kehendak dan niat kita serta sikap kita sesudah itu; kita bertawakal kepada Allah akan adanya balasan yang adil itu. Sedang apa yang dibalik itu soalnya ada pada Tuhan semata-mata. Sudahkah agaknya mereka sependapat dengan Washington Irving dari kalangan Orientalis dan diluar Orientalis dalam melihat sampai berapa jauh kesalahan mereka dalam menggambarkan jabariah Islam itu? Yang kita catat disini hanyalah yang ada didalam Qur'an. Kita tidak ingin menempatkan masalah ini dalam suatu perdebatan seperti pendapat ahli-ahli ilmu kalam dari kalangan kaum sufi dan yang lain, termasuk para filsuf dan golongan-golongan tertentu dalam kalangan Muslimin. Yang jelas sekali kesalahan Irving ialah dugaannya bahwa masalah qadza dan qadar (takdir atau nasib) dan ketentuan umur diturunkan dan disebutkan di dalam Qur'an sesudah Perang Uhud dan setelah terbunuhnya Hamzah sebagai syahid utama. Pada hal ayat-ayat yang sudah kita kutipkan itu ialah ayat-ayat yang turun di Mekah sebelum hijrah dan sebelum peperangan-peperangan dimulai. Irving dan yang semacamnya telah terjerumus ke dalam kesalahan semacam itu sebab mereka tidak mau menyulitkan diri dalam membahas persoalan yang begitu penting dengan cara yang ilmiah dan cermat. Bahkan mereka menggambarkan Islam menurut konsepsi yang sejalan dengan kecenderungan mereka sendiri sebagai orang-orang Kristen, lalu mereka mengarang-ngarang dalil menurut nafsu mereka sendiri, dengan dugaan bahwa dalil mereka itu akan sudah meyakinkan pembaca tanpa ada orang lain yang akan membuktikan kesalahan mereka itu. Kalau kalangan Orientalis dapat memahami arti jabariah Islam seperti yang sudah kita gambarkan, niscaya mereka dapat pula menghargai konsepsi filsafatnya yang begitu tinggi, begitu dalam melukiskan hidup ini sehingga dapat menampilkan teori-teori ilmu dan filsafat. Dan ini telah dicapai oleh pikiran manusia dalam pelbagai zaman dengan segala perkembangan dan kemajuannya. Pengertian filsafat Islam ini ialah pengertian yang berimbang, yang tidak mempersempit pengertian determinisma, dunia sebagai kemauan dan pikiran (die Welt als Wille und Vorstellung) dan evolusi kreatif.5 Bahkan semua mazhab itu, dalam susunannya mengikuti jalannya hukum alam dan kehidupan. Kalau pun disini tempatnya tidak cukup memadai untuk menjelaskan gambaran ini, namun akan saya coba meringkaskannya dengan seteliti dan sejelas mungkin. Saya kira orang yang sudah membaca apa yang saya tulis akan sependapat, bahwa dari semua yang pernah kita ketahui tentang teori-teori, pengertian ini memang sangat tinggi, luas dan dalam sekali. Pengertian ini kemudian hari akan membukakan jalan pada pemikiran umat manusia yang lebih agung. Sebelum saya menjelaskan ini secara ringkas, ada dua masalah ingin saya catat dalam hal ini, hendaknya jangan dilupakan pertama dengan ini saya tidak bermaksud hendak menentang teori Kristen. Apa yang pernah diajarkan Isa, oleh Islam juga diakui seperti sudah beberapa kali saya sebutkan dalam buku ini. Hanya saja apa yang diajarkan Islam lebih menyeluruh dan memahkotai semua kenabian dan kerasulan sebelumnya. Kitab-kitab Injil telah juga menegaskan kata-kata Yesus ini. "Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya." Begitu juga keimanan Muslimin kepada Ibrahim, kepada Musa, kepada Isa dan nabi-nabi yang lain sebelum itu, semua sama. Hanya saja kedatangan Islam melengkapi apa yang telah diutus Tuhan kepada mereka itu, mengoreksl kata-kata yang telah dibelokkan oleh pengikut-pengikut mereka, dari arti yang sebenarnya. Kedua mengenai filsafat Islam yang diambil dari Qur'an sudah dikemukakan orang sebelum saya, meskipun tidak sama dengan yang saya kemukakan sekerang ini. Hanya saja yang saya tempuh dalam hal ini sesuai dengan garis tuntunan Qur'an dan dengan cara yang sesuai dengan metoda ilmiah sekarang. Kalau ini berhasil mencapai sasarannya, sudah tentu karena rahmat dan karunia Tuhan juga. Kalau hasil itu belum juga saya peroleh, maka doa yang paling besar saya panjatkan kepada Tuhan ialah semoga mereka yang berpengetahuan dapat memberi petunjuk kepada saya untuk mencapai sasaran itu. Yang mula-mula ditentukan oleh Qur'an ialah bahwa Tuhan sudah menentukan hukum tertentu dalam alam semesta ini, yang tidak berubah-ubah dan bertukar-tukar. Sudah tentu alam itu bukan hanya planet kita ini saja dengan segala isinya, Juga bukan terbatas hanya pada apa yang tertangkap oleh pancaindera kita saja yang terdiri dari planet-planet dan tata surya, tetapi alam itu ialah segala yang diciptakan Tuhan, yang dapat dan yang tidak dapat dirasakan - sensibilia dan insensibilia, yang nyata dan yang gaib. Untuk mengetahui hal ini benar-benar, cukup kalau kita bayangkan bahwa pengetahuan yang ada pada kita memang sedikit sekali: eter yang ada di sekitar kita dan sekitar tata surya yang lain, listrik yang memenuhi eter dan memenuhi bumi kita, jarak yang begitu jauh memisahkan kita dari matahari dan planet-planet lain yang lebih jauh dari matahari, dan di balik planet-planet itu yang jaraknya sampai ribuan tahun cahaya lebih jauh dari matahari.6 Kemudian, dibalik semua itu yang tiada terbatas, yang takkan dapat dijangkau oleh imajinasi kita, dan yang halnya ada pada Tuhan ilmunya semua itu berjalan menurut hukum yang sudah pasti tak berubah-ubah. Apa yang sudah kita ketahui semua ini berdasarkan data ilmiah menurut istilah kita sekarang - yang tidak mencampur adukkan fantasi dengan fakta. Kemudian fakta itu disamping fantasi menjadi makin kecil sampai sedemikian rupa, kemudian fakta itu masih tinggal sejauh yang dapat kita ketahui, yang dapat kita ukur menurut ukuran kita, dan apa yang kita peroleh dengan dasar itu, itulah yang kita sebut hukum alam dan kehidupan. Kalau kita mau melepaskan fantasi kita sebebas-bebasnya untuk menggambarkan betapa kecilnya apa yang kita ketahui itu, tentu contohnya akan banyak sekali di hadapan kita, sehingga ruangan dalam buku ini pun akan terlalu sempit karenanya. Kita ambil misalnya penghuni planet Mars. Mereka membangun sebuah pemancar dengan kekuatan 100.000.000 kilowatt supaya dengan demikian apa yang terjadi di tempat mereka diperdengarkan dan diperlihatkan melalui pesawat televisi kepada kita penghuni bumi ini. Sesudah itu, dapatkah kita menahan pikiran kita? Sedang Mars bukanlah planet yang terjauh jaraknya dari kita, juga bukan yang paling sulit akan dapat kita hubungi. Pengetahuan kita tentang alam ini yang hanya sedikit sekali, segala yang ada dalam alam itu memberi pengaruh juga kepada kehidupan bumi kita dengan segala isinya. Andaikata satu saja dari planet-planet itu dengan ketentuan dari Tuhan berbeda edarannya, tentu hukum alam itu akan jadi berubah, dan berubah pula hidup kita yang pendek dan sedikit ini, terpengaruh oleh keadaan di sekitar kita, oleh hal-hal yang tiada penting sekalipun. Hidup itu terpengaruh dan tunduk kepada kodrat alam karena peristiwa-peristiwa alam yang besar-besar. Dalam menerima pengaruh itu kadang ia menjurus kepada yang baik, kadang malah menyimpang. Baik dalam tujuan yang menjurus ke arah yang baik atau yang menyimpang, dalam kedua hal itu atas dasar yang mempengaruhinya tidak didorong oleh faktor-faktor kehidupan saja melainkan juga oleh kesediaannya dalam menerima pengaruh kehidupan itu serta kekuatan yang timbal-balik saling mempengaruhi. Ada beberapa faktor tertentu yang dapat memberi pengaruh besar dan beranekarupa kedalam jiwa orang. Kemudian pengaruh-pengaruh itu akan saling terdesak ke sudut. Salah satu diantaranya akan jadi juru pemisah, akan jadi batas antara yang baik dengan yang jahat. Yang selebihnya, yang satu akan menjurus kepada yang baik, yang lain kepada yang jahat. Adanya yang baik dan yang jahat dalam kehidupan ini tidak lain ialah suatu akibat saja dari adanya saling pengaruh antara faktor-faktor kehidupan dengan jiwa manusia. Oleh karena itulah yang baik dan yang jahat itu sudah merupakan sebagian dari gejala hukum yang sudah pasti dalam alam ini. Adanya kedua sifat baik dan jahat ini sudah pula merupakan suatu keharusan, seperti halnya dengan negatif dan positif yang merupakan suatu keharusan adanya listrik. Demikian juga adanya beberapa macam kuman sudah merupakan keharusan hidup dalam tubuh manusia. Tidak ada suatu kejahatan hanya untuk kejahatan saja atau kebaikan hanya untuk kebaikan saja; tetapi itu tergantung kepada maksud yang menjadi tujuannya serta akibat yang terjadi karenanya. Adakalanya terjadinya kejahatan dan kebaikan itu karena keharusan yang mendesak sekali. Alat-alat perusak yang digunakan dalam peperangan untuk menghancurkan jutaan manusia, memusnakan karya-karya ciptaan manusia yang sungguh agung dan indah, diwaktu damai besar sekali artinya. Kalau tidak karena dinamit manusia takkan mampu membelah terowongan dan memasang jalan kereta api didalamnya, takkan mampu menemukan tambang-tambang yang berisikan harta karun terdiri dari batu-batu dan logam yang sangat berharga. Begitu juga gas beracun yang dilepaskan orang yang sedang berperang kepada penduduk sipil dari bangsa yang diperanginya dan yang dianggap sebagai suatu cemar dan cacat besar kepada perikemanusiaan dan sebagai suatu manifestasi kebiadaban dan kepengecutan yang tiada taranya, dimasa damai gas ini besar sekali faedahnya; ia dapat mengabdi kepada perikemanusiaan, menolong umat manusia dari pelbagai penyakit menular yang cukup mengerikan. Gas ini juga yang dapat menjernihkan air dari kuman-kuman berbahaya, seperti gas chlorine misalnya. Dalam dunia perkapalan ia berguna sekali karena sebagian dapat digunakan membasmi hama tikus dan sebagian lagi dapat membahayakan kehidupan para nelayan. Dahulu kala orang membayangkan, bahwa ada jenis-jenis serangga, burung dan binatang-binatang yang sama sekali tak ada gunanya. Tetapi kemudian setelah diselidiki dan dipelajari betapa besar manfaat serangga-serangga, burung-burung dan binatang-binatang itu buat manusia. Negara pun telah pula membuat undang-undang memberikan suaka dan melarang orang membunuh atau memburunya, mengingat betapa menguntungkan makhluk-makhluk itu untuk umat manusia. Mereka yang telah mempelajari makhluk-makhluk ini melihat bahwa makhluk-makhluk ini ingin damai, ingin sekali menyesuaikan diri dengan dunia disekitarnya dalam batas-batas ia dapat mempertahankan eksistensinya, supaya dapat pula ia mengimbangi adanya kebaikan yang harus dipelihara. Binatang-binatang ini tidak mengganggu, kecuali bila hendak membela diri, bila ada pihak yang menyerangnya atau yang mengganggunya. Juga perbuatan-perbuatan kita sebagai manusia tidak ada kebaikan hanya untuk kebaikan saja atau kejahatan hanya untuk kejahatan saja; tetapi yang ada, semua itu tergantung kepada maksud yang menjadi tujuannya serta akibat yang terjadi karenanya. Bukankah pembunuhan itu suatu perbuatan dosa yang dilarang? Sungguhpun begitu dalam melarang pembunuhan Tuhan berfirman: "Dan janganlah kamu membunuh yang oleh Tuhan sudah dilarang, kecuali jika atas dasar kebenaran." Membunuh atas dasar kebenaran tidak berdosa. "Dengan hukum qishash itu berarti suatu kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang mengerti ..." Algojo yang membunuh seorang penjahat yang telah dijatuhi hukuman mati, orang yang membunuh karena membela diri, prajurit yang membunuh karena membela tanah air, orang beriman yang membunuh supaya jangan digoda orang dan keyakinan agamanya - mereka semua tidak melakukan perbuatan dosa, tidak melakukan pelanggaran. Tidak lebih mereka hanya menyampaikan tugas yang telah diwajibkan Tuhan kepada mereka, dan balasan untuk mereka pun sebagai orang-orang yang telah berbuat kebaikan. Apa yang berlaku terhadap pembunuhan itu, berlaku juga terhadap yang lain, terhadap perbuatan-perbuatan yang silih berganti antara yang baik dengan yang jahat. Sarjana yang telah menemukan alat-alat perusak untuk kepentingan pertahanan tanah air, atau alat-alat perusak yang dapat memberi manfaat kepada dunia di masa damai, orang yang membuat senjata, setiap pekerja, setiap orang di muka bumi ini, apakah ia bekerja untuk melakukan pekerjaan baik atau melakukan pelanggaran, tergantung kepada sasaran yang menjadi tujuannya serta akibat yang terjadi karena perbuatannya itu. Ini adalah iradat dan undang-undang Tuhan dalam alam. Oleh karena dalam menangkap hukum ini manusia yang diciptakan Tuhan itu kesanggupannya bertingkat-tingkat satu dengan yang lain, maka ada orang yang hanya memusatkan seluruh kegiatannya pada "titik" tempat ia dilahirkan, serta berusaha mengembangkan dan memeliharanya, ada pula yang bakatnya dalam kerajinan, sedang yang lain punya bakat dalam bidang usaha lain - dalam bidang kesenian, tehnik, ilmu pengetahuan misalnya, yang tidak begitu mudah bagi mereka akan dapat menangkap arti hukum itu. Oleh karena mengenal hukum alam itu merupakan dasar bagi manusia supaya ia dapat mencapai tujuan hidupnya, maka ada pula diantara mereka yang telah diberi bakat kenabian. Yang lain diberi kesanggupan untuk menjelaskan ajaran itu kepada kita, mana yang baik dan mana pula yang jahat. Yang lain lagi mendapat karunia berupa ilmu dan pikiran yang akan membuat mereka menjadi pewaris para nabi, maka dituntunnya kita kepada apa yang harus kita lakukan dan apa- pula yang harus kita hindarkan. Juga kita dilengkapi dengan tenaga pikiran dan perasaan, supaya kita dapat menangkap ajaran yang diberikan kepada kita. Dengan itu kita dapat melatih diri supaya kita dapat mencapai tujuan kita dalam hidup ini sebaik-baiknya, supaya kita dapat mengajak orang berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan. Sungguhpun begitu, apabila ada orang-orang yang terjerumus dalam hal ini sampai mereka itu melakukan pelanggaran - lalu untuk menjaga eksistensinya masyarakat menjatuhkan hukuman kepada mereka dengan maksud supaya pelanggaran mereka tidak sampai merugikan masyarakat - maka adanya hukuman ini tidak berarti suatu jalan buntu untuk mereka bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Barangsiapa melakukan perbuatan dosa karena tidak tahu kemudian ia menyadari dan, mau mengubah keadaan dirinya, mau kembali kepada Tuhan sebagai orang yang patuh, Tuhan akan mengampuni dosanya yang telah lampau. Dengan demikian orang yang telah bersalah dan berbuat dosa akan mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah itu dan akan membersihkan hatinya. Ia akan kembali ke jalan yang benar dengan penuh taubat, dan Allah pun akan menerima taubatnya, sebab Dia Maha Pengasih dan Pengampun. Gambaran kehidupan demikian ini dapat mempertemukan beberapa aliran filsafat yang bermacam-macam, yang tadinya diduga tidak akan dapat dipertemukan. Jelas sekali bahwa eksistensi ini suatu kemauan. "Sesungguhnya perintah Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya Kami hanya mengatakan kepadanya 'Jadilah!' maka ia pun jadi." Alam dapat memantulkan apa yang dapat ditangkap oleh daya rasa dan apa yang tidak. Alam sudah mempunyai hukum-hukum tertentu, yang dalam batas-batas ilmu kita yang nyata ini kita dapat mengetahui apa yang akan dicapai oleh pikiran kita. Makin bertambah kita berusaha akan makin bertambah pula penemuan kita tentang alam. Yang menjadi dasar hukum alam ialah kebaikan. Akan tetapi kejahatan selalu hendak melawannya dan kadang sampai hampir mengalahkannya. Perlawanan kebaikan terhadap kejahatan, itulah yang disebut evolusi kreatif yang telah membawa kemajuan yang luar-biasa kepada alam dan umat manusia, sehingga dengan langkah itu ia telah mencapai kesempurnaannya seperti sekarang ini. Kita sudah melihat, bahwa gambaran ini mengandung suatu konsepsi dengan tujuan hidup yang lebih sempurna dengan lukisan yang begitu baik yang pernah dikenal oleh pemikiran filsafat. Disamping apa yang sudah kita sebutkan, hal ini menunjukkan penggambaran Qur'an mengenai evolusi rohani dalam kehidupan sejak Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya. "Tuhan telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia pun berkuasa diatas Singgasana." Adakah enam hari ini sama dengan hari-hari kita di bumi ataukah hari-hari seperti dalam firman Tuhan: "Satu hari menurut Tuhanmu sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kamu." (Qur'an, 22: 47) (bersambung ke bagian 4/6) 2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM (4/6) Muhammad Husain Haekal Tetapi bukanlah disini tempatnya kita mengadakan pembahasan. Kalau pun kita menjumpai adanya teori evolusi, dan yang sudah menjadi salah satu pula undang-undang Tuhan dalam alam, namun pembicaraan dalam hal ini masih akan luas sekali. Tuhan menciptakan Adam dan Hawa lalu berkata kepada para malaikat supaya bersujud kepada Adam. Selain Iblis mereka pun bersujud, Iblis masih tetap menolak meskipun Tuhan telah mengajarkan semua nama-nama kepada Adam, seperti dalam firman Allah: "Hai Adam! Tinggallah engkau dengan isterimu di dalam surga! Dan makanlah mana yang kamu sukai, tetapi pohon ini jangan kamu dekati, sebab nanti kamu akan menjadi orang yang salah karenanya. Lalu datang setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka, supaya aurat mereka yang tertutup dibuka. Dan setan pun berkata: 'Tuhan melarang mendekati pohon ini hanya supaya kamu berdua jangan menjadi malaikat atau menjadi orang-orang yang kekal.' Dan dia bersumpah kepada mereka: 'Sungguh aku ini penasehat kamu.' Lalu dengan tipu daya itu setan pun dapat menjatuhkan mereka berdua; setelah keduanya merasakan buah pohon itu, tampaklah bagi mereka berdua itu aurat mereka, lalu mereka pun menutupi diri dengan daun pohon surga. Oleh Tuhan kedua mereka dipanggilNya: 'Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan sudah Kukatakan kepadamu bahwa setan itu musuh yang jelas sekali buat kamu.' Keduanya mengatakan: 'Wahai Tuhan kami. Kami telah menganiaya diri kami sendiri. Kalau tidak karena pengampunan dan rahmat yang akan Engkau limpahkan kepada kami, niscaya kami akan menjadi orang yang rugi.' Tuhan berkata: 'Turunlah kamu. Kamu akan saling bermusuhan. Kamu akan tinggal dan hidup di dunia sampai pada waktu tertentu!' Tuhan berkata: 'Di tempat itu kamu hidup, di sana kamu akan mati dan dari sana pula kamu akan dibangkitkan kembali. Wahai anak Adam! Kepadamu Kami telah menurunkan pakaian penutup auratmu, dan pakaian perhiasan. Akan tetapi pakaian takwa itu lebih baik. Itulah tanda-tanda kebesaran Tuhan, supaya kamu ingat. Wahai anak Adam! Jangan sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan seperti yang dilakukannya dalam mengeluarkan ibu bapamu dari surga. Ia menanggalkan pakaian mereka berdua untuk saling memperlihatkan aurat; ia dan pengikut-pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu arah yang tak dapat kamu lihat mereka. Kami telah menjadikan setan itu pemuka-pemuka mereka yang tiada beriman." (Qur'an, 7: 19-27) Adam dan Hawa turun dari surga, sebahagian keturunannya satu sama lain akan saling bermusuhan. Mereka turun dengan kekuatan yang diberikan Tuhan untuk memperjuangkan hidup, dan demikian seterusnya generasi demi generasi. Gejala pertama kehidupan manusia di dunia ini ialah kekerasan dan fanatisma, seperti dalam firman Allah: "Ceritakanlah kepada mereka dengan sebenarnya kisah kedua putera Adam itu ketika keduanya mempersembahkan kurban. Dari yang seorang diterima, dari yang lain tidak. Yang seorang berkata: 'Akan kubunuh engkau.' Yang lain menjawab: 'Tuhan hanya menerimanya dari orang-orang yang bertakwa. Kalau engkau menggerakkan tangan hendak membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sungguh aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam. Akan kubiarkan engkau memikul dosaku dan dosamu sendiri, supaya engkau menjadi isi neraka. Dan itulah balasan orang-orang yang melakukan kejahatan.' Kemudian kehendak nafsunya akan membunuh saudaranya itu diturutinya, maka dibunuhnyalah ia. Dia sudah menjadi orang yang rugi. Kemudian Tuhan pun mengirim seekor burung gagak menggali tanah dengan memperlihatkan kepadanya bagaimana caranya ia menguburkan mayat saudaranya itu. Katanya: 'Aduhai! Kenapa aku tidak seperti burung gagak ini, aku menguburkan mayat saudaraku.' Itu sebabnya, ia menjadi orang menyesal sekali. Oleh karena itulah, Kami telah menetapkan kepada anak-anak Israil, bahwa barangsiapa membunuh seorang manusia bukan karena suatu pembunuhan atau karena melakukan keonaran di muka bumi ini, maka orang itu seolah membunuh semua manusia. Dan barangsiapa dapat memelihara hidup seorang manusia, maka seolah ia telah menghidupkan semua manusia. Rasul-rasul Kami kepada mereka pun sudah datang, sudah memberikan keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi sesudah itu masih banyak juga di kalangan mereka orang-orang yang melampaui batas melakukan kejahatan di muka bumi ini." (Qur'an, 5: 27 - 32) Pembunuhan seorang saudara atas saudaranya jelas sekali karena dendam, dengki, perangai yang kasar dan keras hati Tetapi saudaranya itu orang yang bertakwa, yang takut kepada Tuhan ketika dikatakan oleh saudaranya: aku akan membunuhmu - ia, tidak mau meminta pengampunan Tuhan, bahkan katanya: Akan kubiarkan engkau memikul dosaku dan dosamu sendiri supaya engkau menjadi isi neraka. Ini adalah suatu dominasi kodrat manusia serta logika hukum terhadap kebesaran jiwa dan maaf yang sungguh indah. Anak cucu Adam pun berkembang biak di bumi ini. Lalu Tuhan mengutus para nabi kepada mereka dengan memberikan berita gembira di samping peringatan. Tetapi mereka tetap bersikeras, masih dalam kesesatan. Kehidupan rohani mereka jadi beku, hati mereka kaku tertutup. Tuhan mengutus Nuh dengan mengajak golongannya sendiri, supaya hanya Tuhanlah Yang disembah sebab "aku kuatir kamu akan mendapat siksaan Tuhan." Ia pun didustakan oleh masyarakat itu dan hanya sedikit saja yang mau percaya. Sesudah itu berturut-turut datang pula nabi-nabi yang lain sesudah Nuh, datang pula ajaran-ajaran yang menyerukan agar jangan orang mempersekutukan Tuhan. Akan tetapi sikap manusia itu lebih berkuasa, pikiran mereka tetap beku belum dapat memahami. Beberapa macam manifestasi alam ini dijadikannya Tuhan. Setiap ada seorang rasul yang diutus Tuhan, ada yang mendustakannya, ada pula yang membunuhnya. Akan tetapi kekakuan mereka itu berangsur kendor. Dengan datangnya ajaran-ajaran Tuhan secara berturut-turut itu sudah merupakan bibit yang baik juga meskipun lamban sekali tumbuhnya. Sungguhpun begitu namun ada juga meninggalkan bekas. Pernahkah ajaran kebenaran itu pada suatu waktu menjadi hilang! Kalau pun orang sudah terdorong oleh rasa congkak dan tinggi hati terhadap ajaran itu dan dalam beberapa hal mereka memperolok pembawanya, namun bila mereka sudah kembali seorang diri, mereka kembali bertanya-tanya tentang Kebenaran yang ada dalam ajaran itu. Hanya saja mereka yang dapat memahami kebenaran yang terkandung didalamnya tidak banyak jumlahnya. Pada masa Firaun di Mesir para pendetanya percaya akan keesaan Tuhan. Tetapi mereka mengajar orang sebaliknya dengan bermacam-macam Tuhan. Tidak lain mereka melakukan itu karena ingin mempertahankan kekuasaan terhadap orang lain dan mempertahankan kedudukan mereka. Malah sengaja mereka memerangi Musa dan Harun ketika keduanya datang kepada Firaun, mengajaknya menyembah Tuhan, dan dimintanya Anak-anak Israil itu dilepaskan pergi bersama mereka. Oleh Qur'an juga diceritakan berita tentang para nabi, yang silih berganti selama beberapa generasi di kalangan umat manusia. Tetapi umat itu tetap dalam kesesatan; hanya sedikit saja yang mendapat petunjuk Tuhan dalam mengenal kebenaran itu. Dalam kisah-kisah para nabi ada suatu gejala yang perlu sekali direnungkan. Untuk jelasnya, baik juga kalau kita kembali ke masa Musa dan Isa serta kepada tuntunan Muhammad 'alaihissalam kemudian. Gejala ini ialah adanya pemisahan atau yang semacarn itu pada mulanya, antara rasio dan logikanya dengan iman kepercayaan yang didasarkan kepada mukjizat dan hal-hal yang tak masuk akal. Para nabi itu oleh Tuhan telah diperkuat dengan mujizat untuk masyarakatnya, supaya mereka percaya. Sungguh pun demikian cuma sedikit mereka itu yang mau percaya. Logika dan cara berpikir mereka belum cukup untuk dapat memahami, bahwa Tuhan menciptakan segalanya, bahwa Ia Maha Kuasa. Setelah dengan ketentuan Tuhan Musa disuruh keluar meninggalkan Mesir, sebelum kerasulannya itu ia pergi dari sana dengan membawa perasaan takut. Ketika sampai pada sebuah mata air di Madyan, ia kawin dengan seorang wanita penduduk kota itu. Setelah Tuhan memberi ijin ia kembali, ... terdengar ada suara memanggilnya dari balik lembah sebelah kanan, pada tempat yang telah diberi berkah dari batang pohon itu: "Hai Musa! Aku ini Allah, Tuhan semesta alam. Lemparkanlah tongkatmu!, Setelah dilihatnya tongkat itu bergerak-gerak seperti ular, ia lari ke belakang tidak menoleh lagi. 'Hai Musa! Kembalilah, jangan takut! Engkau sudah mendapat lindungan keamanan. Masukkanlah tanganmu kedalam saku bajumu, niscaya akan keluar dalam keadaan putih tanpa cacat dan dekapkan tanganmu ke badanmu jika engkau merasa takut.' Inilah dua mujizat dari Tuhan ditujukan kepada Firaun dan pembesar-pembesarnya; sebab mereka itu orang-orang yang jahat." (Qur'an, 28: 30 - 32) Sungguhpun begitu tukang-tukang sihir Firaun itu tidak juga percaya kepada ajakan Musa. Ketika kemudian apa yang mereka kerjakan itu disergap oleh tongkat Musa, ketika itulah tukang-tukang sihir itu menyerah sujud, lalu mereka berkata: Kami beriman kepada Tuhannya Harun dan Musa. Sungguhpun demikian orang-orang Israil masih juga dalam keadaan sesat, sampai-sampai mereka berkata kepada Musa: "Perlihatkan Allah itu terang-terang kepada kami." Setelah Musa wafat, kembali mereka menyembah anak sapi. Kemudian sesudah Musa, datang lagi nabi-nabi yang lain kepada mereka, diajaknya mereka menyembah Allah. Tetapi nabi-nabi itu malah dibunuh dengan sewenangwenang. Setelah kemudian mereka kembali teringat kepada Tuhan, mereka menanti-nantikan kedatangan seorang nabi lagi yang akan dapat mengembalikan kerajaan mereka dengan memerintah dunia untuk selama-lamanya. Peristiwa ini berlangsung dalam sejarah belum begitu lama dari kita. Tidak lebih dari 25 abad yang lalu. Dalam pada itu jelas sekali ini membuktikan adanya dominasi perasaan diatas pengertian rohani. Sesudah lampau lima-enam abad kemudian datang pula Isa mengajak masyarakatnya itu menyembah Tuhan, diperkuat dengan Ruh Kudus dari Tuhan. Oleh karena Isa orang Yahudi, ketika begitu pertama kali berita tentang dia itu sampai kepada pihak Yahudi mereka menduga bahwa dia inilah nabi yang mereka nanti-nantikan (Messiah) untuk mengembalikan kerajaan yang hilang itu ke Tanah atau Negeri yang Dijanjikan. Mereka rindu sekali akan kerajaan semacam ini setelah begitu lama mereka berada dibawah kekuasaan dan kekejaman pihak Rumawi. Akan tetapi mereka masih menunggu, ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang diri Isa. Adakah ia bicara kepada mereka dengan bahasa rasio semata-mata? Tidak, malah jalan mujizat itulah yang ditempuhnya untuk meyakinkan mereka. Kalau pun sumber Kristen itu benar. bahwa ia telah mengubah air menjadi minuman anggur dalam suatu pesta perkawinan di Kana, Galilea, itulah yang mula-mula menarik perhatian orang. Sesudah itu lalu mujizat roti dan ikan, mujizat-mujizat menyembuhkan orang-orang sakit dan menghidupkan orang-orang mati. Itulah yang membuat dia tidak ragu-ragu lagi mengajar orang melalui jalan hati dan perasaan tanpa memberikan tempat yang terutama kepada rasio dan logika dalam ajaran-ajarannya itu. Tetapi bidang ini memang diberikan lebih luas daripada yang pernah diberikan oleh rasul-rasul sebelumnya. Dalam ajaran-ajarannya itu dorongan perasaan kepada kasih-sayang, pengampunan dosa dan cinta-kasih bercampur-baur dengan ajaran rasionil yang tidak dilandasi oleh dalil logika tentang Kerajaan Tuhan. Apabila ada rasa syak yang menyusup ke dalam hati orang mengenai ajaran rasionil ini maka Tuhan segera memberikan mujizat baru yang akan membuat orang lebih dapat menerima dan percaya kepada Almasih. Dengan mujizat-mujizat yang telah dapat menyembuhkan penyakit kusta, orang buta dan menghidupkan orang mati, sudah begitu jauh membuat pengikut-pengikutnya percaya, sehingga sebagian ada yang mengira dia adalah Tuhan yang menjelma di atas bumi untuk menebus dosa umat manusia. Ini bukti yang jelas sekali bahwa kemampuan rasio sampai pada waktu itu belum begitu matang, yang akan membuat orang dengan itu saja sudah dapat memahami hakekat tertinggi tentang arti Al-Khalik dan bahwa Dia Maha Esa, Tempat segalanya bergantung, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tiada suatu apa pun yang menyerupaiNya. Pada zaman Musa dan Isa itu keadaan ilmu, filsafat dan perundang-undangan di Mesir zaman Firaun sudah pindah ke Yunani dan Rumawi, dan dengan segala pengaruhnya sudah dapat menguasai cara berpikir bangsa-bangsa itu terutama dalam bidang filsafat dan peradaban Yunani. Kesadaran berpikir logis sudah mulai menggugah orang bahwa hal-hal yang tak masuk akal dengan sendirinya secara logis tak dapat dijadikan pegangan. Karena pengaruh itu pula filsafat Yunani yang bertetangga dengan agama Kristen di Mesir, Palestina dan Syam telah dapat menimbulkan bermacam-macam mazhab Kristen - seperti sudah kita sebutkan dalam buku ini. Dalam undang-undang Tuhan sudah menentukan bahwa akal pikiran adalah mahkota hidup umat manusia, dengan syarat bahwa pikiran demikian itu jangan sampai kering tanpa perasaan dan jiwa. Bahkan hendaknya ia dapat menjadi pikiran yang berimbang, dapat mengimbangi akal, perasaan dan jiwa, sehingga dapat ia memahami rahasia-rahasia alam ini sejauh mungkin. Demikian juga Tuhan telah menentukan pula kedatangan seorang nabi yang akan membawa Islam ke dalam alam ini dengan mengajarkan kebenaran menurut hukum logika, dilandasi oleh perasaan dan jiwa, dan yang akan menjadi mujizat logika ini ialah Kitab Suci Qur'an yang telah diwahyukan oleh Allah kepada Nabi. Dengan demikian Tuhan telah menyempurnakan agama ini dan memberikan nikmat secukupnya kepada umat manusia. Ia telah menjadi mahkota dan penutup semua ajaran Ilahi Tetapi semua itu terjadi baru setelah adanya perjuangan yang begitu berat terus-menerus, yang juga pernah dilakukan oleh para nabi dan para rasul, yang membawa umat manusia kedalam evolusi rohani sehingga akhirnya ajaran Islam dapat mencapai kemurnian tauhid serta keimanan kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Untuk melengkapi akidah ini maka keimanan itu harus meliputi beberapa kewajiban seperti yang sudah kita sebutkan pada pembahasan pertama dalam penutup buku ini. Supaya orang yang beriman dapat mencapai puncak akidahnya maka ia harus sungguh-sungguh dapat memahami hukum Tuhan dalam alam ini dengan cara terus-menerus sampai pada waktu Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya ini. Dan inilah yang sudah dimulai oleh orang-orang Islam pada permulaan sejarahnya dan pada zaman berikutnya, hingga tiba masanya zaman itu beredar lagi. Alasan-alasan yang saya kemukakan ini dengan sendirinya sudah membantah apa yang ditafsirkan oleh orientalis-orientalis tentang jabariah Islam serta tafsiran mereka tentang takdir, nasib dan umur seperti yang terdapat dalam Qur'an. Dengan tidak usah diragukan lagi argumen ini sudah dapat memperkuat, bahwa Islam agama usaha, agama perjuangan dalam pelbagai lapangan hidup, rohani dan ilmu, agama dan dunia. Dalam hukum alam ini Tuhan sudah menentukan bahwa manusia mendapat ganjaran sesuai dengan perbuatannya, dan bahwa Tuhan takkan merugikan siapa pun, tapi manusia itu sendirilah yang merugikan dirinya. Mereka merugikan diri sendiri bilamana mereka menduga bahwa mereka sudah mendapat kasih Tuhan hanya dengan berpeluk lutut dan menyerah begitu saja atas nama tawakal kepada Allah. Kendatipun argumen-argumen ini sudah cukup kuat sesuai dengan maksud yang saya kemukakan itu, namun saya tak dapat mengabaikan argumen terakhir yang saya pandang sangat tepat dan kuat sekali, yakni argumen yang dapat diambil dari firman Tuhan: "Harta dan anak-anak keturunan adalah hiasan kehidupan dunia, tetapi perbuatan baik yang kekal lebih baik pahalanya dalam pandangan Tuhan serta harapan yang lebih baik pula." (Qur'an, 18: 46) (bersambung ke bagian 5/6) 2. ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM (5/6) Muhammad Husain Haekal Dalam hidup ini rasanya tak ada yang lebih baik merangsang kita dalam bekerja dan berusaha seperti dalam mencari nafkah dan harta. Demi harta sebagian besar orang berusaha dan berjuang, yang kadang sampai diluar kemampuannya. Dalam dunia kita sekarang ini, sekali lihat saja orang sudah dapat memperoleh kesan apa yang sedang bergolak dalam dunia ini - perjuangan dan kesulitan, perang dan damai, pemberontakan dan kekacauan - demi harta. Demi harta inilah kerajaan-kerajaan terbalik menjadi republik, untuk harta ini pertumpahan darah terjadi, nyawa manusia melayang. Juga anak-anak keturunan! Kesulitan yang bagaimanakah yang tidak akan kita pikul demi anak-anak buah hati kita! Kepahitan yang bagaimana pula yang takkan terasa manis kalau memang untuk kesenangan mereka, untuk menjamin kemakmuran hidup dan kemuliaan mereka! Segala kesulitan untuk mencapai kebahagiaan mereka itu jadi mudah. Bahkan, demi harta dan anak-anak keturunannya itu, ada orang yang menganggap segala yang mustahil itu tiada berarti. Ada yang sampai berlebih-lebihan sekali dalam hal ini sehingga untuk itu ia mengorbankan segala kesenangannya, bahkan hidupnya. Memang demikianlah, harta dan anak-anak keturunan itu memang hiasan (bentuk luar) kehidupan dunia. Tetapi disamping inti kehidupan yang sebenarnya bentuk luar itu bukan apa-apa. Orang yang mengorbankan inti demi hiasan lahir, sama dengan orang yang berpikir sempit dan bodoh saja: sama dengan perempuan yang tidak memandang penting kesehatannya sendiri asal dia tampak cantik untuk sementara waktu; sama dengan pemuda yang sudah lupa daratan, yang mau mengorbankan pikiran dan harga dirinya ditengah-tengah ejekan kawan-kawannya bila ia mengira bahwa dirinya adalah pemimpin mereka sebab dia sudah menghambur-hamburkan harta untuk mereka itu; atau sama seperti mereka, orang-orang yang begitu bodoh, yang tertipu oleh kenyataan dibalik kebenaran, oleh hari ini dibalik hari esok. Mereka yang mengejar harta dan anak-anak keturunan sebagai hiasan kehidupan dunia dan melupakan yang lain, mereka ini tidak kurang pula bodohnya. Harta dan anak-anak keturunan suatu hiasan. Sedang inti kehidupan ialah segala pekerjaan dan perbuatan baik yang kekal. Dan untuk perbuatan-perbuatan baik inilah orang harus mencurahkan tenaga dan perjuangannya lebih dari pada untuk hiasan (bentuk luar) kehidupan dunia, harta dan anak-anak keturunannya. Kita sudah melihat betapa luhurnya tujuan yang digambarkan ayat Qur'an Suci ini. Kalau kita sudah mencurahkan segala tenaga dan darah kita demi hiasan kehidupan dunia ini, maka kita juga harus mencurahkan jiwa dan hati kita untuk inti daripada kehidupan itu, bentuk harus tunduk kepada inti. Oleh karena itu segala hidup kita, harta kita dan anak-anak keturunan kita harus ditujukan kepada tujuan ini, kepada inti daripada perbuatan-perbuatan baik yang kekal itu yang lebih besar pahalanya dalam pandangan Tuhan serta harapan yang lebih baik pula. Mengenai logika yang begitu sehat dan jelas ini bagaimana dalam pemikiran Muslimin dapat berubah menjadi bermacam-macam kepercayaan yang sama sekali tidak sesuai? Pada pembahasan yang pertama buku ini sepintas lalu ada juga kita singgung tatkala kita sebutkan tentang keadaan yang sudah berubah pada umat Islam itu. Karena adanya penaklukan-penaklukan yang pernah menguasai imperium Islam secara berturut-turut sejak berakhirnya zaman dinasti Abbasiah - seperti yang sudah kita singgung sepintas lalu dalam pengantar cetakan kedua - cara musyawarah yang berlaku pada permulaan sejarah Islam telah berubah menjadi kerajaan yang sewenang-wenang pada zaman dinasti Umayyah, lalu menjadi hak suci pada masa Abbasiah kedua. Baiklah sekarang kita ikuti keterangan almarhum Syaikh Muhammad Abduh dengan agak terperinci dalam Al-Islam wan-Nashrania sebagai berikut: "Islam pada mulanya agama yang dianut orang Arab. Kemudian setelah berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang tadinya bercorak Yunani ilmu itu pun lalu bercorak Arab pula. Kemudian ada seorang khalifah yang salah dalam menjalankan politik. Keluasan Islam digunakannya untuk apa yang dikiranya akan membawa keuntungan untuk kepentingannya - dikiranya bahwa tentara yang terdiri dari orang-orang Arab itu mungkin saja akan jadi pendukung seorang khalifah golongan Ali, sebab golongan ini dekat sekali pertaliannya dengan keluarga Nabi s.a.w. Oleh karena itu ia mau mempergunakan tentara dari luar, yang terdiri dari orang-orang Turki, Dailam dan lain-lain yang dikiranya pula bahwa dengan kekuasaannya itu mereka ini akan dapat diperhamba, dapat dipergunakan untuk kepentingannya. Suasana tidak akan membantu adanya pihak yang akan memberontak kepadanya atau menuntut kedudukannya sebagai penguasa, meskipun keluasan hukum Islam akan membenarkan ia melakukan itu. Sejak itulah Islam jadi bercorak asing. "Ada seorang khalifah Banu Abbas - yang karena mengingat kepentingannya sendiri serta anak cucunya - ia ingin sebagian besar tentaranya itu diangkat dari orang-orang asing, demikian juga pembesar-pembesarnya. Suatu tindakan yang buruk sekali, baik terhadap bangsanya atau pun terhadap agama. Tetapi tidak lama kemudian pembesar-pembesar militer ini pun telah pula dapat mengalahkan para khalifah itu. Dengan kekuasaan yang ada itu mereka telah dapat bertindak sewenang-wenang. Sekarang kekuasaan negara berada ditangan mereka, dengan tiada persiapan pikiran seperti yang diajarkan Islam dan dengan hati yang sudah diisi oleh pendidikan agama. Bahkan sebaliknya, mereka datang menerima Islam dalam keadaan biadab dan bodoh, dengan membawa segala macam kekejaman. Tubuh mereka mengenakan pakaian Islam, tapi ajarannya belum sampai menembusi hati mereka. Masih banyak diantara mereka itu yang membawa berhala untuk disembah dengan diam-diam. Kalau pun ada yang menjalankan salat bersama-sama, itu hanya untuk memperkuat kekuasaannya. "Kemudian datang lagi yang lain melanda Islam, seperti bangsa Tatar dan yang lain misalnya, malah persoalan agama juga dibawah kekuasaannya. Buat mereka musuh yang paling besar ialah ilmu pengetahuan. Orang pun sudah mengenal siapa mereka, sudah mengetahui sejarah mereka yang buruk itu. Mereka sangat memusuhi ilmu, juga memusuhi yang menjadi pelindung ilmu, yakni Islam. Segala yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tidak pernah mendapat perhatian mereka, bantuan untuk itu pun dihentikan. Tidak sedikit dari kaki tangan mereka itu yang turut menyusup kedalam jiwa orang yang masih awam dalam agamanya. Mereka menempatkan diri ke tengah-tengah orang yang masih hijau dalam agama itu, sebagai orang yang taat dan pelindung agama. Mereka menganggap agama masih belum sempurna, perlu disempurnakan, atau sedang sakit, perlu diobati, atau juga sedang miring, perlu ditopang, sudah hampir roboh, jadi perlu dibangun kembali. "Dengan mengingat masa lampau mereka yang masih dalam kemegahan paganisma, adat-istiadat golongan-golongan Nasrani yang terdapat di sekitarnya, mereka pun hendak menerapkan semua itu ke dalam Islam - suatu hal yang diluar tanggungjawab Islam. Tetapi dalam meyakinkan orang-orang awam bahwa yang demikian ini demi kebesaran syiar agama, mereka berhasil. Rakyat jelata memang alat penguasa dan senjata kaum tiran. Mereka telah menciptakan bermacam-macam pesta dan upacara-upacara keagamaan. Merekalah yang membuat peraturan kepada kita tentang adanya pemujaan kepada para wali, kepada ulama dan yang sebangsanya. Mereka telah memecah belah umat Islam, dan menjerumuskan orang kedalam kesesatan. Mereka juga yang menentukan, bahwa kita yang datang kemudian harus mengikuti apa yang dikatakan oleh orang dahulu. Hal ini oleh mereka telah dijadikannya pula suatu akidah, yang membuat orang jadi berhenti berpikir, membuat pikiran jadi beku. "Lalu kaki tangan mereka menyebarkan cerita-cerita, berita-berita dan bermacam-macam pandangan ke seluruh pelosok kawasan Islam - yang akan membuat orang awam jadi puas dan yakin - bahwa mereka tidak berhak mencampuri soal-soal umum. Segala yang berhubungan dengan soal-soal masyarakat dan negara adalah menjadi wewenang para penguasa. Barangsiapa mau mencampuri soal semacam ini di luar mereka, berarti ia memasuki persoalan yang bukan bidangnya. Apabila sampai timbul kerusakan-kerusakan dan suasana yang tidak menyenangkan, semua itu bukan karena perbuatan para penguasa, melainkan suatu kenyataan seperti yang disebutkan dalam hadis-hadis sebagai ciri-ciri akhir zaman. Orang tidak perlu menghindarkan diri baik untuk masa sekarang mau pun untuk masa yang akan datang. Maka lebih aman apabila hal ini kita serahkan saja kepada Tuhan. Kewajiban seorang Muslim hanyalah mengurus diri sendiri. "Dalam hal ini mereka menemukan pula beberapa hadis yang secara harfiah membantu sekali maksud mereka. Demikian juga adanya hadis-hadis palsu dan lemah dapat memperkuat tujuan mereka menyebarkan pelbagai ilusi semacam itu. Barisan yang menyesatkan semacam itu sudah tersebar luas di kalangan Muslimin sendiri, dengan mendapat bantuan di mana-mana dari pembesar-pembesar yang memang berbahaya itu. Kepercayaan tentang takdir mereka pergunakan sebagai alat pemadam semangat, sebagai belenggu yang akan dipasang di tangan orang yang mau berusaha. Faktor yang paling kuat mendorong hati orang menerima dongengan-dongengan semacam ini ialah tingkat pengetahuan yang masih bersahaja, kesadaran beragama yang lemah dan mudah terbawa nafsu. Ketiga faktor ini bila bertemu berarti suatu kehancuran. Kebenaran sudah tertimbun oleh kepalsuan yang begitu tebal. Kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan ajaran pokok agama, dan mengaburkannya sekaligus - seperti kata orang - sudah sangat melekat ke dalam hati. "Politik demikian ini adalah politik tirani dan egoistis sifatnya. Politik inilah yang menyebarkan hal-hal yang bukan dan agama dimasukkan kedalam agama. Politik inilah yang telah merampas harapan dari si Muslim yang tadinya hendak menembusi lapisan langit; terpaku ia dalam hidup putus asa, hidup dengan makhluk-makhluk hewan yang membisu ... Sebagian besar yang kita saksikan sekarang, yang dinamakan Islam, sebenarnya bukan Islam. Hanya bentuknya saja yang masih dipelihara sebagai amalan-amalan Islam - sembahyang, puasa, naik haji, ditambah sedikit hafalan kata-kata-yang artinya sudah dibelokkan pula. Ajaran-ajaran bid'ah dan dongengan-dongengan yang dimasukkan kedalam agama dan dianggap sebagai agama, telah membuat orang jadi beku dalam berpikir, seperti sudah saya sebutkan tadi. Semoga Tuhan menjauhkan semua kita dari mereka dan dari kebohongan yang mereka buat-buat atas nama Tuhan dan agama itu! Segala cacat yang sekarang dialamatkan kepada kaum Muslimin sebenarnya bukan dari Islam, tetapi sesuatu yang lain yang mereka namakan Islam."7 Keadaan yang digambarkan oleh Syaikh Muhammad Abduh ini memang merupakan beberapa pendirian yang bertentangan sekali, yang oleh mereka disiar-siarkan dan disebarkan begitu luas dengan mengatakan bahwa itu ajaran Islam, itu perintah Tuhan dan Rasul. Dan pelbagai macam pendirian inilah lahirnya mazhab jabariah, yang oleh mereka yang datang kemudian telah digambarkan begitu rupa, berlainan sekali dengan apa yang ada dalam Qur'an. Lukisan Qur'an mengenai hal ini sudah kita lihat di atas. Sebaliknya yang datang kemudian, mereka hanya menyuruh orang duduk-duduk dan menyerah saja. dengan mengatakan bahwa lapangan hidup ini bukan harus dilakukan dengan usaha dan rencana, tetapi memang sudah tergantung kepada rejeki dan takdir juga, bukan kepada jasa pekerjaan seseorang. Ini adalah jabariah yang salah sama sekali, yang telah memberi peluang kepada beberapa orang di Barat untuk menuduh Islam dengan tidak pada tempatnya. Berdasarkan pendirian inilah timbul mazhab merendamkan arti materi dan tidak mau campur tangan dalam persoalan semacam ini. Ini adalah mazhab kaum Stoa8 di Yunani, juga pada suatu ketika pernah tersebar di kalangan segolongan kaum Muslimin, kendatipun ini memang bertentangan dengan firman Tuhan: "Dan jangan kau lupakan nasibmu dalam kehidupan dunia ini." (Qur'an 28 - 77) Sungguhpun demikian aliran ini mempunyai literatur yang cukup luas pada masa Banu Abbas dan sesudahnya. Yang dikehendaki oleh Qur'an ialah jalan tengah. Ia tidak membenarkan orang hidup serba menahan diri, juga tidak membenarkan ibahiyah atau hidup serba boleh seperti diduga oleh Irving, bahwa cara hidup demikian itu telah menghanyutkan kaum Muslimin kedalam kemewahan dan melupakan perjuangannya, serta menjerumuskan umat Islam ke dalam keadaan mereka seperti sekarang ini. Penulis Amerika ini mengatakan, bahwa ajaran Kristen mengajarkan kesucian dan kasih sayang sebaliknya daripada lslam, seperti yang dituduhkannya. Bukan maksud saya akan membanding-bandingkan Islam dengan Kristen dalam hal ini, sebab keduanya memang sejalan, dan tidak berbeda. Biasanya membanding-bandingkan demikian itu hanya akan berakhir pada perdebatan dan pertentangan yang tidak akan menguntungkan Kristen ataupun Islam. Akan tetapi apa yang saya perhatikan - dan inilah yang ingin saya tekankan - ialah bahwa antara sejarah hidup Isa 'a.s. dengan ajaran Stoaisma dan hidup menahan diri secara berlebih-lebihan yang dihubungkan kepada ajaran Kristen, terdapat perbedaan yang jelas sekali. Almasih bukan seorang penganut ajaran stoa. Bahkan mujizatnya yang mula-mula dan utama, ialah ketika ia mengubah air tawar menjadi minuman anggur dalam pesta perkawinan di Kana, Galilea, yang juga dia diundang, dan dia ingin jangan orang kekurangan minuman keras itu setelah habis dari persediaan. Juga dia tidak menolak undangan kaum Parisi9 yang mengadakan pesta makan yang mewah dan dia tidak keberatan orang mengecap kenikmatan yang diberikan Tuhan. Sedang sejarah hidup Muhammad dalam hal ini lebih menekankan pada keseimbangan jalan tengah. Memang benar bahwa Isa menganjurkan orang-orang kaya bermurah hati kepada fakir miskin dan mencintai mereka. Tetapi sepanjang yang pernah dikenal umat manusia dalam hal ini, Qur'an lebih-lebih lagi menekankan. Pembaca tentu sudah melihat sendiri ketika kita bicara tentang zakat dan sedekah, sehingga tidak perlu lagi kiranya diulang. Dan cukup kalau terhadap Irving dan yang semacamnya itu kita jawab, bahwa Qur'an mengajarkan jalan tengah dalam segala hal. Tinggal lagi kata-kata terakhir yang diuraikan Irving itu, yaitu kata-kata yang oleh pihak Barat dimaksudkan untuk mencemarkan kita tapi sebenarnya itu merupakan kecemaran Barat sendiri, merupakan arang di kening dan aib di wajah kebudayaannya sendiri. Irving berkata: "Adanya bulan sabit ini sampai sekarang di Eropa - yang pada suatu waktu pernah mencapai kekuatan yang luarbiasa - hanyalah karena perbuatan negara-negara Kristen yang besar-besar; atau lebih tepat lagi: karena persaingan mereka sendiri. Bertahannya bulan sabit itu barangkali untuk menjadi bukti yang baru, bahwa: "barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." "Barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." Ini sebuah ayat dalam Injil (Perjanjian Baru) yang oleh Irving dialamatkan kepada Islam, atas nama Kristen. Sungguh aneh! Barangkali Irving masih dapat dimaafkan mengingat apa yang dikatakannya itu sudah seabad yang lalu. Pada waktu itu penjajahan Barat, menurut istilah kita - atau penjajahan Kristen menurut istilahnya - keserakahan dan penggunaan pedangnya belum separah seperti sekarang. Tetapi Marshal Allenby, yang dalam tahun 1918 menaklukkan Yerusalem atas nama Sekutu, ia berkata seperti kata-kata itu juga sambil berteriak di Kuil Sulaiman: "Sekarang Perang Salib sudah selesai!" Atau seperti dikatakan oleh Dr. Peterson Smith dalam sebuah bukunya tentang kehidupan Almasih, bahwa "Penaklukan Yerusalem itu adalah merupakan Perang Salib kedelapan yang dilancarkan pihak Kristen untuk mencapai maksudnya." Bisa jadi benar juga bahwa penaklukan itu berhasil bukan atas usaha pihak Kristen, tapi atas usaha orang-orang Yahudi yang telah mempergunakan mereka untuk menjadikan impian Israel dahulu kala suatu kenyataan, lalu menjadikan Tanah yang dijanjikan itu sebagai daerah nasional bangsa Yahudi. "Barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." Kalau kata-kata Injil ini dapat diterapkan kepada sesuatu golongan maka golongan yang paling tepat menerimanya dewasa ini ialah Eropa yang menganut Kristen itulah. Islam tidak pernah mempergunakan pedang dan oleh karenanya tidak akan binasa oleh pedang. Sebaliknya Eropa yang menganut Kristen, pada zaman belakangan ini telah menggunakan pedang untuk mengejar kebebasan hidup yang berlebih-lebihan dan kemewahan yang oleh Irving dipalsukan alamatnya, kepada Islam dan Muslimin. Dewasa ini Eropa yang menganut Kristen itu telah mengambil alih peranan yang dulu dipegang oleh Mongolia dan Tatar, tatkala mereka yang secara lahir menggunakan baju Islam menaklukkan beberapa kerajaan tanpa membawa ajaran-ajaran Islam. Merekapun mengalami kehancuran bersama-sama kaum Muslimin. Inilah keruntuhan yang telah menimpa bangsa-bangsa Islam. Tetapi Eropa yang menganut Kristen dewasa ini tidak lebih baik dari bangsa-bangsa Tatar dan Mongolia itu. Begitu menaklukkan bangsa-bangsa Islam, segera pula mereka sendiri menganut Islam, melihat kebesaran dan kesederhanaan yang ada dalam ajaran Islam. Sebaliknya Eropa, ia menyerang bukan mau menyiarkan sesuatu kepercayaan atau kebudayaan, tapi mau menjajah, mau menjadikan agama Kristen sebagai alat penjajahan. Oleh karena itu propaganda misi Kristen Eropa tidak pernah berhasil, sebab tujuannya memang sudah tidak ikhlas. Terutama di kalangan bangsa-bangsa beragama Islam propaganda ini tidak pernah berhasil dan tidak akan berhasil. Kebesaran dan kesederhanaan Islam, demikian juga ajarannya yang memberi tempat kepada pikiran logis dan ilmu, tidak memberi harapan kepada propaganda agama apa pun untuk berhasil mempengaruhi pemeluk-pemeluk Islam "Barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." Ini benar. Meskipun ini memang sesuai dengan keadaan Muslimin yang datang kemudian, yang berperang hendak menaklukkan beberapa kerajaan dan untuk menjajahnya, bukan untuk membela diri dan membela keyakinannya, tapi buat masa sekarang hal ini lebih sesuai lagi dengan Barat yang berperang dan menaklukkan untuk merendahkan dan menjajah bangsa-bangsa lain. Kaum Muslimin yang mula-mula pada zaman Nabi dan para penggantinya dan yang datang sesudah itu, mereka berperang bukan untuk menaklukkan atau menjajah, melainkan untuk mempertahankan keyakinan mereka tatkala mereka diancam oleh Quraisy dan oleh orang-orang Arab, kemudian diancam pula oleh Rumawi dan oleh Persia. Dalam peperangan ini mereka tidak memaksa orang harus menganut Islam, karena memang tak ada paksaan dalam agama. Juga dengan peperangan itu mereka tidak bermaksud hendak menjajah bangsa lain. Beberapa kerajaan dan amirat oleh Nabi dibiarkan dalam kerajaan dan amiratnya masing-masing Tujuannya hanyalah supaya ada kebebasan mempropagandakan agama. Oleh karena akidah Islam memang begitu kuat dan jelas mempertahankan kebenaran yang diajarkannya, jelas sekali bahwa tidak ada keistimewaan orang Arab terhadap bangsa lain yang non-Arab, kecuali dengan takwa, dan bahwa kekuasaan tertinggi itu hanya ada pada Allah, maka cepat sekalilah ajaran ini tersebar ke segenap penjuru bumi, seperti halnya dengan setiap kebenaran yang sungguh-sungguh jujur akan cepat pula tersebar. Akan tetapi setelah kemudian ada pihak-pihak yang masuk Islam dan mereka ini terjun kedalam kancah peperangan dan menaklukkan dengan menggunakan pedang, mereka pun kemudian dihancurkan oleh pedang pula. Tetapi Islam tidak sekali-kali mempergunakan pedang dan tidak akan binasa oleh pedang. Islam tidak pernah mempergunakan pedang. Malah ia dapat memikat pikiran dan hati nurani manusia hanya dengan kekuatan yang ada di dalam Islam itu sendiri. (bersambung ke bagian 6/6) --------------------------------------------- S E J A R A H H I D U P M U H A M M A D oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah Penerbit PUSTAKA JAYA Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1
2. Orientalis AND ISLAMIC CULTURE (sixth)
Muhammad Husain Haekal
Washington Irving as the author has become a leading
pride of the United States against other nations in
the 19th century. He has written a book about the history of the life of the Prophet.
In this book the history of the Prophet pitched it with
rhetorical ability large enough so that not a few
the parts that can captivate readers. Besides
ability is sometimes seen also his honesty, but
sometimes seem too intolerant and prejudiced. This book
quits with a cover that explains the main points
pillars of Islam teachings, and what he thinks sources
based on history that has been used as a basis for teaching
it, preceded by a matter of faith in God, to our
angels, the books, the apostles and the Last Day. Then
he said:
“Pillars of the sixth and final than the pillars of belief in Islam (pillars of
faith) is jabariah.1 Most of Muhammed victory
in a war based on these teachings. All events
happens in life is determined first by
acts of God, was written in the ‘Board Abadi’2 before
God created the universe, and that human destiny and doom
all been determined, it is no longer inevitable. With
any way by the ability of business and the human mind,
was not to be promoted again. With this belief the
Muslims go into battle without the same fear
once. If they died in battle so this is the same
martyrdom that will go straight to heaven, they know
This one definitely will they achieve or win-martyr.
“The doctrine that determines, that humans are powerless to
his will that free it to avoid sin or survivors
of punishment, some Muslims consider it contradictory
with justice and mercy of God. Some groups arise.
They try and continue to try going to lighten and
give an explanation of this puzzling doctrine.
But much is still not much doubt. They are not
belonged to the Sunnah (orthodoxy).
“Mohammed received the inspiration of this doctrine precisely in
time. It is incredible inspiration occurred at a time
very appropriate. This incident just after the Battle of Uhud
The poor, who do not eat little victims
his friends, including his uncle Hamza. It was then,
when sadness and anxiety are gripping heart
the friends who surrounded him, this rule
issued – that man can not escape from death,
when death sudahm arrived, same thing in bed or in the field
war …
“It seems people can not describe a doctrine that is more
appropriate than this to encourage a group of soldiers that stupid
not experienced it in a wild rush to war.
They are convinced that if life gets booty,
if the dead get to heaven! Because of this teaching is also army
Muslims are almost unable to be defeated again. But
It also contains a poison that will destroy
Islamic power. Once the Prophet’s successor-substitute
retired as conquerors, so they re-sheathed
sword in perpetuity, began teaching this jabariah
Also mengerumit (eroding) for damage. Vein-nerve
Muslims are sensitive to the peace, also was sensitive
to the wealth of material is allowed by the Koran, and which
is a sharp separation between these principles
with Christianity, the sacred religion and compassion. A
Muslims consider it a misfortune that struck fate
that God predestined and unavoidable, so
must submit to and accept, for all means and
human mind is not useful.
“The formula, which reads:” Please help yourself, God will
help “is seen by the followers of Muhammad do not
can be implemented, on the contrary they take. From
That’s where the cross managed to scrape a crescent moon. The existence of the moon
This crescent until now in Europe – which at one time
never reach the awesome power just because
actions of Christian countries were large; or more
right again: because of their own competition. Survival
The crescent is probably to be new evidence,
that: “he who uses the sword shall perish by
sword. ”
Thus the words of Washington Irving, who with
his study was not possible he could capture the soul of Islam
and the basic culture. One was his opinion in
interpret the question of al-qadza wal-qadar (grade or fate) and
doom about it. Maybe he still can be forgiven considering
some Islamic books used as reading material makes him
Such contention. But instead the Koran, not
can be measured with the phrase “Please help yourself, God will
help “in terms of the strong encouragement Quran so that people
believe in yourself, and that humans have
benefits in accordance with the deeds and intentions that gave birth
deed.
“Say: ‘O mankind! Truth of God has
come. Any person who according to the right path, then the truth
it is good for him, and anyone who becomes lost, he
misguided because he, too ‘. “(Qur’an, 10: 108.)
“Those who think the right way, the truth is
good for him, and he who becomes lost, he
astray because of him, too. One can not impose
expense of others, and we will not impose punishment
before we sent an apostle. “(Qur’an, 17: 15).
“Whoever wants profits will hereafter Us
added advantage that, and whoever wants
We gave the world will benefit as well. But in the Hereafter he
no part. “(Qur’an, 42: 20)
“God will not change their fate if something class
do not change their own fate. “(Qur’an, 13: 11.)
And a lot of similar examples in the Qur’an. Obviously
he shows that humans bring reward or get
punishment of the source at will and his own actions. God
encourage people to try and find good fortune to eat
in the face of this earth. They were told to fight in Allah’s way
with the verses is quite clear and strong as he had
we read some in this book. This in no way
in accordance with what is said Irving and several authors
West, the Islamic religious trust, completely indifferent and resigned,
teach adherents that they are no power over
their own for the good or bad,
so there’s no point in them trying and wills, for
efforts and his will depend on the will of God. If
we tried and were destined never to give the results of efforts
we will not succeed as well. Conversely if we do not
tried but had ditakdirkar; we will be rich,
strong person or a person of faith, we too will be
Thus without any effort or work. The verses which we have
pointed out that refuse and runs counter to opinion
this.
They trust-that connects the attitude of the Muslims in
recent times hold on to the last paragraph, as
God says this:
“Life should meet his death, only with the permission
God, for the time is determined. “(Qur’an, 3: 145).
“Every race has had a certain time. If already
time comes, they will not be able to step or
enhancing them a little too well. “(Qur’an, 7: 34).
“Every event that occurred on earth and to yourself
was determined first before we create it.
God created this sort of thing easy. “(Qur’an, 57: 22).
“Say: No one that hit us, if not already
determined by God to us. He is our Protector, and
people who believe in Him was entrust myself. ”
(Qur’an, 9: 51)
Even if it is to handle them, they actually
can not capture the meaning of these verses and such
and described a close relationship between the servant with
Lord. They are driven by the notion that Islam
teach the person resigned, but the real Islam
sent men to fight and willing to die as a hero,
maintain the dignity and honor, with
culture is built on the basis of brotherhood and
compassion.
Actually, these verses and in line with that already
depicts a scientific fact that has been recognized also by
most of the philosophers and scholars of the West with
sect named jabariah (fatalisma) and also connects
understanding Jabr (fate) is the law of nature and a number of
existing biological life, rather than going
connecting it to the will and power of God. Sect
which is recognized by most Western philosophers
no more satisfied, not more tolerant, more appropriate nor
for mankind than the school of philosophy that abstracted
of the Holy Qur’an, as we shall see later.
Jabariah scientific (scientific determinism) argues,
that ikhtiar3 exist in us in this life is
relative effort with very little value, being of opinion
about the relative effort is mostly dependent on
purposes of social life in terms of practicality rather than to
realms of science or philosophy. If the schools of this endeavor is not
made a decision, it will be difficult also because the
find a benchmark as the basis for its legal and
its limits, will compile a life and behavior patterns
behavior of every person who has been prescribed punishment, with
a criminal or civil penalties.
It is true that among the scholars and experts
law that some are not basing his sentence benchmark
to understanding Jabr and effort (luck and effort, or
intentionally and unintentionally), but the reaction
there already are people who want to handle
maintain their existence, and which also applies for individuals
who want to maintain their existence as well. Create community
hold on to this reaction is the same, whether the individual
acting on their own volition or not
own. But action efforts (knowingly)
This in most legal experts remains the basis
in sentencing. As reason is that people who
have lost the freedom or the will, like a madman,
small children or people dumb, he is not subject to punishment for
such actions against adults who are able to
differentiate between good and bad things.
If practical considerations in yurispruden
this legislation we set aside and we just want
poured to the realms of science and philosophy, then we
see this jabariah reality. Nobody can
vote in the days where he would be born, in what nation,
in which the environment, as well as father’s mother who, with all
wealth and poverty, with all its advantages and
shortcomings. Nor was it because he is male or female, not
because of the events happening around – in
many things – that would be a major factor in shaping the
and directs all the work and life. About
This school of Hippolyte Taine states: “Man is the product
their environment. ”
Not least among scholars and philosophers that support
this fact, to the extent that they say that if
world we can achieve knowledge of all legal
and the secret of human life is like the knowledge that already
learned in the law of the solar system, of course people will be able
determine the fate of every individual or society with definite
once, as practiced by astronomy experts yang
definitely been able to determine the times will
the eclipse of the sun or moon. However, no
there are good people in the West or East – which says that
This jabariah schools hinder people in their efforts to reach
success in life, or will impede nations
to plunge into the most good, nothing too
said that nations that embrace this school will
decline. It was so, but the school
fatalisma in the West does not give encouragement to those
in order to try and work as contained in
Qur’anic verses about human responsibility toward awab
job.
“And that man is only getting what they earned.
And results of operations that will be seen as well. “(Qur’an 53: 39 –
40)
Is not this one alone is quite appropriate as an argument
to prejudice the Orientalists who suspect that
jabariah Islam is bringing the nations that menganutnya
a retreat?
Even the larger Islamic jabariah encouraging people
trying to goodness and to get results rejekinya
from the fatalisma in the West. Both these schools are already
see that in nature there are no laws
can be modified or replaced, and everything in this natural
subject to those laws. Also, the human subject
like others that exist in nature. But fatalisma
This subjugate people to their environment and way
that have been passed down through generations can no longer be avoided and make
Iradat man must submit to the environment. In the case of
This is no longer the way he can change himself.
On the contrary the Qur’an invites Iradat every individual on the basis
ratio towards a better, and reminded that
good results when it has been determined for them,
then it is for their own business and they do not
will get good results with offhand without
business.
“God will not change their fate if something class
do not change their own fate. “(Qur’an, 13: 11)
After God gave instructions to mankind with
sacred books about what they should do,
after the prophets and messengers opened to the right path
and told to think about and reflect on all the contents and legal
nature and power of God, then with their ability
themselves, they will think about and reflect on all that.
People who already believe in it, and directs itself to
in that direction, sure he will get what is determined
God. If already determined he would die defending
truth or goodness as commanded by God, not
he need not worry. He and his countrymen will continue to live in
God’s side. Manalah suggestion is larger than that
the initiative, trying and willing?! And which also
indifferent attitude of all-round place as alleged by Irving and
Orientalis orientalis-other?
Completely indifferent attitude was not tawakal4 to God.
With trust in God is not likely people will only
chin do nothing and leave everything
God commanded. On the contrary, he had to work hard
for that, as in the word of God:
“If you had been resolved, tawakallah to
Of God. ”
So resolve and it must precede Iradat trust.
We have resolved, then we put their trust
God, we achieved our goal thanks to that too. What
we should go only Him alone, we should be afraid
only in Him alone – we will achieve all the results
be it under the laws of God in nature.
The law of God will not change and will not
flit. These good results must be objective
until we achieve our business success, or we will die
therefore. Good business results we have achieved is from God.
All the disasters that befall us because of our own deeds
and because we do not resort to the path of Allah. So
all the goodness of God and all error and evil
from the actions of Satan.
About the power of God to know everything that happens in
nature before God created nature, and that God Almighty
Great
“… Nothing is hidden Him any item weighing atoms in
heavens and on earth, no greater or smaller
than that, everything is in the book are real, “(Qur’an, 34:
3.)
means that God has set some of the laws of nature
This can not be changed and their effects must be born
Also from there.
When scholars argue as we have
have mentioned, that if science can find a positive
secrets and laws of human life,
find out what has been determined each individual and
community, as well as in determining the times will
the eclipse of the sun and moon, the belief in
God can not other faith applies also to
His power is to know everything before this nature
created. If an architect of buildings that make
a house or a building plan and look forward
implementation of the plan, to know how
old power building and its parts that may
will last for several more years, so too
economics scholars argue, that any economic law
provide certainty to them to know about the crisis
or wealth that will occur in the life of this world
economy, then debate the science of God about everything
small and large who became his creatures in this natural
God will be very humble nature, something that no
can be accepted by common sense.
(Continued on part 2 / 6)
2. Orientalis AND ISLAMIC CULTURE (2 / 6)
Muhammad Husain Haekal
Science is not supposed to be stopping people from
thinking about them days later and try my best
follow the right path and avoid the road
perverse. Science God is still magical for them. But
eventually they will come also to the truth though
rather slow. God has determined the nature of affection
in Himself. He always accepted his repentance of His servants who would
repent and have a lot of sin that diampuniNya. During
God’s grace that covers everything, man does not need
despair will obtain the right path, as long as he wants
ponder and think about the universe. One does not need
despair of the mercy of God that it finally musings
would drive her to the path of Allah. Human evil is
which does not recognize human nature, and felt himself already
too big to think about and reflect on the things
would deliver himself to the guidance of God. They are
people who are going against God, not expecting
might receive the grace of God. Their hearts have been closed by the Lord,
those who will be the Fire, who will receive
The most wretched places.
Do-orientalist Orientalist had seen sense jabariah
Islam is so high, so wide-reaching? Is
they see that their assumption was indeed very weak,
suspect that the Islamic jabariah sent hugs
knee without effort or willing to accept the abject living or willing to
give up so easily? Besides all that this doctrine always
give hope, that the door of grace and repentance always
open to anyone who would repent. What they
suspect that this doctrine asked every Muslim considers each
advantage and doom that befell him as destiny
already determined by God and therefore he must be silent
course, accept any disaster and humiliation that with patience,
then all that far from the actual reality of teaching
jabariah, which teach people to always fight and
seek to obtain compliance of God, for always taking
firm prior to trust in God. If people have not
managed to get success now, he should keep trying
if tomorrow he succeeded. The hope is always on
God for guidance step in the right direction,
in order to get pardon from all sin, is the driver
the most important to think and try to continually
in achieving its goals according to the will of God. Him he
and worship Him also he asked for help. Place
people expect the inner guidance, and there is also everything
will return.
Really great force generated by teaching
This high into the human soul! What a broad range
hope it opened. We are guided to goodness
for what we are doing it for God. If we
to be misled by Satan, our repentance will be accepted
as long as our mind can overcome our passions and bring
we return to the straight path. This is a straight road
the law of God in creation, the law would
into our educators with all our hearts and minds,
and by reflection we would all creation
God. And we started getting to know all the secrets of nature
it.
However, if after that there were still people astray
and ascribe the Lord, there are still those who would do
mischief on this earth, there are those who want to close my eyes
of all sense of brotherhood, then it is a great example
given by God to mankind in order to show the power
Such a God so that it would become a role model
for them. This is the justice and mercy of God to all
mankind. People will not prevent or restrict
do all that. But the punishment will be receiving
according to the deeds he had done.
However, why should people think, what works,
if death is always stalking them! When the end is
until the moment can not be postponed or brought forward. Create
what people think and why would also work if people
a happy already determined in advance will be happy,
and that passion will be miserable?
This is a deliberate repetition of questions we answer
pointed out that we can see problems provision of this death
Other terms: What have determined God first
is the natural laws of nature since before it was created and
before spoken to him ‘Be’! then he became. ”
In this describes nothing more appropriate than the word
God is “Lord you have defined the nature of affection
in Himself. “This means that the affection was
into the nature of God and become one of its laws
in the universe. There is an obligation which is required
towards Himself. The obligation was not supposed to exist on
The Almighty. In this regard Allah says:
“We’re not going to impose punishment before we sent
an apostle. ”
If there is a perverse group and to their God
did not send a messenger, then God’s law here
applies – no one of them will be put to torture.
Make every person of faith, the signs of God’s greatness
These are reasonable in nature at all, that God
created nature. If God had sent an apostle
to a class, then apply the law of nature and
God’s will on the group, that after being given
somebody clue from these groups still remain
kesesatannya maintain, then the people who have been persecuted
himself it would be an example for others.
It’s very naive to say that people who have
This misguided treated unfairly because of who was sentenced
punishment for kesesatannya, but such error was
already enshrined in advance (specified) against him. We
say naive not to say condescending God,
because the most appropriate way of thinking will tell
us, that those who go astray, he has been persecuted
himself, not God who abuse him.
To explain this simply may we take the example
a loving father who brought fire to
her son who was a baby. If sianak hold,
dijauhkannya fire as he gestured, that the fire was
heat. Then repeatedly fire didekatkannya
again to sibayi, never mind also that the baby’s finger until
burned a little so that his own experience in reality what
who had warned him that and so always
remembered for his life. But when an adult after he
still want to hold a fire or throw themselves into the fire,
then that’s what has happened to her reward, and do not
his father got the blame, do not anyone asked that the
mengalanginya father of the deed. So is for example
a father who was giving instructions about the dangers of gambling
or liquor to their children. So when it sianak
later were grown and she is also what has been violated
forbidden by his father and therefore he got a disaster, then
is not a cruel father molesting her, though he would
able to prevent from doing so. The father at all
not cruel if you let sianak to violate what
already a ban, and this is an example for family
and other relatives. So did family and
brothers and sisters who are up to hundreds or thousands of them
in a city that does a lot of temptation because of the influence
circumstances. It was pretty good and seems very fair if
the inevitable consequences happen to them as
rewards of their own deeds. It will be able to
improve the situation of other members of society, despite what
that has been inflicted on children is persecuting country
regrettable. This is the simplest example of justice and
balanced relation to our human society,
as we have described earlier. Moreover, when we
imagine and compare with the universe, with
creatures that are millions many in the area of space
and for an unlimited time! What has happened to individual
and communities – because of his own actions – in the form
which are no longer able to imagine our imagination, all
was just an example of fairness or balance in
its very simple.
If the atrocities that we addressed to the father,
because she let her son who lost it must accept
kesesatannya reward, in terms of error that had been
set out above him, then argued once cruelty
Thus we addressed it to ourselves because we have
kill a louse is very annoying, will concern
bring transmission to us, which will sometimes
cause disaster to the community if this until infectious
to others. Or because we are a stones throw away from the
gall bladder or kidneys for fear lead to a sense
pain or suffering, or we cut off one part
members of our bodies because it feared the damaged part
will spread throughout the body and the consequences will be fatal
once. If all that we do not do, because it
already set out for ourselves, then we suffer or
to die for it, then that should be blamed due to
disaster is just ourselves, because God has
opened the door for our suffering, as well as
the door of repentance is open for the sinner. Only
Just stupid people who willingly accept suffering
Thus it is with the assumption that it is already contained
on him. This is because of their ignorance and stupidity alone.
While we see the lice were killed, stone removed
and removal of diseased limbs really fair at all –
although it is rooted in natural law, that the flea
disturbing and will bring to human disease transmission,
stone and a member of the sick body will urge the body part
another so as to destroy – to view all
is how we will not consider it a folly
yang naive once, an unacceptable reason other than mind
narrow selfish, who see it only from justice
Our terms are subjective, and do not link
to all human society, or more than that,
connecting it to the universe!
What does it mean ticks, rocks and man than nature
this? In fact, what it means to all mankind than
with nature? With a narrow our imagination, we try
want to imagine the limits of a broad nature, with space
and time, with the beginning and end, and with all the words
of the kind. There was no other way for us to
can imagine this natural form other than that, because it
very limited, in accordance with existing knowledge
to us, which is also limited, and still very little. And
a little is enough to show us that
the law of God in nature is a law
orderly and balanced, that is not volatile and
exchange-rates. We came to know of this law
because God bestows on us hearing,
vision and heart, that we see all the beauty
This creation, to understand nature in accordance with
laws that. So we glorify glory
Lord, we do good according to commands. And
do good on the basis of faith, for those who understand is
a manifestation of the highest worship to God.
Death is the end of life and the beginning of life. Therefore
who feels afraid to die only those who reject the existence of life
hereafter, and be afraid of life hereafter because
their actions are bad for the world. They do not
want to die in light of their own works of their hands.
But those who are already willing to die, is
people who truly believe and those who do
kindness during the life of the world. As in the word of God:
“He Who created Death and Life to test you
Who among you a better deeds. He is
Almighty, the Forgiving. “(Qur’an, 67: 2)
And His word is again addressed to the Prophet:
“We never made man before you is eternal
forever. If you die, whether they will live eternally?
Every soul will experience death and you will We test with
bad and good as an ordeal, and you later
will return to Us. “(Qur’an, 21: 34-35)
“The parable of those who are burdened with carrying the Torah,
then they do not take it, just like a donkey that carries
big books. Parable terrible people
belie the verses of God, and God does not give
instructions to people who do wrong. Say: ‘O
those who embraced the Jewish religion, if you accuse
that ye friends of God beyond the others,
let it be known that your wishes would die-if you really
honest. But you would never express your wishes
that, because of what their own hands they have
do. God is Aware of those who do wrong
It. “(Qur’an, 62: 5-7)
“He who has taken your soul at night and He
know what you do in the afternoon. Then
you have been raised again so that a time may
met. After that Him is also where you return.
Then unto you what ye diberitahukanNya
doing. “(Qur’an, 6: 60)
Here are some verses that have been clearly rejected what
people say that Islam is teaching people jabariah
chin and reluctant to try. God created death and
to examine human life, than those who
doing good deeds. Act in the world and return
after death. Those who do not try, do not fight on
this earth, not making a living as a gift of God;
if they do not want to spend their wealth, if they
do not want to put his best friend even though their own
in short, they have violated God’s command.
Conversely, when all that they do well,
their deeds will be accepted both by God and on day
then get a reward and reward the good. God will
we examine this in our lives with good and
bad as an ordeal. With our brains, we also
can differentiate between good and bad things.
Whoever did better as heavy atom will see,
whoever is doing bad as heavy atoms will also
seen. If what has happened to us was not because
already determined by God about ourselves, it will undoubtedly
making us more diligent to do good to see
yielding good results. After that is the same for us: is there any
God will make us a strong man, who is still active
work, or will be returned to the senile age, which
already we can not know anymore what had formerly
we never know. Criterion or the size of someone’s life
not from the number of years that have gone through, but
of what good deeds he had done
during it, and that will be the legacy. Those who
God is dead in the street (in doing good), in
God views their lives, in our midst also
their memories alive. How many names
remains eternal for centuries because it has those osrang
devote ourselves and all the efforts for the good,
they are in our midst who are still alive,
really anything they have passed away since hundreds of years
ago.
“When it was time, they are not going to resign
or enhancing them a little too well. ”
This is true. Only this is in accordance with the laws of nature.
Man already has a time limit which can not
dilampauinya. Similar to the sun and moon, already
have the eclipse times are not changing, not
can be brought forward or delayed. Defined time
This further encourages people to try and do
good deeds. He will try my best.
He does not know when he would meet his death. Where’s death
until then return what has been done. In
before us every day have no proof that the death was
inevitable destiny. There are people who die with
sudden and people do not know what his illness. There are people who
pain, which is a few tens of years of suffering and groaning
against the disease until he was old and had no
powered again. From the medical community these days there is
believes that man is born in the process
formation already exists seed that determines his life. Distance
time will be taken by the seed was to achieve
The last goal may well be unknown origin
alone we can know his seed. But to find out
seed is not a matter so easily. Sometimes he was in
physical form, hidden in one part of the body
- The part that is important or not important – sometimes in
psychis form in our minds, concerned with
layers of the brain that will encourage the parties
concerned life adventure and willing to face danger,
or as courageous. God alone knows it all. He
who knows the time of death of every human being it will arrive,
according to natural laws, without being able to be changed and be exchanged repeatedly.
As a sign of God’s love, He will not drop
torments before sending a messenger who will provide
guidance to mankind in achieving the Truth and
also explain the good road that must be gone through.
If only God would punish people for their deeds
is wrong, surely there would be no living creatures on this earth
yang will be missed. Lord postpone them until the time
certain until they can listen and willing to accept
invitation of the apostles and not to correct them spellbound
by the temptations of the flesh. God did not send the apostles were
from among the kings, rich people, people
rank or from among the egghead. They
sent out from the commoners. Abraham carpenter,
his father was a carpenter. Prophet Jesus was also a carpenter in
Nazareth. Also not a few of the prophets who had been
goat herders, including the closing of the Prophet Muhammad
‘Upon whom be peace. God sent the apostles of the rabble
was to show that the Truth is not a
belong to the rich or powerful people but belongs
people who seek the Truth for the sake of truth alone. Truth
yang eternal, immortal, is one who just perfect faith
if he has to love his brother like love
himself.
(Continued on part 3 / 6)
2. Orientalis AND ISLAMIC CULTURE (3 / 6)
Muhammad Husain Haekal
“The most honorable among you in God’s sight
is the most devout – who can keep themselves from
crimes. ”
“And work, then God will see the results of work
you, and replies are given only in accordance with what you
doing. ”
And the biggest truth is that God is true, no
God save Him.
Death, end and beginning of life. End of worldly life and
beginning of the life hereafter. Problem worldly life that we know
very little. What we know about living simply
related to our senses, with our sense
guide us, then with our heart that open
the secret of life is to us. Who’s on life hereafter
there’s nothing we can know other than what is already
God explained to us. The laws of nature for us
still dark. Knowledge is in God. What have
God described in Scripture about this already
seems reasonable, that it is a place of vengeance. We
prepare ourselves in this world with our deeds,
with the will and our intention and our attitude after that;
we put their trust in God that there is a fair reward
it. Who’s behind it because what is in God
solely.
Have they seem to agree with Washington Irving
from among the Orientalists and beyond Orientalist in view
to how far their mistake in describing
jabariah Islam? What we note here only the existing
in the Qur’an. We do not want to put this issue in
a debate like the opinion of experts in the science of kalam
among the Sufis and others, including the philosophers and
certain groups within Muslim circles. What is clear
Irving is very wrong assumption that the problem qadza
and qadar (destiny or fate) and lowered the age requirements
and mentioned in the Quran after the battle of Uhud, and after
killing of Hamza as a major martyr. In terms of the verses
we have already quoted it is the verses that fall in
Mecca before the hijra and prior wars
begins. Irving and the like have fallen into
Such mistakes because they do not want to complicate yourself
in discussing such an important issue in a way that
scientific and accurate. Even they portray Islam according to
conception which is in line with their own tendencies
as Christians, then they fabricate
arguments according to their own lusts, with allegations that the argument
they will have to convince the reader that no other person
that will prove them wrong.
If the Orientalist to understand the meaning of Islam jabariah
as we have described, surely they can also
appreciate the conception of his philosophy is so high, so
in describing this life so it can display
theories of science and philosophy. And this has been achieved by
human mind in various times with all
development and progress. Understanding Islamic philosophy
understanding is balanced, that does not narrow the
determinisma understanding, the world as will and mind
(Die Welt als Wille und Vorstellung) and evolution kreatif.5
Even all the schools that, in the order following the course of
laws of nature and life. If it is not the place here
adequate to explain this picture, but I will
try to summarize with seteliti and accurately as possible. I
think people who have read what I write will
agree, that from all we ever know about
theories, this notion is very high indeed, widespread and
in all. This understanding will be opened later
way of thinking mankind more grand.
Before I explain this in brief, there are two problems
I want to note in this regard, it should not be forgotten
first with this I do not mean going against the theory
Christian. What ever taught him, by Islam also recognized
as I mentioned already several times in this book.
It’s just what Islam teaches is more comprehensive and
prophetic and apostolic crown all before.
The Gospels have also confirmed the words of Jesus.
“Do not think that I have come to abolish the
Law or the Prophets. I came not to
abolish but to fulfill. “So also
The Muslim faith to Abraham, to Moses, to Jesus and
the other prophets before it, all the same. It’s just
arrival of Islam complement what has been sent by God to
they were, mengoreksl words that have been deflected by
their followers, from the literal sense. Second
about Islamic philosophy has been taken from the Quran
presented before me, although not the same
I pointed this sekerang. It’s just that I travel
in this case in accordance with the guidance of the Qur’an and with
manner consistent with current scientific method. If this
successfully achieve its goals, is certainly due to the grace and
God’s gift, too. If my results have not yet been obtained,
then the greatest prayer I prayed to the Lord is
hopefully those who are knowledgeable can provide clues
to me to achieve that goal.
Originally determined by the Qur’an is that God has
determine the specific law in this universe, which does not
change and exchange-rates. Surely it is not natural
our planet is only just with everything in it, is also not
limited only to what is captured by our senses
consisting only of the planets and the solar system, but
nature it is all created by God, that can and
that can not be perceived – and insensibilia sensibilia, which
real and the supernatural. To know this is really,
enough if we imagine that the existing knowledge on
we did very little: ether around us and
around another solar system, electricity that meets the ether and
meet our earth, the distance that separates us so far
from the sun and other planets more distant from
sun, and planets beyond it a distance of up to
thousands of light years farther than matahari.6
Then, behind all that is not limited, which would
can be reached by our imagination, and which does exist on
God’s knowledge of all that walk according to existing law
would not change. What we already know all this
based on scientific data according to our current term – which
do not confuse fantasy mixed with fact. Then the fact
besides that fantasy becomes increasingly smaller until such
way, then that fact still live as far as we can
know, we can measure according to our size, and what
we get with that basis, that is what we call
laws of nature and life. If we want to let go of fantasy
Our freely to describe how small what
we know that, for example, will certainly a lot in
before us, so the room in this book would be too
therefore narrow. Let’s take the example of the planet Mars.
They build a transmitter with a power of 100 million
kilowatts so therefore what is happening in places
they played and shown through the plane
Television tells us the inhabitants of this earth. After that, can
we keep our minds? Medium is not the planet Mars
furthest away from us, nor the most difficult will
can we call.
Our knowledge of this nature only very slight,
everything in nature is also influence the
life of our earth with all its contents. If one only
of the planets with the provisions of God is different
edarannya, of natural law would be changed, and changed
Also our lives are short and this slightly, affected by
circumstances around us, by the things that no important
though. Life is affected and subject to the nature of nature
because of natural events big. In
accept the influence that he sometimes lead to good,
sometimes even distorted. Both the goals that lead to
a good direction or a deviant, in either case above
basic influencing not driven by factors
life but also by his willingness to accept
influence the life and strength of reciprocal mutual
influence. There are several specific factors that can give
great influence and beranekarupa into the soul of people. Then
influences that would push each other into a corner. One
one of them will be the interpreter of separation, will be a limit
between the good with the bad. The remainder, one
will lead to the good, the other to evil.
The existence of good and evil in this life is none other
it is a result of the interplay between
life factors with the human soul. Therefore
That’s both good and evil was already a part
of the law they have certain symptoms of this nature. Presence
both the nature of good and evil is also a
necessity, as well as negative and positive
is a necessity of electricity. Similarly, the existence
some kind of germ is already a necessity of life in
the human body.
There is not a crime only for the crime alone or
good only for the good alone, but it depends
to the purpose for which the objectives and consequences that occur
therefore. Sometimes the crime and the goodness that
because of very urgent necessity. Destructive tools
used in warfare to destroy millions of human beings,
destroy the works of human creation is really great and
beautiful, peaceful time when immense meaning. If not for
human dynamite would not be able to divide the tunnel and install
railroad therein, will not be able to find
mines containing treasure consists of
stones and precious metals. So is gas
released toxic people who are fighting to
civilian population of a nation that fought and are considered
as a major impurity and defect to the humanitarian and
as a manifestation of savagery and cowardice yang
no unmatched that during this gas peaceful immense usefulness; he
to serve humanity, helping mankind
of various infectious diseases is quite horrible. This gas
also that can purify water from harmful germs,
such as chlorine gas, for example. In the world of shipping it
very useful because some can be used decontaminate
rats and partly to endanger the lives of
fishermen. In ancient times people imagine, that there are species
insects, birds and animals that did not
no good. But then after investigation and study
how large the benefits of the insects, birds and
these animals for humans. Any country has also
enact laws giving asylum and prohibits persons
killing or hunting, given how profitable
the creatures to mankind. Those who have
studying these creatures saw that the creatures
It wants peace, eager to adapt to the world
around within the limits it can sustain
existence, so that he could also offset the
goodness that must be maintained. The animals are not
interfere, except if you want to defend themselves, if any party
who attacked or disturbed.
Also our actions as humans do not exist
good only for good or evil it is only for
crime alone, but that is, it all depends on
purpose of the purpose and the consequences that occur
therefore. Is not the killing an act of sin
banned? Even though so in God forbids murder
said:
“And do not kill that by God has forbidden,
except if on the basis of truth. “Killing on the basis
truth is not sinful. “By law it means qishash
a survival of thee, O people who understand
… ”
Executioner who killed a criminal who had been sentenced
death penalty, the person who killed for defending themselves,
soldiers who were killed for defending the homeland, the faithful
who killed him not being seduced people and beliefs
religion – they all do not do a sin, not
violation. No more they just convey
task that has required the Lord to them, and replies
for they were as people who have done
goodness.
What applies to the murder, also applies
against others, against successive acts
switch between the good with the bad. Scholar
have discovered the tools of destruction for defense
ground water, or the means of destruction that can benefit
to the world in times of peace, the people who make weapons, each
worker, every person on this earth, if it works
for good works or in violation,
depending on the goals that became the goal and result
that occur because of the offense.
This is Iradat and the law of God in nature. By
because of the legal catch this man created God
is its ability terraced with each other,
then there are people who just focus all activities on
“Point” where he was born, and working to develop and
maintain it, there is also a talent in the craft, being
the others have talent in other businesses – in the field
arts, engineering, science for example, are not so
easy for them will be able to capture the meaning of that law. By
knowing the natural laws that are basic to human
so that he can achieve his life goal, there is also
among those who have been given the gift of prophecy. Others
given the ability to explain it to our teachings,
where good and evil too. And another
got the gift of knowledge and mind that will make
they become inheritors of the prophets, then He led us to
what should we do and what we should-also
avoid. Also we are equipped with the power of mind and
feelings, so that we can capture a given teaching
to us. With it we can train ourselves so that we
can achieve our goals in this life as well as possible,
so that we can invite people to do good and prevent
commit a crime.
Even though so, if there are people who fall
in this case until they were in violation – past
to maintain the existence of society sentencing
to them with the intention that they do not breach
to the detriment of society – then the punishment is not
means a dead end for them to repent and return
to the truth. Whoever committed the sin of
did not know then he realized and, want to change things
himself, going back to God as being obedient,
God will forgive sins in the distant past. With
Thus people who have done wrong and sinned will
take lessons from historical events and would
clean heart. He will return to the right path
with full repentance, and God will accept taubatnya,
because He is merciful and forgiving.
Picture of life so it can bring some
schools of philosophy in variety, which was allegedly not
will be reunited. It was clear that this existence
a willingness. “Verily, We command of something
If We willed We just told him
‘Be! ” then he became. “Nature may reflect what
can be captured by the power of taste and what is not. Nature has
have certain laws, which within the limits of science
we are real we can know what will
achieved by our thoughts. Increasingly we seek will
also increased our discoveries about nature. The
basic law of nature is good. But evil always
want to fight and sometimes until nearly defeating.
Good resistance against evil, it is called
creative evolution that has brought enormous progress
to nature and mankind, so with that step he
has reached perfection it is today.
We have already seen, that this picture contains a
conception with the aim of a more perfect life with
painting is so well known by the thought ever
philosophy. Besides what we have mentioned, this
show depiction Qur’an about the spiritual evolution
life since God created the earth with all its contents.
“God has created heaven and earth in six days,
then he was ruling over the Throne. “Are there six days
This is the same with our days on earth, or whether the days
as in the word of God:
“One day according to your Lord as a thousand years according to
your calculations. “(Qur’an, 22: 47)
(Continued on part 4 / 6)
2. Orientalis AND ISLAMIC CULTURE (4 / 6)
Muhammad Husain Haekal
But not here where we held a discussion.
Even if we find the theory of evolution, and that has been
become one of God’s law also in nature, but
talks in this regard will still be broad. God
created Adam and Eve and said to the angels
to prostrate to Adam. In addition to the devil they were prostrate,
Satan still refused even though the Lord has taught
all the names to Adam, as in the word of God:
“O Adam! Stay you with your wife in heaven!
And eat what you like, but these trees do not
you approach, because later you will be the wrong person
therefore. Then came Satan whispered evil to
them, that opened closed their aurat. And Satan
said: ‘God forbid approach this tree just so
you two do not become angels or become of people
eternal. ” And he swore to them: ‘Indeed I am
your adviser. ” Then the deception that the devil can
dropped them both, after both of them feel fruit
tree, was seen for both of them had their private parts, then
they also cover themselves with leaves of the tree of heaven. By God
The second they called: ‘Did I not forbid you
both from the tree and I tell you that the devils
It is clear enemy for you. ” Both said:
‘O our Lord. We have wronged our own.
If not for forgiveness and mercy will you
limpahkan to us, we undoubtedly will be people who
loss. ” God says: ‘Get thee down. You will be mutually
hostile. You will stay and live in the world until the
certain time! ” God says: ‘In the place you live, in
There you will die and from there also you will be resurrected
again. O son of Adam! Thee have We
auratmu cover clothing, jewelry and clothing. But
pious clothing that’s better. That’s the sign of greatness
God, that ye may remember. O son of Adam! Never
you can be deceived by Satan as he did in
your father and mother out of heaven. He undressed
them both to show each other private parts, he and
his followers can see you from a direction
can not you see them. We have made the demon
their leaders are not believers. “(Qur’an, 7: 19-27)
Adam and Eve fell from heaven, one offspring sebahagian
another would be mutually hostile. They go down with the power
given God to fight for life, and thus
so generation after generation.
The first symptoms of human life in this world is violent
and fanatisma, as in the word of God:
“Tell them the real story of these two
son Adam was when they offered sacrifices. From
is an accepted, the others are not. One man
said: ‘I’ll kill you. ” The other replied: ‘God
only accepted from those who fear Allah. If you
gesticulate about to kill me, I will not
move my hand to kill you. Really I’m afraid
to God, the Lord of hosts. I’ll let you
bear my sin and your sin yourself, that you may be content
hell. And that reward those who do
crimes. ” Then the will of his lust to kill
diturutinya brother, then he dibunuhnyalah. He’s already
be the losers. Then God was sending a
crow digging the soil with showed him
how can he bury his brother.
He said: ‘Ah! Why I do not like this crow,
I bury my brother. ” That’s why, he became
sorry man. Hence, we have
set to the children of Israel that whoever kills
a man not because of a murder or because
make trouble on this earth, that person as if
kill all humans. And whoever can maintain life
a human being, then as if he had turned all
human. Our Messengers came to them too,
already provide clear descriptions. But
after that there are many among them also those
beyond the limit of a crime on this earth. ”
(Qur’an, 5: 27-32)
The murder of a brother of his brother because it was obvious
resentment, envy, mannerism that rough and tough-minded but
his brother who are righteous, who fear God
when told by his brother: I will kill you – he,
do not want to ask forgiveness of God, even he says: It would be
I let my sins and your sins engkau own shoulder in order
Can you be content to hell. This is a domination of nature
human and legal logic of the greatness of soul and forgiveness
was beautiful. The son of Adam even breed in the earth
this. Then God sent His prophets to them with
give good tidings in addition to the warning. But they
continued to insist, is still in error. Spiritual life
they become frozen, rigid closed their hearts. God sent
Noah took his own faction, so that only God
That is worshiped because “I’m afraid you will get a punishment
The Lord. “He also didustakan by the community and only
few are willing to believe. Thereafter successive
Also coming the other prophets after Noah, came too
doctrines that called for no man
divinities God. But human behavior is more
power, they remain frozen mind can not understand.
Several kinds of manifestations of this nature maketh the Lord. Each
there is a messenger sent from God, some were denied,
some are killed. But their stiffness
gradually loose. With the coming of God’s teachings
in a row it was a good seed well
although very slow growth. Even though so, but there
also leave a mark. Have the teachings of truth in
a time to be lost! If any person has been compelled
by a sense of arrogant and haughty towards the teaching and
wikki 5:28 pm on 25/08/2012 Permalink |
intinya kalau memang sudah ditentukan semua berarti kita hanyalah bahan tontonan yang mengasikkan bagi allah yang khairil makarin ini karena sudah diatur sedemikian rupa tetapi kenapa dalam islam masih ada timbang menimbang amal ibadah … padahal dia sendiri yang menyutradarai ???seharusnya tak ada hukuman dong ..ini tidak adil ..allah sendiri yang sudah menentukan ..tapi harus diadili lagi ini tidak masuk akal….berti allah dengan sengaja membuat orang masuk neraka…
adadbhuniwangi 7:55 am on 25/01/2014 Permalink |
Terima kasih banyak atas semua infonya, salam sukses..
http://goo.gl/j7LG9C